Harta Karun Tersembunyi di Maumere: Hutan Mangrove Magepanda

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Harta Karun Tersembunyi di Maumere: Hutan Mangrove Magepanda

Amar Ola Keda - detikTravel
Jumat, 24 Mar 2017 09:15 WIB
Foto: Hutan Mangrove Magepanda Sikka yang tersembunyi di Maumere (Amar Ola/detikTravel)
Maumere - Kabupaten Sikka di NTT punya pesona wisata yang cukup tersembunyi. Bak permata berwarna hijau, Hutan Mangrove Magepanda bisa dikunjungi traveler.

Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT memiliki keindahan taman bawah laut Teluk Maumere yang sungguh mempesona. Karena keindahannya, belum lama ini digelar lomba fotografi internasional di kota itu. Namun, bukan hanya itu saja, karena masih ada segudang keindahan yang dimiliki daerah ini. Salah satunya adalah hutan mangrove Magepanda.

Hutan mangrove yang terletak di Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka ini menyimpan sejuta keindahan. Hutan seluas 70 Ha ini terletak di pantai utara kota Maumere, diapit bukit-bukit hijau yang menjulang indah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, di sebelah barat hutan mangrove terdapat bukit yang jika kita cermati menyerupai sebuah bukit pada acara kartun populer yakni Teletubbies, karena keunikan itu bukit tersebut oleh pengunjung sering disebut bukit Teletubbies.

Selain keunikannya, hutan mangrove juga dilengkapi dengan jembatan yang terbuat dari bambu sepanjang 450 meter. Selain jembatan, obyek wisata mangrove ini juga dilengkapi dengan dua buah lopo di tengah hutan dan 2 lainnya di tepi pantai serta satu menara pemantau sehingga pengunjung dapat menikmati keindahan mangrove dan alam sekitar dari ketinggian sekira 50 meter.

Saat traveler berjalan-jalan menyusuri jembatan bambu di hutan mangrove Magepanda di pagi atau sore hari, kesejukan dan kesegaran oksigen yang dihasilkan oleh jutaan mangrove begitu terasa dan seakan menahan Anda untuk tinggal lebih lama di tempat tersebut.

Selepas menikmati sejuknya hutan mangrove, di penghujung jembatan pengunjung akan terkejut dan takjub melihat keindahan pantai dengan hamparan pasir putih dihiasi hijaunya mangrove.

Terdapat beberapa bangku yang terbuat dari bambu, berjejer dibawah pohon mangrove, disiapkan bagi pengunjung untuk sekadar beristirahat sambil menikmati birunya laut dan tarian camar yang sesekali melintas.

Untuk sampai di tempat ini, pengunjung harus menempuh jarak sekira 30 km dari pusat kota Maumere. Namun tidak perlu khawatir, sebelum tiba di hutan mangrove pengunjung disuguhi pemandangan yang tak kalah menarik. Bukit yang menghijau, sawah yang menguning dan birunya laut akan menemani pengunjung sepanjang perjalanan hingga tiba di obyek wisata hutan mangrove Magepanda.

Penanam hutan mangrove tersebut seorang kakek tua keturunan Tiong Hoa, Victor Emanuel Rayon alias Baba Kong. Saat ini dia adalah yang mengelola hutan mangrove.

Dia mengisahkan motivasi menanam mangrove sejak tahun 1993 setelah bencana tsunami yang memporak-porandakan Kabupaten Sikka tahun 1992.

"Waktu itu habis semua harta benda bapak. Toko, rumah dan segala harta benda habis. Banyak orang yang meninggal, karena itu bapak berpikir sebaiknya bapak tanam mangrove supaya kalau terjadi tsunami lagi paling tidak pohon-pohon ini bisa melindungi kami," tutur Baba Kong.

Ketika ia dan istrinya mulai mencari bibit mangrove kemudian disemaikan dan ditanam di sepanjang pantai, masyarakat setempat sempat mencibir bahkan menganggap pasangan suami isteri itu gila. Namun karena kecintaannya terhadap lingkungan maka tak sedikitpun ia patah arang menanam mangrove.

"Waktu itu orang-orang tertawa lihat kami tanam mangrove, mereka bilang kenapa tidak tanam pisang atau kelapa saja, memangnya kalian makan mangrove, tetapi kami tidak peduli karena tujuan kami waktu itu hanya untuk menyelamatkan lingkungan," ungkap Baba Kong.

Waktu pun berlalu seiring tumbuhnya mangrove yang ditanam Baba Kong, akhirnya tepian pantai yang dulunya gersang dan panas menjadi hijau dan sejuk oleh rimbunnya pepohonan mangrove.

Keuletan dan kesungguhan Baba Kong menanam dan merawat mangrove berembus sampai ke telinga menteri lingkungan hidup Republik Indonesia. Tahun 2008 dan 2009 Baba Kong diberi piagam penghargaan sebagai Perintis Lingkungan dan juga oleh Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, Baba Kong dianugerahi Kalpataru sebagai Perintis Lingkungan.

"Saat saya tanam mangrove saya tidak berharap untuk dapat penghargaan tetapi yang ada di pikiran saya bagaiman menyelamatkan lingkungan ini, mungkin karena pemerintah lihat bahwa ini unik maka mereka memberikan saya penghargaan," ungkap pria yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menanam dan merawat mangrove selama 24 tahun itu.

Walau di usianya yang sudah renta, semangat Baba Kong tak pernah surut. Saat ini ia terus menangkar benih untuk dibagikan kepada warga yang ingin menanam mangrove, bahkan anakan mangrove Baba Kong sering dibeli untuk dibawa ke kabupaten lain di NTT. (aff/aff)

Hide Ads