Merauke, suatu kota yang spesial. Kota paling ujung timur Indonesia, yang namanya selalu terniang lewat lagu R Suharjo. Karena paling timur juga, maka Merauke menjadi wilayah perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini.
detikTravel bersama tim Tapal Batas detikcom menjelajahi Merauke pada bulan Mei kemarin. Tentu, kami singgah ke wilayah perbatasan di sana, Distrik Sota namanya. Sekitar 1-2 jam dari pusat Kota Merauke, ditempuh naik mobil melewati Taman Nasional Wasur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar puluhan meter ke depan, suatu taman yang rindang mencuri perhatian. Warnanya serba merah putih menandakan warna bendera kita. 'Selamat Datang di Sota Perbatasan RI-PNG', RI adalah Republik Indonesia dan PNG adalah Papua New Guinea.
"Tahun 2004, saya bersama keluarga dan masyarakat Merauke membangun taman yang disebut orang-orang Taman Merah Putih. Jadilah seperti tempat wisata perbatasan," kata Kapolsek Sota, Makruf Suroto kepada detikTravel.
BACA JUGA: Kaki Kanan di Papua Nugini dan Kaki Kiri di Indonesia
Ma'ruf, begitu lebih akrab disapa. Tubuhnya kecil, namun tegap. Senyumnya selalu merekah. Sikapnya ramah menyapa siapa saja. Sebenarnya bagi saya pribadi, inilah pertemuan kedua dengannya. Yang pertama di tahun 2012 silam, ketika acara jalan-jalan Dream Destination Papua yang dicanangkan detikTravel dan Freeport.
Saat pertemuan pertama tersebut, dirinya masih berpangkat Ipda (Inspektur Polisi Dua). Tahun 2016 lalu, dia cerita sudah diangkat langsung menjadi Kapolsek Sota oleh Kapolri Tito Karnavia.
"Alhamdulillah, sudah diangkat Pak Tito tahun lalu. Saya sangat bahagia sekali, diberi kepercayaan," katanya dengan nada yang merendah.
Cintanya Pada Indonesia
Ma'ruf bercerita, awalnya taman yang dikenal sebagai Taman Merah Putih itu dulunya hanya semak belukar. Rerumputan, pepohonan dan rumah-rumah semut yang tinggi menjulang di sana.
Tidak seperti sekarang, ada gazebo, bangku hingga toko-toko suvenir. Ya, Ma'ruf yang mengagas ide untuk mengubah semak belukar menjadi taman yang cantik jelita.
"Saya dulu mikir, kok wilayah perbatasan cuma seperti ini. Cuma semak belukar, kurang sedap dipandang," tuturnya.
"Di sini juga banyak orang Papua Nugini yang datang. Mereka belanja hingga sekolah di Merauke, sebab kalau di tempat mereka cukup jauh jarak ke pusat kota untuk beli kebutuhan sehari-hari dan untuk ke sekolah," tambahnya.
Karena semak belukar dan dilalui orang Papua Nugini yang notabenya negeri tetangga, Ma'ruf gundah gulana. Dia pun lantas membenahi semak belukar di sana. Kemudian pelan-pelan, membangun gazabo dan menyediakan kursi-kursi kayu serta menjadikannya sebuah taman. Butuh waktu satu tahun lebih untuk mengurusnya, mengubah tanah perbatasan yang seolah dulunya ulat bulu menjadi kupu-kupu.
"Malulah kalau tetangga melihat 'rumah' kita tidak terurus," katanya lirih.
Bukan cuma itu, Ma'ruf juga membuat taman itu dengan nuansa serba berwarna merah dan putih. Tak ketinggalan, kata-kata nasionalisme seperti 'Untukmu Indonesia, Cintaku Tak Terbatas'.
Bahkan kini, tamannya sudah menjadi suatu destinasi wisata. Taman yang indah nan rindang, memberikan pengalaman tak terlupakan bagi traveler yang datang ke sana. Merasakan pengalaman berdiri di perbatasan negeri sekaligus melihat orang-orang Papua Nugini.
Satu lagi, bertemu Ma'ruf dan mendengar ceritanya yang inspiratif.
"Saya sangat senang, orang-orang bisa datang ke sini. Mereka bisa melihat wilayah perbatasan di paling timur Indonesia. Bagi saya dan warga Merauke sendiri, wilayah perbatasan harus dijaga. Harus dibuat indah pula, karena ini tanah Indonesia. Siapa lagi kalau bukan kita," pungkasnya.
(aff/aff)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!