Menjelajahi pelosok-pelosok negeri merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Apalagi di kala ingin melepaskan penat karena aktifitas sehari-hari.
Saya memiliki cara untuk melepaskan semua itu dengan berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah saya kunjungi. Karena itu, marilah sesekali kita berjalan menjelajah pelosok negeri untuk mencari ketenangan, bergembira, berpikir, dan sekaligus menghayati ciptaan Tuhan yang sangat luas ini. Betapa tidak, karena kamu akan banyak menyaksikan keindahan panorama yang mempesona. Keluarlah dari rumah, lalu perhatikan apa yang ada di sekitarmu, di depan dan di belakangmu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bagus Juga Ya Pantai Sadranan di Yogyakarta |
Kali ini saya akan membahas satu pantai tersembunyi di balik bandara Ahmad Yani, Semarang, yaitu Pantai Baruna. Sore itu matahari sangat galak di ujung timur seperti sudah bersiap untuk menenggelamkan dirinya. Saya dan teman kantor mengikuti jalur ke arah bandara, kami banting setir dan berbelok kearah perkomplekan dan memasuki sebuah gang tersembunyi yang bertuliskan plang 'Dilarang berfoto-foto di wilayah ini'.
Tentu kami penasaran dengan itu, akhirnya mobil kami memasuki area hamparan sawah luas nan hijau itu, serupa dengan sabana di perbukitan. Di tengah jalan, ada seorang warga menghentikan mobil kami dan menanyakan keperluan kami di tempat ini, saya katakan dengan jujur ingin ke ujung sabana itu dan berfoto-foto.
"Oh silahkan saja di ujung sabana ada Pantai Baruna namanya, tapi kalau mau kesana bayar dulu Rp 20.000 untuk biaya parkir," katanya. Kami pun mengangguk menuruti.
![]() |
Sesampainya di ujung sabana, kami benar-benar mendapati sebuah pantai ciamik yang jarang sekali ditemukan pengunjung di sana. Hanya ada beberapa warga yang sedang asik memancing ikan di tepian sembari menikmati sunset di kaki cakrawala.
Saya tertegun melihat paduan warna langit yang sedikit keemasan itu membuat air laut menjadikan berkilau seperti cerminan dari gumpalan awan di atas. Saya juga mendengar suara perahu kayu di kejauhan dengan mesin tuanya yang memutari tengah laut seperti mencari posisi yang nyaman untuk memancing. Namun sayangnya di tepian pantai hanya ada bebatuan kecil menutupi pasir, serta ilalang di pinggirnya.
Akhirnya saya bisa tersenyum lagi tanpa memakai masker di wajah, karena pada intinya hanya inilah yang saya butuhkan saat ini. Kedamaian hati, pikiran, dan tempat yang menenangkan jiwa.
---
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel, Annisa Aulia dan sudah tayang di d'Travelers Stories.
(elk/elk)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol