DOMESTIC DESTINATIONS
Ada di Pedalaman Riau, Suku Bonai yang Hidup Berdampingan dengan Alam

Seperti provinsi lain di Indonesia, Riau juga memiliki sejumlah suku adat. Salah satunya adalah Suku Bonai yang hidup selaras dengan alam.
Dikutip detikTravel dari situs resmi Dinas Sosial Riau, Jumat (5/3/3021), umumnya Suku Bonai dapat ditemui di dua kabupaten Riau. Antara lain di Rokan Kanan (Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Kampar) dan Rokan Kiri (Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir).
Asal Suku Bonai
Asal kata Bonai sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun dalam masyarakat Suku Bonai berkembang dua versi tentang asal usul mereka. Pertama menerangkan bahwa nenek moyang mereka adalah berasal dari Borneo (Kalimantan) yang datang menyusuri muara Sungai Rokan ke arah hulu, dan sampailah mereka ke tempat pemukiman sekarang.
Menurut sejarah nenek moyang, awalnya Suku Bonai dipimpin oleh dua orang bersaudara. Yaitu Sultan Janggut yang menjadi cikal bakal orang Sakai di bagian hilir Sungai Rokan dan Sultan Harimau yang menjadi cikal bakal orang Bonai.
Menurut cerita singkat setelah mereka bertemu di antara Rokan Kiri dan Rokan Kanan (kuala sako), kedua beradik tersebut berpisah mencari pemukiman masing - masing.
Sultan Janggut menyusuri sungai Rokan Kanan dan Sultan Harimau menyusuri sungai Rokan Kiri ke arah hulu sungai. Diyakini oleh mereka bahwa Sultan Harimau berasal dari Borneo, sehingga kata Bonai dianggap berasal dari kata tersebut.
Cerita versi ini sulit diterima kebenarannya, karena secara Geohistoris tidak ditemukan bukti-bukti tentang adanya migrasi orang Borneo atau selebes ke wilayah pedalaman Sumatera. Bahkan bahkan menurut Alimandan (P3-S, 1989), bahwa nama Sultan Harimau yang dipercayai sebagai nenek moyang orang Bonai berasal dari Borneo (Kalimantan) yang dengan jelas tidak ada harimaunya.
Versi kedua, menerangkan asal usul nenek moyang orang Bonai adalah berasal dari kerajaan Pagaruyung. Terlepas dari mitos misi Rakit Kulim Datuk Papatih Nan Sebatang yang juga berkembang dalam masyarakat Bonai, seperti yang terjadi dalam orang Talang Mamak.
Cerita ini cukup masuk akal dan mudah diterima jika dikaitkan dengan kebudayaan dan sistem kekerabatannya yang ada pada Suku Bonai. Bukti konkritnya adalah orang Bonai mengenal sistem kekerabatan seperti orang minang kabau.
Mereka mengenal Ninik Mamak dan hubungan dengan pihak keluarga ibu sangat dekat (matrilineal). Selain itu mereka juga mengenal suku-suku sebagai cerminan keluarga dan garis keturunanya.
Dari kedua versi diatas tentu sangat sulit menyebutkan secara pasti dari asal usul mereka. Tidak ada bukti sejarah yang kuat menyebutkan mereka berasal dari salah satu versi tersebut.
Hanya bila pendekatan sosial budaya yang dilakukan, maka kecenderungan kesimpulan lebih memberatkan asal usul mereka kepada Minang Kabau yaitu berasal dari Kerajaan Pagaruyung.
Mata pencaharian Suku Bonai
Sumber mata pencaharian utama masyarakat suku Bonai adalah sebagai nelayan penangkap ikan, khususnya di sepanjang Sungai Rokan Kanan. Teknologi yang digunakan masih tradisional seperti siapang (tombak mata tiga), kayo (pancing yang dipasang malam dan akan diambil pagi hari), lukah dan jaring.
Hasil tangkapan ikan mereka, kebanyakan digunakan untuk konsumsi sendiri dan sebagian dijual untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain dari sektor perikanan, mereka juga sebagai petani dan pengumpul hasil hutan yang sangat tergantung pada alam, Pekerjaan perkebunan dilakukan secara sub-sistem, khususnya tanaman ubi, jeruk dan tanaman muda lainya yang tidak mendapatkan perawatan.
Komunitas Adat Terpencil Suku Bonai dari zaman kerajaan telah mengenal Islam dan menyatakan telah memeluk Islam. Dalam kehidupan sehari-harinya masyarakat Suku Bonai masih diwarnai oleh praktek-praktek animisme, seperti tradisi pengobatan tradisional oleh bomo dan pemujaan terhadap roh-roh penunggu hutan.
Simak Video "Jokowi Resmikan Sistem Penyediaan Air Minum Regional Durolis, Riau"
[Gambas:Video 20detik]
(rdy/ddn)