Warga di desa adat Wae Rebo bergantung pada hasil panen. Maka dari itu, mengadakan festival saat awal tanam untuk berharap hasil panen yang baik bukanlah hal yang berlebihan.
Musim tanam kopi dan hasil perkebunan lainnya biasanya berlangsung pada akhir tahun, sekitar November. Saat waktu panen sudah ditentukan, inilah waktunya festival diadakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(Shafa/detikTravel)
Festival Penti, begitu namanya, dimulai dengan membawa persembahan ke 3 titik. Di masing-masing titik, para tetua adat melakukan upacara ritual dan menyembelih ayam untuk melihat peruntungan selama setahun ke depan.
Ritual yang bernama Toto Urat ini dilakukan untuk mengetahui apakah para leluhur menerima baik permohonan kita. Selesai memohon dan berdoa kepada leluhur, acara dilanjutkan dengan penampilan tari caci. Tarian ini seperti duel persahabatan yang diadakan untuk menghangatkan suasana.
Di sinilah para warga dan pengunjung bersenang-senang. Tak hanya penari saja yang bisa ikut serta adu tangkas, tapi juga warga sekitar atau bahkan pengunjung pun bisa ikut serta.
(Shafa/detikTravel)
Sore hari, penduduk mengundang kehadiran arwah leluhur ke tengah-tengah acara. Setelah arwah leluhur dipercaya sudah datang, sesaji pun diletakkan di depan rumah. Sebagai persembahan untuk sang leluhur.
Acara utama berlangsung pada malam hari. Di mana seluruh masyarakat Wae Rebo berkumpul di rumah utama untuk melakukan Tundak Penti. Acara ditandai dengan menyembelih babi jantan dan betina.
Setiap rumah menyembelih babi di depan pintunya. Tujuannya untuk melindungi rumah dari segala sesuatu yang jahat dan berbahaya bagi rumah tersebut berserta penghuninya.
(Shafa/detikTravel)
Setelah itu, para warga berpesta di tengah rumah utama yang dinamakan Mbaru Niang. Di sana, mereka berpesta semalam suntuk, dengan tujuan menghibur para tetua.
Semakin malam, semakin ramai suara yang terdengar di Mbaru Niang. Tidak menggunakan alat musik, mereka melakukan Sanda, bernyanyi tanpa musik, sampai pagi. Tujuannya tentu saja, untuk menghibur para tetua yang sedang berkumpul di sana.
Festival yang merupakan upacara panjang ini tak hanya menarik wisatawan, tapi juga membawa pulang para warga yang telah keluar dari desa. Di momen ini mereka kembali ke desa untuk bersuka cita bersama keluarga tercinta. (shf/fay)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!