Sepanjang jalan Glodok memang erat dengan 2 hal. Pertama pusat elektronik, kedua, adalah kawasan pecinan. Bukan cuma ramai oleh penduduk lokal, tetapi wisman pun juga gemar mengunjungi jalanan legendaris ini. detikTravel sempat berkunjung ke sana akhir pekan lalu menjelang Imlek
Mulai dari makanan, pernak-pernik sampai obat-obatan bisa ditemukan di Glodok. Kios-kios sampai pedagang kaki lima di depannya ramai memenuhi jalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Momen menjelang Hari Raya Imlek menjadi puncaknya. Para pedagang makin menambah pernak-pernik Imlek. Bahkan, ada juga yang hanya sekedar aji mumpung.
Lampion, amplop angpao, baju sampai kue-kue khas berjejeran di sana. Banyak mobil dan motor tidak berhenti-hentinya membunyikan klakson. Apapun kondisinya, para pengunjung tetap antusias berkeliling dan mengitari Glodok.
Ada satu hal yang unik di sini. Biasanya, di pecinan-pecinan negara lain, mayoritas pedagang adalah keturunan Tionghoa. Etnis lainnya hanya sebagai pengunjung saja. Namun di Glodok, banyak penjual yang di luar Etnis Tionghoa. Mereka menjual makanan, alat rumah tangga, dan benda-benda lainnya.
![]() |
Soal mengisi perut, jangan ditanya. Mau cari makanan jenis apapun, ada di Glodok. Mulai dari roti jadul, kedai kopi, sampai restoran legendaris ada di sini. Bagi traveler yang tidak makan makanan Halal, di sinilah tempatnya. Ada bakmi, nasi campur, sampai olahan makanan lainnya seperti siomay tersedia.
![]() |
Jika mau berkunjung ke sini, sebaiknya hindari akhir pekan jika tidak ingin terlalu ramai. Perhatikan juga jam buka toko, karena beberapa kedai atau toko biasanya hanya buka beberapa jam di hari-hari tertentu. (sna/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol