Dua Stasiun Tua Cianjur, Pusat Pengiriman Rempah Saat Kolonial-Awal Kemerdekaan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Dua Stasiun Tua Cianjur, Pusat Pengiriman Rempah Saat Kolonial-Awal Kemerdekaan

Ismet Selamet - detikTravel
Sabtu, 28 Agu 2021 15:17 WIB
Stasiun Lampegan
Stasiun Lampegan (Ismet Selamet/detikcom)
Cianjur -

Kabupaten Cianjur ternyata menjadi bagian dari pembangunan jaringan kereta api pertama di Priangan. Bahkan, dua stasiun di Cianjur, yakni Stasiun Cianjur dan Stasiun Lampegan, memiliki peranan penting sebagai pusat pengiriman rempah-rempah dari yang sempat menjadi Ibu Kota Prahiyangan ini.

Dikutip dari laman https://heritage.kai.id, perusahaan kereta api negara, Staatssporwegen (SS) memulai pembangunan jaringan kereta api pertama di Priangan pada tahun 1881. Lintas yang dibangun ialah Bogor - Cianjur - Bandung - Cicalengka, dengan keseluruhan jalur sepanjang 184 km tersebut rampung pada 10 September 1884.

Kedua stasiun ini dibangun pada tahun 1882 dan mulai di resmi untuk umum bersamaan pembukaan jalur kereta api Sukabumi-Cianjur 10 Mei 1883.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baik stasiun Cianjur ataupun Lampegan mengadopsi bangunan yang bernuansa kental khas Eropa. Dan yang paling terlihat ialah Stasiun Cianjur. Dari luas dan ukuran bangunan, Stasiun Cianjur lebih besar lantaran berada di pusat kota Cianjur, dengan hanya berjarak sekitar 500 meter dari Pendopo atau pusat pemerintahan.

Nuansa Eropa terlihat dari fasad bangunannya, dengan tiang besi, pintu yang besar, dan bentuk arsitektur lain di setiap bagian dari bangunan tersebut.

ADVERTISEMENT

Bahkan, beberapa bagian tetap asli dan tidak diganti untuk menjaga keaslian bentuk arsitektur dan nilai sejarahnya.

"Banyak bagian yang kita pertahankan keasliannya, hanya diperbarui catnya atau abgian kecilnya untuk memperkuat dan mempercantik. Karena ada nilai sejarah yang harus dijaga dan dilestarikan untuk seterusnya diwariskan pada generasi ke generasi," ujar Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) Stasiun Cianjur Rustandi, Sabtu (28/8/2021).

Penggiat Sejarah Cianjur Aris mengungkapkan pada masanya, Stasiun Cianjur menjadi pusat transportasi, baik untuk transportasi orang, pasukan, logistik, dan paling utama ialah sarana pengiriman hasil bumi serta rempah-rempah.

Menurut Aris, tepat di seberang Stasiun Cianjur terdapat bangunan berupa gudang. Meskipun kini bangunan tersebut sudah rusak dan hampir rubuh, dulunya gudang tersebut menjadi tempat penyimpanan rempah untuk dikirim ke Batavia.

"Bangunan itu dulunya gudang rempah, terutama kopi yang menjadi komoditas andalan Cianjur di masanya. Seiring waktu, fungsinya dialihkan menjadi tempat perbaikan kereta. Dan sekarang sudah tidak digunakan lagi," ujar Aris.

Stasiun ini juga memiliki tempat khusus untuk berputarnya lokomotif kereta. Sebab pada masa itu, kereta uap hanya bisa melaju di satu sisi. Belum seperti saat ini yang tak perlu memutarkan kepala lokomotif sudah bisa beroperasi seperti normal.

Sayangnya, tempat khusus pemutar lokomotif tersebut kini sudah menjadi kolam ikan. Sekilas tak tampak lokasi tersebut terdapat bagian penting untuk kereta di masanya. Namun jika dilihat dengan seksama, terdapat sisa-sisa rel dan alat pemutar lokomotif.

Di sisi lain, Aris menambahkan jika lantaran Stasiun Cianjur begitu vital, di masa perebutan kekuasaan Belanda dan Jepang, Stasiun Cianjur menjadi sasaran pengeboman pesawat.

"Akibat pengeboman tersebut sempat terjadi kerusakan, di samping tentunya memakan korban. Makanya Stasiun Cianjur memiliki nilai sejarah penting, bukan hanya sebagai pusat pengiriman rempah tapi juga saksi sejarah kolonial," kata dia.

Halaman berikutnya >>> Stasiun Lampegan

Sama halnya dengan Stasiun Cianjur, Stasiun Lampegan, yang berlokasi di Desa Cibokor Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, juga ternyata memiliki peranan penting sebagai pusat pengiriman rempah-rempah.

Stasiun yang terkenal dengan terowongannya ini berlokasi hanya 8 kilometer dari Situs Megalitikum Gunung Padang.

Stasiun Lampegan sempat menjadi rute terakhir kereta Bandung-Cianjur lantaran Terowongan Lampegan dengan panjang ratusan meter yang menjadi jalur satu-satunya dari Cianjur menuju Sukabumi longsor.

"Pernah ditutup pada awal 2001, karena longsor. Kemudian diperbaiki dan difungsikan lagi. tapi beberapa tahun kemudian longsor lagi. Baru sekitar tahun 2010 mulai normal setelah renovasi besar," ucap Siti Hajar (54) warga sekitar.

Terlepas dari cerita terowongan yang dihantui bencana longsor dan menyimpan sisi mistis, Stasiun Lampegan dulunya menjadi sarana utama pengiriman rempah.

Bahkan hingga tahun 70-an, terdapat jalur khusus menuju pabrik pengolahan hasil rempat dari kawasan Kecamatan Cibeber dan Campaka.

"Dulu ada pabrik pengolahan di sini, kereta juga sebelum ke Sukabumi biasanya ke pabrik dulu ambil hasil pengolahan," ungkap Siti.

"Daerah ini dulu kaya hasil bumi, yang utama teh dan kopi. Tapi selain itu juga penghasil cengkeh, kulit kayu, sirih, hingga obat tradisional kumis kucing juga diproduksi dan dikirim dari sini," dia menambahkan.

Meski masa kejayaan dari kedua stasiun itu kini hanya cerita masa lalu, tetapi perannya sebagai bagian dari transportasi massal kereta api tetap berjalan. Tiang besi dan bagian yang sudah tua namun tetap terawat akan tetap menjaga cerita peran besarnya.

Halaman 2 dari 2
(sym/fem)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Kisah Stasiun Kereta Tua
Kisah Stasiun Kereta Tua
22 Konten
Stasiun kereta yang ada di Indonesia umurnya sudah cukup lama, dari zaman kolonial. Sebagian besar masih memiliki tipe bangunan khas zaman kolonial, meski yang lain sudah mendapatkan modernisasi.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads