Suku Mbojo di Bima, Nusa Tenggara Barat, menjadikan tempat tinggal sebagai kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Bagi mereka, memilih seorang arsitek dan konstruksi ruang dalam membangun rumah sangat penting untuk diperhatikan.
Rumah atau dalam bahasa Bima disebut uma ngge'e kai merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan berkeluarga. Karena itu, bagi masyarakat Bima, membangun rumah harus memilih Panggita, arsitek berpengalaman dan berakhlak mulia atau loa ra tingi dalam istilah bahasa Bima.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seorang Panggita tidak hanya dikenal dalam pembuatan dan pembangunan rumah, Panggita juga dikenal dalam pembuatan kapal dan upacara Kalondo Lopi atau menurunkan perahu ke laut, seperti ritual yang ada di Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima," terang Alan Malingi yang dihubungi detikTravel, Jumat (21/9/2018).
![]() |
"Panggita adalah keturunan ahli dalam pembangunan rumah. Biasanya seorang Panggita menurunkan ilmunya kepada anak dan keturunannya," kata Alan, aktivis kebudayaan masyarakat Bima.
Ada beberapa hal yang dilihat oleh seorang Panggita dalam memulai pembangunan rumah. Pertama sebuah rumah tidak boleh berhadapan dengan jalan bercabang tiga. Artinya rumah tidak boleh berada tepat di persimpangan.
Hal ini diyakini akan menyebabkan penghuninya selalu sakit dan kehidupannya tidak akan berkembang baik. Kedua, pintu rumah harus menghadap ke arah gang atau jalan agar rumah terlihat selalu terbuka untuk para tamu.
Ketiga, pintu rumah dengan pintu pagar depan tidak boleh lurus atau satu arah. Hal ini diyakini agar penyakit dan bala tidak langsung masuk ke dalam rumah. Di samping itu, orang tidak akan dapat melihat langsung aktivitas di dalam rumah.
Ke empat, ukuran pintu rumah harus lebar melebihi ukuran keranda atau Salence untuk pengurusan jenazah. Kelima, rumah tidak boleh terlalu dekat membelakangi sungai atau lereng perbukitan. Hal ini dilakukan sebagai model mitigasi bencana.
Sebelum membangun rumah, seorang Panggita memilih batu datar untuk ditempatkan tiang rumah. Lalu seorang Panggita melantunkan doa dan mantra yang disaksikan oleh warga. Setelah itu dimulailah pembangunan rumah yang ditandai penyembelihan hewan ternak seperti ayam dan kambing.
Peran Panggita sesungguhnya sudah berlangsung lama, sejak peradaban Uma Lengge ada. Uma Lengge adalah sebutan bentuk rumah tradisional yang ada di Bima. Beberapa model contoh Uma Lengge dapat ditemui di beberapa desa yang ada di Kabupaten Bima, seperti di Desa Sambori, Kuta, Wawo, Donggo, dan desa-desa tradisional lainnya di Bima.
![]() |
Contoh lain di Desa Parado Wane, Kabupaten Bima, ada upacara khusus untuk membuka atau mengunci pintu rumah baru atau dikenal dengan istilah upacara Wole Uma yang dilakukan oleh Panggita.
Selain bahan baku dan konstruksi rumah sangat menentukan, diyakini juga air sisa rendaman saat upacara Wole Uma dibagi-bagikan kepada warga tetangga. Air rendaman diyakini sebagai obat kuat terutama untuk menyembuhkan lutut dan persendian.
"Ritual-rutual seperti itu masih sangat kental dilakukan beberapa tahun lalu. Besar kemungkinan ritual-ritual itu adalah warisan pra-Islam masuk ke Bima. Wallahualam," ungkap Muktamirin, warga Bima.
BACA JUGA: Inspiratif! Suku Mbojo di Bima Punya Tradisi Lestarikan Sumber Air
Namun demikian, menurut Alan, bahan pohon kayu yang digunakan untuk konstruksi rumah merupakan kayu pilihan dan enzimnya berkhasiat sebagai ramuan obat, contohmya enzim kayu akasia.
Nilai-nilai kearifan lokal dalam membangun rumah di masyarakat Bima cukup baik untuk diperhatikan, karena diakui oleh Alan, rumah tempat tinggal juga berhubungan dengan harmonisasi alam, yaitu hubungan manusia dengan lingkungan sekitar dan hubungan manusia dengan sesama.
Nah, masyarakat di NTB perlu mengambil hikmah dari kearifan lokal warga di Bima, terlebih daratan tanah di NTB rentan terjadinya fenomena alam seperti gempa bumi, banjir, longsor, gunung meletus, dan bencana alam lainnya.
Simak Juga 'Meneladani Falsafah Huma Betang ala Suku Dayak':
(rdy/krn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum