Catat! 4 Situs Purbakala Paling Dekat dari Jakarta

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Purbakala

Catat! 4 Situs Purbakala Paling Dekat dari Jakarta

Afif Farhan - detikTravel
Kamis, 12 Mar 2015 12:30 WIB
Catat! 4 Situs Purbakala Paling Dekat dari Jakarta
(Disparbud Jawa Barat)
Bogor - Traveler dari Jakarta, tak perlu jauh-jauh ke luar pulau untuk kembali ke 'zaman purba'. Faktanya, ada 4 situs purbakala dan bersejarah yang berlokasi dekat dengan ibukota. Dari Karawang sampai Bekasi, catat nih!

Di situs purbakala tersebut, Anda bisa mengenal kehidupan masyarakat ratusan sampai mungkin ribuan tahun lalu. Peninggalan seperti prasasti hingga tengkorak bisa dilihat langsung.

Disusun detikTravel, Kamis (12/3/2014) berikut 4 situs purbakala paling dekat dari Jakarta:

1. Situs Batujaya, Karawang

(Disparbud Jawa Barat)
Di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang Anda bisa mengunjungi situs Batujaya. Di sana terdapat situs purbakala seluas 5 km persegi yang mencakup kawasan pemukiman dan persawahan.

Seperti dikutip dari situs resmi Disparbud Jawa Barat, penelitian di kawasan Batujaya sudah dimulai sejak tahun 1975-1976 oleh pemerintah. Kemudian di tahun 1984, dilanjutkan oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia. Hasilnya bukan main, ditemukan 24 situs tersebar di Desa Segaran dan Telagajaya. Di Desa Segaran ditemukan 13 situs dan di Telagajaya 11 situs.

Situs purbakala di sana seperti bangunan candi yang disebut Candi Jiwa dengan denah bujur sangkar berukuran 19x19 m. Tinggi bagian yang tersisa 4,7 m. Yang unik, bangunannya yang terbuat dari bata menyerupai kelopak bunga teratai. Nah, di sekitar candinya juga ditemui kerangka manusia zaman prasejarah!

Ada lagi Candi Blandongan, yang di sekitarnya juga ditemukan keramik kuno dan benda logam. Menurut hasil penelitian, benda-benda itu diperkirakan dibuat pada abad 9-14 masehi. Konon, masih banyak situs lainnya yang tersebar di bawah tananhnya dan masih dilakukan penelitian.

Situs Batujaya pun sudah rapi dipugar dan dikelola oleh Pemkab Karawang. Situs Batujaya pun disebut-sebut berkaitan dengan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang ada sejak abad ke-3.

2. Situs Gunung Padang, Cianjur

(Kurnia/detikTravel)
Dari situs resmi pariwisata Indonesia, Situs Gunung Padang di Cianjur merupakan peninggalan megalitik terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dan areal situsnya sekitar 3 hektar. Situs ini diyakini berusia 2.800 tahun lebih tua dari Candi Borobudur (yang dibangun pada abad ke-8). Bahkan, lebih tua dari Machu Picchu di Peru dan Piramida di Mesir.

Jadi, situs ini berada di Gunung Padang yang punya ketinggian 885 mdpl. Para arkeolog menyebut, gunungnya sendiri adalah situs purbakala itu. Buktinya, banyak ditemukan bebatuan andesit yang berupa balok. Di bagian puncaknya, batu-batu tersebut jumlahnya sangat banyak.

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang biasa digunakan manusia zaman dulu untuk membangun candi dan piramida. Bebatuan andesit di Situs Gunung Padang diperkirakan berusia 4000-9000 SM.

Spekulasi bermunculan, bisa jadi Gunung Padang sebenarnya adalah piramida yang terkubur di dalam tanah. Mengingat, banyaknya bebatuan andesit, serta bentuk gunungnya yang seperti punden berundak. Makam-makam kuno, bentuk bebatuan tegak yang seperti pondasi bangunan makin membuat situs ini menjadi misteri.

Situs Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Sayang, hingga kini penelitian dari swasta atau pemerintah belum memberikan hasil yang memuaskan. Penelitian masih tersendat-sendat dengan kendala biaya dan kurang apiknya kerja sama. Konon, kalau situs tersebut berhasil terbongkar dan diteliti secara akurat, sejarah dunia bisa berubah.

3. Situs Buni

(Disparbud Jawa Barat)
Dari situs resmi Disparbud Jawa Barat, Situs Buni terletak di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi. Di sana ditemukan tembikar dengan berbagai macam dan bentuk, seperti mangkuk berkaki, kendi, artefak logam, serta perhiasan emas yang menempel pada kerangka manusia dan masih banyak lagi.

Penemuan itu bermula di tahun 1950-an, saat beberapa masyarakat setempat sedang menggali tanahnya. Tim penelitian dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) kemudian meneliti lebih dalam barang-barang kuno tersebut. Hasilnya diketahui, itu semua diproduksi pada abad 2-5 Masehi. Umurnya ribuan tahun!

Masyarakat pada zaman tersebut, dinilai menggunakan tembikar untuk alat sehari-hari dan benda-benda magis. Penilaian itu didapat dari banyaknya kerangka manusia yang menggunakan gelang emas dan gelang batu. Diyakini, masih banyak benda purbakala lainnya yang masih terkubur di bawah tanah.

Situs Buni pun sama seperti Situs Batujaya yang dikaitkan dengan Kerajaan Tarumanegara. Bahkan peneliti memprediksi, situs Buni tak hanya di kawasan Buni saja melainkan sepanjang kawasan Pantura (pantai utara) Jawa.

Sayang, beberapa situsnya telah rusak akibat ulah warga yang berburu benda-benda purbakala di sana. Pembangunan pabrik-pabrik pun dapat merusak kawasan yang diyakini tersimpan situs Buni yang belum diteliti. Pemkab Bekasi dan masyarakat setempat harus benar-benar menjaganya!

4. Prasasti Batu Tulis, Bogor

(Disparbud Jawa Barat)
Bogor punya situs purbakala yang terkenal yakni Prasasti Batu Tulis. Dari situs resmi Dispardub Jawa Barat, lokasinya ada di sebelah selatan Kota Bogor sejauh 3 km. Tepatnya di Jalan Raya Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis. Prasastinya tersimpan di bangunan persegi seperti rumah kecil.

Sesuai namanya, Prasasti Batu Tulis adalah batu andesit yang bertuliskan Sunda Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta. Tinggi batunya 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan antara 12-14 cm.

Di dekatnya ada sebuah lingga, batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi Prasasti Batu Tulis Bogor. Ada juga batu tegak yang terletak agak terpisah yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar. Lalu, Batu Tapak berukuran kecil yakni suatu lekukan dua telapak kaki seukuran orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, Raja ke-2 dari Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Ya, Prasasti Batu Tulis memang dikaitkan dengan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Jawa Barat. Sedangkan pembuatan Prasasti Batu Tulis sendiri, sesuai tanggal yang ada pada tulisan di batunya adalah pada 1455 Saka (1533 Masehi). Diyakini, batu tersebut berperan Prasasti ini dibuat dalam masa Raja Surawisesa untuk memperingati jasa raja pendahulunya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja.

Dia telah memperbaiki Pakuan Pajajaran dengan membuat parit pertahanan, gunung-gunungan, mengeraskan jalan dengan batu, membuat (hutan) Samida, dan membuat talaga Rena Mahawijaya. Mau tahu lebih dalam kisahnya? Datangi sendiri langsung ke Bogor!
Halaman 2 dari 5
Di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Karawang Anda bisa mengunjungi situs Batujaya. Di sana terdapat situs purbakala seluas 5 km persegi yang mencakup kawasan pemukiman dan persawahan.

Seperti dikutip dari situs resmi Disparbud Jawa Barat, penelitian di kawasan Batujaya sudah dimulai sejak tahun 1975-1976 oleh pemerintah. Kemudian di tahun 1984, dilanjutkan oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia. Hasilnya bukan main, ditemukan 24 situs tersebar di Desa Segaran dan Telagajaya. Di Desa Segaran ditemukan 13 situs dan di Telagajaya 11 situs.

Situs purbakala di sana seperti bangunan candi yang disebut Candi Jiwa dengan denah bujur sangkar berukuran 19x19 m. Tinggi bagian yang tersisa 4,7 m. Yang unik, bangunannya yang terbuat dari bata menyerupai kelopak bunga teratai. Nah, di sekitar candinya juga ditemui kerangka manusia zaman prasejarah!

Ada lagi Candi Blandongan, yang di sekitarnya juga ditemukan keramik kuno dan benda logam. Menurut hasil penelitian, benda-benda itu diperkirakan dibuat pada abad 9-14 masehi. Konon, masih banyak situs lainnya yang tersebar di bawah tananhnya dan masih dilakukan penelitian.

Situs Batujaya pun sudah rapi dipugar dan dikelola oleh Pemkab Karawang. Situs Batujaya pun disebut-sebut berkaitan dengan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat yang ada sejak abad ke-3.

Dari situs resmi pariwisata Indonesia, Situs Gunung Padang di Cianjur merupakan peninggalan megalitik terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 m2 dan areal situsnya sekitar 3 hektar. Situs ini diyakini berusia 2.800 tahun lebih tua dari Candi Borobudur (yang dibangun pada abad ke-8). Bahkan, lebih tua dari Machu Picchu di Peru dan Piramida di Mesir.

Jadi, situs ini berada di Gunung Padang yang punya ketinggian 885 mdpl. Para arkeolog menyebut, gunungnya sendiri adalah situs purbakala itu. Buktinya, banyak ditemukan bebatuan andesit yang berupa balok. Di bagian puncaknya, batu-batu tersebut jumlahnya sangat banyak.

Andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik yang biasa digunakan manusia zaman dulu untuk membangun candi dan piramida. Bebatuan andesit di Situs Gunung Padang diperkirakan berusia 4000-9000 SM.

Spekulasi bermunculan, bisa jadi Gunung Padang sebenarnya adalah piramida yang terkubur di dalam tanah. Mengingat, banyaknya bebatuan andesit, serta bentuk gunungnya yang seperti punden berundak. Makam-makam kuno, bentuk bebatuan tegak yang seperti pondasi bangunan makin membuat situs ini menjadi misteri.

Situs Gunung Padang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Sayang, hingga kini penelitian dari swasta atau pemerintah belum memberikan hasil yang memuaskan. Penelitian masih tersendat-sendat dengan kendala biaya dan kurang apiknya kerja sama. Konon, kalau situs tersebut berhasil terbongkar dan diteliti secara akurat, sejarah dunia bisa berubah.

Dari situs resmi Disparbud Jawa Barat, Situs Buni terletak di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Bekasi. Di sana ditemukan tembikar dengan berbagai macam dan bentuk, seperti mangkuk berkaki, kendi, artefak logam, serta perhiasan emas yang menempel pada kerangka manusia dan masih banyak lagi.

Penemuan itu bermula di tahun 1950-an, saat beberapa masyarakat setempat sedang menggali tanahnya. Tim penelitian dari Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN) kemudian meneliti lebih dalam barang-barang kuno tersebut. Hasilnya diketahui, itu semua diproduksi pada abad 2-5 Masehi. Umurnya ribuan tahun!

Masyarakat pada zaman tersebut, dinilai menggunakan tembikar untuk alat sehari-hari dan benda-benda magis. Penilaian itu didapat dari banyaknya kerangka manusia yang menggunakan gelang emas dan gelang batu. Diyakini, masih banyak benda purbakala lainnya yang masih terkubur di bawah tanah.

Situs Buni pun sama seperti Situs Batujaya yang dikaitkan dengan Kerajaan Tarumanegara. Bahkan peneliti memprediksi, situs Buni tak hanya di kawasan Buni saja melainkan sepanjang kawasan Pantura (pantai utara) Jawa.

Sayang, beberapa situsnya telah rusak akibat ulah warga yang berburu benda-benda purbakala di sana. Pembangunan pabrik-pabrik pun dapat merusak kawasan yang diyakini tersimpan situs Buni yang belum diteliti. Pemkab Bekasi dan masyarakat setempat harus benar-benar menjaganya!

Bogor punya situs purbakala yang terkenal yakni Prasasti Batu Tulis. Dari situs resmi Dispardub Jawa Barat, lokasinya ada di sebelah selatan Kota Bogor sejauh 3 km. Tepatnya di Jalan Raya Batu Tulis, Kelurahan Batu Tulis. Prasastinya tersimpan di bangunan persegi seperti rumah kecil.

Sesuai namanya, Prasasti Batu Tulis adalah batu andesit yang bertuliskan Sunda Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta. Tinggi batunya 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan antara 12-14 cm.

Di dekatnya ada sebuah lingga, batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi Prasasti Batu Tulis Bogor. Ada juga batu tegak yang terletak agak terpisah yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar. Lalu, Batu Tapak berukuran kecil yakni suatu lekukan dua telapak kaki seukuran orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, Raja ke-2 dari Kerajaan Pakuan Pajajaran.

Ya, Prasasti Batu Tulis memang dikaitkan dengan Kerajaan Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri pada tahun 1030-1579 M di Jawa Barat. Sedangkan pembuatan Prasasti Batu Tulis sendiri, sesuai tanggal yang ada pada tulisan di batunya adalah pada 1455 Saka (1533 Masehi). Diyakini, batu tersebut berperan Prasasti ini dibuat dalam masa Raja Surawisesa untuk memperingati jasa raja pendahulunya, Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja.

Dia telah memperbaiki Pakuan Pajajaran dengan membuat parit pertahanan, gunung-gunungan, mengeraskan jalan dengan batu, membuat (hutan) Samida, dan membuat talaga Rena Mahawijaya. Mau tahu lebih dalam kisahnya? Datangi sendiri langsung ke Bogor!

(shf/shf)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Purbakala
Travel Highlight Purbakala
19 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads