Papua, Jalan Kaki dan Sepakbola

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Papua, Jalan Kaki dan Sepakbola

Afif Farhan - detikTravel
Senin, 15 Feb 2016 09:46 WIB
Porter di Papua yang mengangkut peralatan pendaki ke Puncak Carstensz (Afif/detikTravel)
Ugimba - Kalau para traveler mau adu hiking, cobalah adu kuat jalan kaki melawan warga Ugimba, Papua. Mereka sanggup jalan kaki puluham km, tanpa alas kaki.

Bagi orang Papua, jalan kaki bukanlah hal yang aneh. Mereka sanggup berjalan puluhan km, bahkan tanpa menggenakan alas kaki. Itu jugalah yang jadi rahasia, mengapa orang-orang Papua begitu kuat fisik dan staminanya saat bermain sepakbola.

Traveling ke Papua, akan memberikan banyak cerita dan pengalaman untuk Anda. Baik dari bentang alam yang unik-unik, tradisi budaya yang menarik dan kehidupan kesaharian orang-orang Papua. Termasuk salah satunya, aktivitas mereka sehari-hari yang dilakukan dengan berjalan kaki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu silam, saat Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, saya mampir ke Ugimba. Desa kecil yang masuk dalam Kabupaten Intan Jaya dan terdekat dari Puncak Carstensz. Namun sebelum sampai di sana dan menikmati alamnya yang hijau, udara yang segar dan hidup tanpa listrik, saya harus berjalan kaki selama 9 jam dulu dari Desa Sugapa.


Perjalanan memasuki hutan ke Ugimba (Afif/detikTravel)

Lelah yang luar biasa sangat terasa di kaki ini. Bahkan, kaki rasanya tidak bisa menekuk, hanya bisa diluruskan terus. Treknya naik turun dan melewati sungai yang licin. Para pendaki lain pun juga merasakan hal yang sama. Medan di Papua sungguh berat!

Maximus Tipagau, masyarakat Ugimba dan selaku ketua tim Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, hanya cengar-cengir melihat kami yang kesakitan. Dia tidak seperti kami yang merenggang kesakitan, tampak sehat dan tetap ceria.

"Di sini kami biasa jalan kaki. Dari kami anak-anak, kami suka ikut mama-mama pergi ke kota, Timika. Itu bisa sampai bermalam dulu 3 hari di dalam hutan," ujarnya bercerita kepada saya.

Maximus sedikit bercerita masa kecilnya. Dia pernah ikut orang tuanya ke Timika, membawa sayur mayur serta ubi untuk dijual. Dia membawanya dengan menggenakan noken, yang dipakaikan di jidad untuk menahan ubi-ubi yang beratnya bukan main. Kala itu, usianya baru 9 tahun!


Maximus (sebelah kiri) bersama seorang porter yang bertelanjang kaki (Afif/detikTravel)

"Anak-anak kecil di sini, begitu bisa jalan, akan jauh mainnya. Lalu, anak-anak kecil di sini suka juga ikut menjadi porter, membantu orang tuanya berjalan kaki sambil membawa barang-barang pendaki. Itulah mengapa orang-orang Papua kuat berjalan kaki, sebab kami sudah berjalan kaki sejak kecil," paparnya.

Benar saja, dalam rombongan Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015, ada satu anak kecil yang ikut. Umurnya baru 12 tahun dan bernama Christian. Dia ikut berjalan dari Ugimba sampai ke Basecamp Danau-danau yang lama waktunya mencapai satu minggu!

Sayang, bahasa Indonesia Christian belum bagus-bagus amat. Saya pun lebih memilih berbincang dnegan Malama, masyarakat Ugimba juga yang menjadi ketua tim porter dan pemandu para pendaki. Sama seperti Maximus bilang, Malama berujar bahwa anak-anak kecil di Papua sudah biasa jalan kaki sampai jauh.

"Anak-anak ini suka ikut bapak-bapaknya ke dalam hutan, untuk berburu. Anak-anak suka ke ladang membantu mamanya panen ubi. Itu tidak aneh di sini, berbeda dengan anak-anak kota di Jakarta. Naik mobil toh," kata Malama sembari tertawa.


Para porter yang mengantar pendaki ke Puncak Carstensz (Arga/Adventure Carstensz)

Saya terbesit dalam benak, apa gara-gara suka berjalan kaki sejak kecil, jadinya ketika anak-anak tersebut sudah dewasa maka akan kuat fisik dan staminanya untuk bermain bola. Oh ternyata jawaban saya benar, Malama menganggukan kepala.

"Anak-anak Papua semua suka bermain bola. Di dalam kampung-kampung di dalam hutan saja, banyak yang main bola. Semuanya mau main di Persipura," kata Malama.

Ketika saya bertanya kepada Christian, mau tidak bermain bola di Persipura. Dia menjawab dengan lantang, "Iyo!(iya-red)"

Tak ayal, masyarakat Papua memiliki fisik yang kuat karena sejak kecil mereka telah melatihnya. Sulitnya akses transportasi dan pembangunan di Papua yang belum optimal, masih menjadikan kaki sebagai 'kendaraan' mereka sehari-hari dari sejak zaman dulu hingga sekarang. Entah sampai kapan.




(shf/shf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads