Kerusakan lingkungan alam makin memprihatinkan namun belum juga disadari oleh masyarakat. Wisata satu ini hadir memberikan edukasi alam lewat sentuhan seni.
Permasalahan alam rusak melatarbelakangi lahirnya Sudut Cerita. Satu wahana multimedia interaktif yang ada di dalam bangunan Sudut Pandang, di Kawasan Wisata Punclut, Desa Pagerwangi, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sudut Cerita muncul sebagai destinasi liburan alternatif bagi masyarakat yang lain dari biasanya. Di Sudut Cerita, pengunjung bakal diperlihatkan isu kerusakan lingkungan. Proyeksi kerusakan lingkungan diimplementasikan dalam instalasi seni di Sudut Cerita oleh beberapa seniman lokal Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudut Cerita ini bagian dari Sudut Pandang, yang berperan memberikan edukasi dan hiburan bagi pengunjung melalui media interaktif art. Untuk periode pertama ini judulnya linimasa dengan tema besar hubungan manusia dengan alam," ungkap Jeff Manzani (26), Manajer Operasional Sudut Pandang, kepada detikcom, Sabtu (24/10/2020).
Di Sudut Cerita, pengunjung bakal disuguhi tujuh ruangan sebagai satu kesatuan merepresentasikan segala bentuk kerusakan lingkungan yang dilakukan oleh manusia sebagai penghuninya.
Ruangan pertama menghadirkan sensor gerak yang merefleksikan diri manusia. Secara sadar manusia melakukan tindakan yang efeknya merusak lingkungan alam dan sekitarnya ditandai dengan pohon yg diikat dengan rantai.
![]() |
Di ruangan ke dua dan ke tiga merupakan satu kesatuan dengan ekosistem yang lebih spesifik yaitu air. Pengunjung bisa melihat instalasi seni multimedia dengan bentuk menyerupai tumpahan minyak di air yang memunculkan warna pelangi pada permukaannya.
Di ruangan ke empat ada ekosistem darat. Begitu memasuki ruangan bisa terasa suasana gersang dan panas menyengat. Ruangan berwarna orange dihiasi batang pohon yang kering. Ruangan tersebut membahas cuaca ekstrem, pemanasan global, kekeringan karena nuansanya orange dan tandus.
Di ruangan ke lima, pengunjung bisa melihat ikan, ubur-ubur, dan hewan laut lainnya yang dikemas dalam media gambar bergerak terproyeksi pada dinding ruangan berwarna hitam. Di ruangan ke enam mulai menyinggung ekosistem langit yang tak luput dari pencemaran lingkungan. Memasuki ruangan itu, pengunjung akan melihat ruangan penuh cermin, instalasi seni dengan bentuk tak lazim, dan langit-langit berwarna putih sebagai analogi awan dengan lampu sebagai bintangnya.
Di ruangan terakhir, ada satu bentuk instalasi rumah dan tembok putih yang jadi kesimpulan dari perjalanan pengunjung ke setiap ruangan. Tembok putih memantulkan bayangan hitam sebagai sisi lain setiap orang.
"Manusia akhirnya bisa berkaca atas apa yang mereka lakukan. Apakah nanti ada efek 'oh iya memperbaiki kesalahan mereka seperti tidak membuang sampah sembarangan, tidak menggunakan plastik lagi, atau tidak ada dampak apa-apa'. Itu semua subjektif dan dikembalikan ke masing-masing pengunjung," tuturnya
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum