6 Lukisan Mahakarya Koleksi Istana Negara yang Mesti Dilihat di Galeri Nasional

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

6 Lukisan Mahakarya Koleksi Istana Negara yang Mesti Dilihat di Galeri Nasional

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Rabu, 03 Agu 2016 08:20 WIB
Foto: Wisatawan berfoto di depan lukisan Raden Saleh (Wahyu/detikTravel)
Jakarta - Galeri Nasional sedang menggelar pameran spesial bertajuk Goresan Juang Kemerdekaan. Traveler harus melihat 6 lukisan mahakarya yang sangat jarang dipamerkan.

Total ada 29 lukisan koleksi Istana Kepresidenan yang tak ternilai harganya, dan dipamerkan dalam Goresan Juang Kemerdekaan. Lukisan-lukisan ini merupakan karya maestro lukis tanah air seperti Affandi, Raden Saleh hingga Basoeki Abdullah. Ada pula lukisan karya pelukis kenamaan luar negeri.

Setidaknya ada 6 lukisan mahakarya yang mesti traveler lihat selama pameran ini berlangsung. Kalau sedang liburan di Jakarta, wisatawan harus datang melihatnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikTravel sudah memilihkan 6 dari 29 lukisan yang memiliki kisahnya tersendiri. Dihimpun Rabu (3/8/2016), berikut keenam lukisan itu:

1. Pangeran Diponegoro Memimpin Perang

Lukisan Diponegoro karya Basoeki Abdullah (Wahyu/detikTravel)
Karya lukis pertama yang bisa traveler nikmati yaitu hasil goresan kuas Basoeki Abdullah yang begitu termasyhur dengan gaya naturalisme. Judul lukisan ini adalah 'Pangeran Diponegoro Memimpin Perang', berukuran 120x150 cm.

Lukisan ini menjadi spesial karena punya kisahnya sendiri. Konon, potret Pangeran Diponegoro yang gagah naik kuda dengan keris terhunus ini, merupakan hasil komunikasi antara Basoeki Abdullah dengan Nyi Roro Kidul.

Lukisan ini diproduksi Basoeki pada tahun 1949 dan dilukis di Belanda usai Konferensi Meja Bundar. Traveler yang menyaksikan pameran Goresan Juang Kemerdekaan pasti akan dengan mudah melihat lukisan ini karena letaknya paling depan dekat pintu masuk utama.

2. Potret HOS Cokroaminoto

Lukisan 'HOS Cokroaminoto' karya Affandi (Wahyu/detikTravel)
Karya berikutnya masih dalam tema 'Tokoh', terletak di sisi kanan dari lukisan Diponegoro, ada lukisan karya Affandi bertajuk HOS Cokroaminoto. Lukisan berukuran 80x60 cm ini dilukis Affandi dengan menggunakan cat minyak yang digoreskan di atas kanvas.

Sesuai dengan gayanya, Affandi melukis potret HOS Cokroaminoto dengan gaya Ekspresionis yang kental. Sapuan kuas Affandi begitu khas dan unik, sehingga membedakan dirinya dengan pelukis lainnya. Karya ini dihasilkan Affandi pada tahun 1946.

Cokroaminoto dalam lukisan ini digambarkan sebagai tokoh perjuangan, sekaligus guru bagi Ir Soekarno. Gestur Cokroaminoto dalam lukisan ini digambarkan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, cocok dengan kepribadian dan ketokohan Cokroaminoto dalam membela rakyat kecil.

3. Memanah

Lukisan 'Memanah' karya Henk Ngatung (Wahyu/detikTravel)
Mungkin traveler familiar dengan nama Henk Ngantung. Ya, Henk Ngantung merupakan Gubernur DKI Jakarta selama periode waktu tahun 1964 hingga tahun 1965. Namun yang tidak banyak traveler tahu, sebelum diangkat Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta, Henk merupakan seorang pelukis.

Saat itu, Ir Soekarno mengangkat Henk Ngantung dengan misi menjadikan Kota Jakarta sebagai kota budaya, mengingat Henk dianggap memiliki bakat artistik yang sangat baik. Salah satu karya Henk Ngantung adalah lukisan berjudul 'Memanah' ini.

Lukisan 'Memanah' ini memiliki kisahnya sendiri. Dari 29 lukisan yang dipamerkan, lukisan ini adalah satu-satunya yang tidak asli, melainkan karya reproduksi dari pelukis bernama Haris Purnomo. Karya lukisan asli Henk sendiri 30%-nya mengalami kerusakan, sehingga tidak mungkin untuk dipamerkan.

4. Rini

Lukisan 'Rini' karya Ir Soekarno (Wahyu/detikTravel)
Inilah lukisan yang paling menarik selama pameran Goresan Juang Kemerdekaan. Bertajuk 'Rini', inilah karya lukis satu-satunya yang dilukis oleh Ir Soekarno yang kondisinya masih sangat baik dan dipamerkan untuk publik.

Lukisan 'Rini' menyimpan misteri tersembunyi, yaitu tentang siapa yang menjadi model lukisan tersebut. Ada yang bilang Rini adalah sosok Sarinah yang menjadi pengasuh Bung Karno dulu, tetapi ada juga yang bilang bahwa Rini adalah sosok perempuan ideal perpaduan antara suku Jawa dan Sasak.

Teknik yang digunakan Bung Karno dalam melukis Rini juga bisa dibilang unik. Biasanya, lukisan potret akan dibuat tampak depan, sehingga mudah untuk ditiru. Namun, lukisan 'Rini' ini dilukis Bung Karno dengan angle menyamping dan menghadap depan, sehingga susah untuk ditiru.

5. Penangkapan Pangeran Diponegoro

'Penangkapan Pangeran Diponegoro' karya Raden Saleh (Wahyu/detikTravel)
Tak kalah keren dan menariknya dengan lukisan lain, karya Raden Saleh ini juga patut traveler simak cerita di baliknya. Bertajuk 'Penangkapan Pangeran Diponegoro', Raden Saleh menggambarkan detik-detik saat Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda dengan penuh kecurangan.

Lukisan ini sangat kental nuansa nasionalismenya. Dilukis di Belanda, Raden Saleh menyerahkan lukisan ini kepada Ratu Belanda sebagai bentuk kecaman atas penjajahan Belanda di Jawa, dan menuntut Belanda agar mengembalikan martabat rakyat Jawa.

Oleh Pemerintah Belanda lukisan ini akhirnya dikembalikan ke Pemerintah Indonesia di tahun 1978, setelah tersimpan selama kurang lebih 161 tahun lamanya. Selain lukisan ini, pemerintah Belanda juga mengembalikan sejumlah artefak penting serta benda seni lainnya.

6. Gadis Melayu dengan Bunga

Lukisan karya pelukis Meksiko, Diego Rivera (Wahyu/detikTravel)
Terakhir, lukisan yang wajib traveler perhatikan bila menyaksikan pameran Goresan Juang Kemerdekaaan adalah karya pelukis asal Meksiko ini. Ya, tak hanya maestro pelukis tanah air saja, terselip pula beberapa nama pelukis jempolan yang berasal dari luar Indonesia, Diego Rivera salah satunya.

Lukisan ini memiliki kisahnya sendiri. Ceritanya, lukisan dengan judul asli Women with Flowers ini, adalah koleksi Presiden Lopez dari Meksiko. Lukisan ini termasuk karya Diego Rivera yang sangat langka dan bersejarah bagi rakyat Meksiko.

Bahkan, ada undang-undang yang melarang bagi siapapun untuk memindahkan atau membawa keluar lukisan ini dari wilayah Meksiko. Namun berkat bujuk rayu Ir Soekarno yang mumpuni, akhirnya lukisan ini diberikan kepada Bung Karno sebagai hadiah kenang-kenangan.

Presiden Meksiko saat itu bahkan sampai mengeluarkan dekrit alias peraturan yang membatalkan undang-undang, guna meloloskan lukisan ini agar bisa dibawa keluar dari wilayah Meksiko. Semua itu hanya demi memenuhi keinginan Bung Karno. Bukan main!

Ingat, pameran langka ini hanya berlangsung sampai tanggal 30 Agustus 2016 saja. Ayo liburan ke Jakarta dan jangan lewatkan itinerary kunjungan ke Galeri Nasional untuk kesempatan langka melihat lukisan masterpiece Istana Kepresidenan. (wsw/fay)

Hide Ads