![]() |
Menyinggung perihal nama Desa Bahasa tersebut, kata dia, awalnya diberi nama Padepokan Bahasa. Namun, jika menggunakan nama padepokan erat sekali dengan kesenian.
"Awal mula Desa Bahasa, dulunya Padepokan Bahasa. Tapi ketika Padepokan Bahasa, saya lebih ke ekstrem hampir sama dengan kesenian, terus saya mau bikin tentang lembaga kursus. Kalau lembaga kursus lebih ke orentasi ke profit. Lha saya mau mengangkat ke desa waktu itu, Desa Bahasa, bukan Desa Inggris. Tapi waktu itu kan, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Bahasa Jepang, Bahasa Jawa. Lagi jalan Bahasa Inggris, Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa," kenang Hani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bahkan pada tahun 2007, Desa Bahasa ditutup karena tidak ada yang mengelola dan saat itu yang kursus warga Desa Ngargogondo dan bersifat gratis. Kemudian, kembali didirikan lagi pada 4 Oktober 2012, untuk itu, keberadaan Desa Bahasa dipertahankan hingga sekarang.
"Alhamdulillah saya buka lagi di sini Desa Bahasa, recovery lagi, bangkit lagi, hidupkan lagi sehingga sekitar 5 tahun kita betul-betul mati suri, nggak ada kegiatan. Mulai tahun 2007 sampai 2012, betul-betul akhirnya saya kembali lagi kesini, saya buka lagi cuma ada perubahan saya nggak seperti dulu lagi. Kalau dulu kan hanya untuk warga sekitar sini, gratis total.
Lha dari situlah, akhirnya tetap social is social, bisnis is bisnis, maka ketika orang kampung, orang Desa Ngargogondo gratis untuk pendidikannya, bukunya tetap bayar, untuk pendidikannya gratis 100 persen, tapi dengan syarat dia tinggal di Ngargogondo, dia KTP Ngargondo. Kalau dari luar Desa Ngargogondo, bayar. Alhamdulillah sekarang ada yang dari Arab, Jepang," ujar suami dari Ani Faizah.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol