Desa-desa cantik di sekitar Candi Borobudur paling asyik dijelajahi naik sepeda. Traveler yang tidak membawa sepeda, tapi hobi gowes bisa menyewa di tempat ini
Saat ini lagi booming naik sepeda. Untuk itu, pesepeda kiranya perlu mencoba beberapa rute-rute yang ada di sekitar Candi Borobudur. Bahkan, bagi turis dari luar kota untuk menjajal rute dengan sepeda di sekitar desa-desa kawasan Candi Borobudur tak perlu repot-repot.
Bagi yang datang dari luar kota untuk bersepeda keliling desa-desa kawasan Candi Borobudur, tak jauh dari Candi Borobudur ada persewaan sepeda. Bagi yang ingin menyewa sepeda bisa memilih jenis sepeda mulai dari sepeda tua hingga sepeda produk modern. Harga sewa sepeda sangat terjangkau bagi pesepeda.
Lokasi persewaan sepeda ini sangat mudah ditemui yakni di Jalan Balaputradewa, Dusun Brojonalan, Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, tepatnya Wisata Sepeda by Pramono atau bisa dikunjungi di www.wisatasepeda.co.id. Persewaan sepeda ini telah berlangsung sejak 7 tahun yang lalu dikelola oleh Pramono Budianto (71).
"Dari awalnya itu, saya betul-betul pecinta sepeda dan kenapa saya mencintai sepeda karena ini produk teknologi yang luar biasa. Dari abad ke-18 sampai abad ke-19 masih banyak eksperimen. Setelah abad ke-19 itu sepeda prinsipnya sama sampai detik ini, 'rodo loro digenjot nganggo rantai (dua ban digenjot pakai rantai). Lha ini ada pengembangan-pengembangan baru, tapi secara universal, sepeda ya seperti ini. Dari situ, saya mencintai sepeda luar biasa," kata Pramono saat ditemui, Kamis (25/6/2020), sore.
![]() |
Untuk ide menyewakan sepeda tersebut karena mengoleksi sepeda yang jumlahnya banyak. Pihaknya berharap dengan sewa sepeda, orang bisa tahu nikmatnya bersepeda. Adapun basic membuka rental sepeda sebenarnya untuk edukasi.
"Setelah saya punya sepeda banyak, saya berpikir seperti itu 'piye carane biar orang bisa naik sepeda', kenal sama sepeda hingga saya bikin rental sepeda. Makanya saya buka rental sepeda itu sebenarnya basicnya edukasi," tuturnya.
Usaha membuka rental tersebut telah dilalui sekitar 7 tahun yang lalu. Di awal-awal membuka rental sepeda di kawasan Candi Borobudur itu, jika ada orang yang mau meminjam sekalipun tidak membayar, Pramono mengaku senang karena orang bisa menikmati sepeda. Dari usaha yang dirintisnya tersebut baru bisa dinikmati tiga tahun kemudian.
"Ini sudah tujuh tahun, tapi merambat-rambat. Kira-kira 3 tahun saya baru bisa hidup. Jadi 5 tahun itu betul-betul, 'saya wis tok numpako ora bayar ra popo' (naik saja tidak bayar tidak apa-apa). Saya stay disini tujuh tahun, tapi kira-kira bisa hidup baru tiga tahun yang lalu," katanya seraya menyebut semenjak adanya pandemi virus Corona sekitar empat bulan persewaan sepeda sepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Usaha persewaan sepeda yang dikelolanya tersebar di Borobudur, Prambanan, Yogyakarta hingga Semarang hingga jumlahnya sampai 3.400 sepeda. Semenjak adanya pandemi COVID-19 ini, booming sepeda naik. Ia berpikir dan menggunakan kesempatan ini untuk bisnis.
"Sebetulnya jumlahnya sudah 3.400, tapi karena keadaan seperti ini. Ini sekarang saya mulai jual, tapi misi saya sudah tersampaikan karena orang membeli sepeda saya ini dengan seneng sepeda. Dulu saya jual sepeda kangelan (sulit). Saya datang, idenya nyewake sepeda, lha ini karena COVID-19, tak jual," kata dia.
"Ini harus cari solusinya, salah satunya ini saya jual karena sekarang harganya mahal. Sekarang ini orang demam sama sepeda semua, kalau nanti sudah tidak laku dijual murah, nanti saya beli lagi. Ini bisnis saja," tuturnya seraya menyebut semenjak COVID-19 ini sepeda yang laku dijual berkisar 100 sampai 200-an.
Untuk harga sewa sepeda sehari sangat terjangkau sebesar Rp 15.000. Kemudian, untuk sepeda yang ada boncengannya Rp 25.000 dan khusus untuk yang touring Rp100.000 per harinya.
"Yang untuk touring Rp100.000, yang ada boncengane Rp 25.000, sepeda tua Rp 15.000, tapi yg ada boncengan Rp 25.000," ujarnya.
![]() |
Pramono menambahkan, bagi pesepeda rute-rute yang ada di Borobudur banyak sekali. Bahkan menjadi surganya bagi pesepeda, mau memilih lokasi untuk selfie perkampungan, persawahan hingga pegunungan ada.
"Sebetulnya Borobudur itu surganya pesepeda. Emak-emak yang cuma mau selfie, nyewa dua jam, dua tiga jam masuk sawah-sawah untuk cari posisi selfie, sampai pesepeda tangguh yang menek-menek gunung, ribuan rute," tutur Pramono.
Pramono mengakui, jika yang meminjam sepedanya bukan hanya wisatawan saja. Sejumlah instansi terkadang datang meminjam dalam jumlah banyak. Bahkan terkadang mengantarkan pesanan peminjaman sepeda hingga Semarang, Jogja, Bali maupun kota lainnya.
"Kita ngirim hampir 1.000 lebih ke gubernuran (Jawa Tengah), satu sepeda harga Rp80.000. Ke Bali, hampir 400-600 sepeda, sewa sepedanya Rp250.000," kata Pramono seraya menyebut perawatan sepeda mudah.
Pramono mengaku, jika koleksi sepedanya banyak sekali dulunya membeli baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri. Sebelum ada internet, ia hunting mencari sepeda di sejumlah pasar seperti Kebumen, Klaten, Solo, Kroya, Jawa Timur hingga Jawa Barat. Sekali beli sekitar 50-an sepeda dengan diangkut truk. Kemudian, semenjak ada internet, khususnya wilayah pulau Jawa diakui banyak yang menawarkan sepeda kepadanya.
"Jadi gini, orang gila seperti saya itu karena punya mimpi. Orang nggak mikir, saya sudah mikir. Tahun 1970 sampai tahun 2000-an, mulai tahun '70 sepeda motor sudah merajai Indonesia. Tahun 2000, sepeda mulai dibuang, dalam arti diberikan misal kepada pembantunya, sama pembantunya dipakai mencari rumput. Lha itu (sepeda) menjadi alat transportasi sangat murah bagi orang desa. Saya datang pakai truk beli di pasar. Murah, pol murahe. Ya kira-kira 50 sepeda, tapi yang merek," katanya.
Kemudian untuk sepeda yang murah, kata Pramono, dibeli dari tukang rongsok. Ia memiliki langganan dari tukang rongsok di daerah Sleman dengan membeli kiloan. Kemudian, yang masih berguna dibeli, sedangkan yang tidak berguna dijual kepada tukang rongsok tersebut. Selanjutnya, yang masih berguna tersebut disimpannya untuk dirakit kembali menjadi sepeda.
"Sepeda murah-murah ini, kenale tukang rongsok. Misal rongsok Sleman, saya datang. Saya copoti yang tidak berguna, tak jual lagi sama dia, tapi saya tidak ngopeni barang bosok. Tak ambil barangnya yang mahal-mahal tak setting," tuturnya.
(wsw/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!