Nyi Sadea, Mitos Penari Ronggeng Penunggu Terowongan Lampegan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Nyi Sadea, Mitos Penari Ronggeng Penunggu Terowongan Lampegan

Ismet Selamet - detikTravel
Sabtu, 28 Agu 2021 19:52 WIB
Terowongan Lampegan
Terowongan Lempegan yang menyimpan kisah mistis tentang Nyi Sadea (Ismet Selamet/detikcom)
Cianjur -

Terowongan Lampegan merupakan salah satu terowongan kereta api tertua di Indonesia. Cerita mistis dan mitos erat kaitannya dengan terowongan yang dibangun pada 1879 sampai dengan 1882 oleh Perusahaan Kereta Api Negara Staatspoorwegen (SS).

Nama terowongan dan Stasiun Lampegan ini berasal dari kejadian saat terowongan Lampegan dibangun. Ketika pembangunan, terjadilah dialog antara para pekerja terowongan, "Lamp pegang" atau "Lamp aan" yang berarti nyalakan atau pegang lampunya.

Namun, ada beberapa yang menyebut bahwa kata lampegan berasal dari kata bahasa Sunda yang merujuk pada tumbuh-tumbuhan kecil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada tahun 2001, mulut terowongan Lampegan tertutup oleh tanah longsor. Setelah kejadian itu, stasiun ini sempat diperbaiki kembali, tetapi belum sempat dilintasi kembali, longsor kembali terjadi pada tahun 2006 di petak Cibeber-Lampegan. Itu membuat perjalanan kereta dari arah Stasiun Padalarang hanya sampai Stasiun Cianjur.

Renovasi stasiun dan terowongan Lampegan dilakukan setelah kejadian ini dan stasiun berfungsi kembali pada tahun 2010.

ADVERTISEMENT
Terowongan LampeganTerowongan Lampegan Foto: (Ismet Selamet/detikcom)

Di balik kemegahan terowongan Lampegan, mitos dan cerita mistis melekat erat pada terowongan tersebut.

Menurut cerita masyarakat, di dalam terowongan sering kali muncul penampakan wanita berkebaya merah yang diyakini sebagai Nyi Sadea.

"Sering ada yang lihat. Bahkan, sempat ada rombongan dari Jakarta masuk dan merekam perjalanan sepanjang terowongan. Setelahnya, salah satu dari rombongan itu bercerita jika di dalam terowongan ada perempuan berdiri sambil memegang lentera," kata Siti Hajar (54) warga sekitar terowongan Lampegan.

"Saya juga sempat diperdengarkan nyanyian lagu Jawa yang terekam rombongan tersebut," Siti menambahkan.

Menurut Siti, Nyi Sadea merupakan penari ronggeng terkenal pada masa Hindia Belanda. Perempuan tersebut memiliki paras yang cantik dengan kulit putih yang diwarisi dari salah satu kakeknya yang berdarah Belanda.

Nyi Sadea merupakan penari yang sempat pentas di wilayah Cibokor. Nah, satu ketika Nyi Sadea berteduh di mulut terowongan sambil menunggu hujan mereda. Konon, Nyi Sadea tiba-tiba memasuki terowongan. Katanya sih, ada yang memanggil namanya.

Nyi Sadea kemudian berjalan memasuki terowongan untuk mendekati sumber suara. Namun, sejak itu Nyi Sadea menghilang tanpa ada yang tahu ke mana. Sejak itu pula kisahnya menjadi legenda hingga saat ini.

"Sejak itu mitosnya menyebar sampai sekarang," kata dia.

Halaman berikutnya >>>> Terowongan Lampegan Siang pun Dianggap Angker

Siti menjelaskan pada tahun 70-an, masyarakat tidak berani melintas sendirian ke terowongan Lampegan tersebut. Sebabnya, karena beredarnya mitos Nyi Sadea dan banyaknya orang yang mengaku melihat sosok yang diduga Nyi Sadea.

"Kalau dulu, siang-siang saja tidak ada yang berani melintas terowongan Lampegan. Apalagi, menjelang magrib. Kalau ada yang jelang magrib menyebrang, dianggap pemberani," dia menuturkan.

Meskipun mitos Nyi Sadea di terowongan Lampegan tersebut masih sering diceritakan hingga sekarang, tetapi masyarakat sudah tak begitu takut untuk melintas terowongan tersebut saat tak ada kereta.

"Kalau sekarang sudah biasa, tidak seperti dulu banyak yang takut karena mitos. Padahal yang penting banyak berdoa semoga selalu diberi keselamatan," kata dia.



Simak Video "Video: KAI Bagi-bagi Diskon Tiket Kereta Api Buat Mudik Lebaran 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Kisah Stasiun Kereta Tua
Kisah Stasiun Kereta Tua
22 Konten
Stasiun kereta yang ada di Indonesia umurnya sudah cukup lama, dari zaman kolonial. Sebagian besar masih memiliki tipe bangunan khas zaman kolonial, meski yang lain sudah mendapatkan modernisasi.
Artikel Selanjutnya
Hide Ads