Air Terjun di Desa Sanggulan Dekat Desa Adat
"Air terjun Sampai ini juga menjadi bahan baku air bersih bagi masyarakat desa sekitar, jadi tidak lagi mengandalkan air Sungai Mahakam yang sudah tercemar," kata Junaidi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Junaidi warga kota Samarinda yang berkunjung ke air terjun di Desa Sanggulan mengatakan bahwa keberadaan air terjun-air terjun itu menjadi bukti bahwa hutan tropis Kalimantan Timur menyimpan berbagai potensi wisata yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Junaidi mengatakan meskipun ketinggian air terjun hanya kurang lebih 7 meter, namun pada bagian dasar terjunnya menyerupai kolam dengan luas mencapai lebih dari 100 meter persegi dan kedalaman kolam mencapai 1,5 meter tepat di bawah titik air terjunnya.
Vegetasi sekitar air terjun sebagian masih berupa tanaman hutan. Tetapi pada bagian hulunya sudah banyak mengalami perubahan tata guna lahan menjadi areal pertambangan dan pertanian.
"Kami berharap bahwa kawasan ini bisa tetap dijaga karena ini merupakan potensi alam yang bisa menghasilkan pendapatan bagi masyarakat sekitar jika air terjun yang tidak dimiliki daerah lain ini dikelola dengan baik," kata Junaidi.
![]() |
Salah satu cara adalah dengan menata kembali kawasan hulu air terjun sehingga bisa mengembalikan kualitas air terjun yang diakui saat ini sudah tidak terlihat.
"Menurut warga dulu air terjunnya sangat jernih, sementara saat ini keruh, karena akar akar-akar pohon yang menjadi penyaring dari kandungan lempung yang terkandung di dalam air sudah semakin sedikit," kata Junaidi.
"Walaupun demikian air terjun ini masih memungkinkan untuk dijadikan salah satu obyek tujuan wisata alam, hanya diperlukan penataan lebih lanjut dan pemeliharaan lingkungan pendukungnya," dia menambahkan.
Sementara itu, Romi, ketua Kelompok Informasi Masyarakat Desa Sanggulan, menyebut potensi wisata alam di Desa Sanggulan memang belum maksimal digarap.
"Kita lihat saat ini air mungkin sedikit kurang sehingga air yang turun tidak begitu lebar dan pengunjung pun harus ke atas bukit agar bisa merasakan air terjun itu," kata Rommy.
"Yang pasti kita akan bangun kembali tempat ini dengan tidak merusak namun justru mempertahankan keindahan kawasan ini dengan mempertahankan kealamian kawasan ini," Rommy menambahkan.
Jalan masuk ke air terjun-air terjun di Desa Sanggulan memang masih mengandalkan jalan tanah. Asyik memang masih alami, namun cukup licin saat musim hujan. Setidaknya, pengelola harus menyiapkan tali pengaman.
"Kami harapkan pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara bisa memperhatikan tempat ini sebagai salah satu tempat wisata unggulan di Kutai Kartanegara, karena ditempat ini selain ada wisata air terjun, juga banyak sekali goa goa alam yang pastinya bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini," kata Rommy.
Rommy optimistis air terjun di Desa Sanggulan itu bakal menarik wisatawan lebih banyak jika dikelola dengan serius. Sebab, kawasan ini sangat dekat dengan desa wisata masyarakat adat Dayak Lekak Kidau.
"Selama inikan pengunjung jika ingin ke desa wisata Lekak Kidau memerlukan waktu 4-5 jam dari Tenggarong, menggunakan jalur darat mereka hanya membutuhkan waktu 1,5 jam-2 jam, dan mereka juga bisa menikmati wisata alam lainnya seperti wisata goa dan air terjun di Desa Sanggulan," ujar Rommy.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol