Tak Ada Papan Tulis di Desa Bahasa yang Inspiratif Ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tak Ada Papan Tulis di Desa Bahasa yang Inspiratif Ini

Eko Susanto - detikTravel
Selasa, 03 Des 2019 19:28 WIB
Foto: Belajar bahasa Inggris di Desa Bahasa Borobudur (Eko Susanto/detikcom)


Tak Ada Papan Tulis di Desa Bahasa yang Inspiratif IniFoto: Eko Susanto/detikcom

Menyinggung perihal nama Desa Bahasa tersebut, kata dia, awalnya diberi nama Padepokan Bahasa. Namun, jika menggunakan nama padepokan erat sekali dengan kesenian.

"Awal mula Desa Bahasa, dulunya Padepokan Bahasa. Tapi ketika Padepokan Bahasa, saya lebih ke ekstrem hampir sama dengan kesenian, terus saya mau bikin tentang lembaga kursus. Kalau lembaga kursus lebih ke orentasi ke profit. Lha saya mau mengangkat ke desa waktu itu, Desa Bahasa, bukan Desa Inggris. Tapi waktu itu kan, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jepang, Bahasa Jawa. Lagi jalan Bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa," kenang Hani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun seiring berjalannya waktu, kata Hani, mengumpulkan seluruh perangkat desanya. Kemudian keberadaan Desa Bahasa yang ada tersebut agar pengelolaan yang dilanjutkan, namun tidak ada yang mau.

Tak Ada Papan Tulis di Desa Bahasa yang Inspiratif IniFoto: Eko Susanto/detikcom

Bahkan pada tahun 2007, Desa Bahasa ditutup karena tidak ada yang mengelola dan saat itu yang kursus warga Desa Ngargogondo dan bersifat gratis. Kemudian, kembali didirikan lagi pada 4 Oktober 2012, untuk itu, keberadaan Desa Bahasa dipertahankan hingga sekarang.

"Alhamdulillah saya buka lagi di sini Desa Bahasa, recovery lagi, bangkit lagi, hidupkan lagi sehingga sekitar 5 tahun kita betul-betul mati suri, nggak ada kegiatan. Mulai tahun 2007 sampai 2012, betul-betul akhirnya saya kembali lagi kesini, saya buka lagi cuma ada perubahan saya nggak seperti dulu lagi. Kalau dulu kan hanya untuk warga sekitar sini, gratis total.

Lha dari situlah, akhirnya tetap social is social, bisnis is bisnis, maka ketika orang kampung, orang Desa Ngargogondo gratis untuk pendidikannya, bukunya tetap bayar, untuk pendidikannya gratis 100 persen, tapi dengan syarat dia tinggal di Ngargogondo, dia KTP Ngargondo. Kalau dari luar Desa Ngargogondo, bayar. Alhamdulillah sekarang ada yang dari Arab, Jepang," ujar suami dari Ani Faizah.


Hide Ads