Gubernur Jendral Daendels Berdiri Tegak di Jalan Cadas Pangeran

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gubernur Jendral Daendels Berdiri Tegak di Jalan Cadas Pangeran

Nur Azis - detikTravel
Minggu, 01 Agu 2021 21:33 WIB
Sumedang -

Patung ikonik di Jalan Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang dijadikan simbol perlawanan rakyat Sumedang pada masa Hindia - Belanda atau pra-Indonesia. Siapa mereka?

Patung itu rupanya patung Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau Pangeran Kornel dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.

Patung tersebut menampilkan sosok lelaki tinggi yang mengenakan jubah busana militer dan juga topi tricorne. Dia nampak menyodorkan tangan kanan yang disambut jabatan tangan kiri oleh lelaki yang mengenakan berikat kepala Sunda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Membicarakan Daendels tidak lepas dari kenangan pahit penduduk Sumedang di zaman Belanda yang menjadi korban kerja rodi dari proyek Jalan Pos atau Jalan Daendels. Dalam pembangunan jalan itu, kurang lebih 5.000 nyawa melayang lantaran harus mengikis medan terjal cadas berbatu disertai jurang yang sangat curam atau kini dinamai Cadas Pangeran.

Deskripsi itu diungkapkan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (2006). Di masa pendudukan Jepang, Pramoedya atau Pram yang kala itu bekerja di Kantor berita Domei milik Jepang berkesempatan membaca berbagai referensi buku salah satunya ensiklopedi besar winkler prins.

ADVERTISEMENT

Dari sana, Pram mengetahui akan sosok Daendels yang digambarkan sebagai seorang yang berhati baja, sekaligus berkepala angin, baik atau buruk, benar atau salah akan langsung menembak mati lawan yang membangkangnya. Lingkungan dan bawahannya harus patuh pada perintahnya.

Patung Deandels di Jalan Cadas Pangeran, SumedangPatung Deandels di Jalan Cadas Pangeran, Sumedang Foto: Nur Azis/detikcom

Daendel diangkat jadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda oleh Louis Napoleon Bonaparte yang tidak lain adik dari Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte pada 1808. Belanda yang berada di bawah kekaisaran Perancis kala itu mendapat ancaman laut dari persekutuan Eropa yang pimpin oleh Inggris.

Untuk menyelamatkan tanah Jawa dari serangan Hegemoni laut Inggris (setelah sukses menyingkirkan hegemoni Spanyol dan Portugis, sekutu dari Kekaisaran Perancis) maka diutuslah Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda merangkap Panglima Tertinggi Angkatan Darat dan Laut.

Saat ke pulau Jawa, Daendels tidak menggunakan kapal laut Belanda karena ancaman Inggris, ia pun menempuh jalan darat melalui Paris - Lisboa - Cadiz di Spanyol Selatan. Kemudian, menyeberang ke Kepulauan Kanari di Samudera Atlantik di Barat Afrika Utara lalu naik ke Kapal Amerika menuju New York lalu dari situ naik kapal Amerika menuju Jawa dengan memakai nama samaran, Van Vlierden (nama istrinya).

Apapun tugas yang diemban Daendels, terpenting adalah mempertahankan tanah Jawa terutama Batavia sebagai ibukota kerajaan dunia Belanda di Asia. Salah satu yang dilakukannya yaitu membangun Jalan Raya Pos yang membentang 1.000 Kilometer sepanjang utara Pulau Jawa atau dari Anyer sampai Panarukan pada 1808.

Halaman berikutnya >>> Deandels sampai di Sumedang

Saat pembangunan jalan tersebut tiba di Sumedang, Daendels menghadapi kesulitan. Selain perlawanan para pribuminya, Daendels juga harus menaklukkan medan berupa tebing dan jurang.

Pram dalam bukunya menyebutkan, dalam pembikinan jalan inilah baru muncul angka jumlah korban sebanyak 5.000 jiwa. Menurut Pram angka yang begitu bulat menunjukan tidak rincinya laporan yang ada. Mungkin kurang, mungkin lebih.

Bahkan Pram menyebutkan setidaknya inilah salah satu bentuk genosida tidak langsung di tanah Jawa kala itu demi pembangunan, kelangsungan, penjajahan, kekayaan dan kemajuan Eropa.

Menurut Pram berdasarkan laporan Inggris yang dibacanya menyebutkan untuk angka korban jiwa seluruh pembangunan Jalan Raya Pos, Jalan Daendels mencapai 12.000 jiwa.

Kendati banyak korban jiwa namun bukan Daendels jika harus bergeming demi suksesnya ambisi pembangunan jalan tersebut. Sementara yang tewas tidak akan pernah melihat, apalagi menikmati hasil dari cucuran keringatnya.

Sementara itu, menurut Ketua Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) Apih Tatang, saat proyek jalan Daendels tiba di Sumedang, Daendels merekrut para pekerja dari Sumedang dan dari daerah lain seperti Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon. Sebabnya, kondisi alam sangat menantang.

"Pembangunan jalan Bandung Sumedang, khususnya 5 kilometer ke arah Sumedang atau tepatnya di Jalan Desa Cipeles dan Cikarmas atau di lokasi tepat Jalan Cadas Pangeran, medannya sangat sulit pada waktu itu," ungkap Apih kepada detikcom, Jumat (30/7/2021).

Dengan alat seadanya, kata Apih, Daendels memerintahkan para pekerja untuk mengikis tebing Cadas Pangeran yang terjal dan berbatu itu dengan alat seadanya. Namun sebelumnya oleh pangeran Kornel, Daendel telah diingatkan untuk tidak memakai alat seadanya lantaran khawatir pengerjaan tidak mencapai target.

"Benar saja pekerjaan itu tidak selesai sebagaimana rencana, lalu saat Daendels ke lokasi untuk memeriksa, pangeran Kornel yang khawatir akan kemarahan Daendels kepada para pekerja, langsung mendatanginya terlebih dulu," kata Apih.

Menyambut kemarahan Daendels, lanjut Apih, Pangeran Kornel dengan tenang mengulurkan tangan kirinya sementara tangan kanan memegang keris nagasastra sambil menjelaskan mengapa pekerjaan tidak selesai sebagaimana mestinya.

"Melihat sikap Pangeran Kornel yang begitu tenang, Daendels malah tertegun hingga akhirnya menerima alasan Pangeran Kornel," ujarnya.

Paham dengan kondisi alam, lanjut Apih, Daendels akhirnya memerintahkan Komandan Pasukan Zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

"Dengan tembakan artileri, bukit cadas berbatu akhirnya sukses ditembus dan pembangunan jalan pun bisa dilanjutkan sampai Karangsambung," ujar Apih.


Hide Ads