Indonesia punya beragam tarian perang yang unik. Di Labuan Bajo tarian perang tersebut bernama Caci dan punya arti mendalam akan kehidupan. Tari Caci ini bisa ditemui di Desa Adat Liang Ndara, Flores. Caci adalah tari perang khas masyarakat Manggarai.
Nama Caci adalah kepanjangan dari Ca yang artinya satu dan Ci yang adalah uji. Ini adalah uji ketangkasan dalam pertarungan satu lawan satu.
"Ada filosofi hidup dari tarian caci, ini tentang hidup dan tingkat kedewasaan seorang laki-laki," ujar Kristoforus Nison, ketua lembaga Desa Adat Liang Ndara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kristo bercerita bahwa penari Caci ibarat manusia dan alam. Ada tameng di bagian kepala, tangan dan pinggang. Sementara tangan kanan memegang pecut untuk menyerang.
![]() |
Dua pemain akan saling pecut dan menangkis. Filosofinya lelaki harus bisa menyusun strategi dengan baik dan belajar untuk mawas diri.
"Jika terkena pecut jangan kita langsung menyalahkan orang atau keadaan. Coba lihat diri kita, apakah kita punya salah dan harus introspeksi diri," terangnya.
Tari Caci juga mengajarkan kita untuk tidak mendendam, sportivitas, saling menghormati dan pesan damai. Pecutan yang diberikan oleh alam harus jadi pembelajaran mencapai kedewasaan.
Semakin banyak luka yang didapat oleh pria, konon semakin diperhitungkan, label pria dewasa tak perlu diragukan lagi. Bila sudah melalukan Caci, pria akan mendapatkan kehormatan dari tetua adat dan kaum perempuan Flores.
![]() |
Kedewasaan yang dimaksud adalah mental kuat sebagai seorang pemimpin, minimal dalam keluarga. Pria harus bisa melihat hal baik dan buruk sebelum mengambil keputusan.
Tarian Caci memiliki 3 makna, yaitu Naring, Hiang dan Mengkes. Naring artinya memuji, Hiang adalah menghormati dan Mengkes artinya bergembira. Sehingga tarian ini memiliki makna menghormati sesama, bergembira sekaligus bersyukur kepada Tuhan.
![]() |
Pakaian yang digunakan hanyalah celana putih dan kain adat berwarna hitam. Warna hitam adalah sakral yang artinya misteri kehidupan.
Sebelum mulai, dua petarung akan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Diiringi dengan lagu-lagu adat dan musik, petarung harus mengecek perlengkapannya. Aturannya pun sangat jelas, petarung hanya boleh melecutkan cambuk ke bagian tubuh atas, lengan, punggung dan dada.
Bicara soal sportivitas, jika perisai salah satu petarung lepas maka lawan tidak boleh menyerang. Petarung harus memegang perisai dengan benar.
Tarian Caci tak hanya menjadi suguhan dari Desa Adat Liang Ndara. Wisatawan yang datang pun diajak untuk mencoba merasakan tarian perang ini secara langsung. Kamu berani mencobanya?
(bnl/ddn)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol