Pantai Muara Beting di Kabupaten Bekasi di bawah ancaman abrasi. Panjang pantainya disebut sudah hilang 1 kilometer.
Kawasan Kecamatan Muara Gembong di pesisir Bekasi menjadi contoh nyata ancaman tenggelamnya pesisir Pulau Jawa. Namanya menambah panjang daftar terancam tenggelam bersama Muara Baru, Kaliadem, hingga Pekalongan.
detikTravel menyambangi Pantai Muara Beting yang berada di ujung Muara Gembong beberapa waktu lalu. Berangkat dari kawasan Cikarang, dibutuhkan waktu dua jam lebih untuk mencapainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan tanpa alasan, infrastruktur jalan yang masih buruk serta akses jalan yang sempit menjadi hambatan utama untuk menjangkau salah satu pantai di Kabupaten Bekasi ini.
Namun, aksesibilitas itu agaknya masih tak sebanding dengan ancaman hilangnya pantai tersebut. Hal itu pun diutarakan oleh salah satu warga bernama Kartawajiaya yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan.
![]() |
Baginya, Pantai Muara Beting tak ubahnya halaman belakang rumahnya. Ia pun mencermati bagaimana pantai kian menyempit dibandingkan saat dia kali pertama datang.
"Bedanya, kalau dulu 10 tahun ke sana Muara Beting ini sama Muara Jeruji nyambung, tapi sekarang mah sudah jauh kiloan. Dari pinggir ke tengah sampai sekarang sekilo lah," ujar Kartawijaya.
Kartawijaya bilang tinggal di Desa Pantai Bahagia selama 25 tahun. Dahulu, pantai itu berjarak kurang lebih 1 km ke laut.
Namun, kini garis pantai kian dekat. Hal itu diperburuk dengan debit ombak yang cukup galak dan mengikis pasir pantai sedikit demi sedikit.
"Yang pertama, pohonnya berkurang. Yang kedua, masih banyak pasirnya sekarang dihajar abrasi, terutama di jalur tengah ditarik. Jadi pasir itu nguap, kebawa air ke jauh. Jadi cepat ke samping airnya," kata Kartawijaya.
Selanjutnya: Dampaknya ke Penghidupan Kartawijaya
Sebagai nelayan, Kartawijaya juga terkena dampak dari garis pantai yang kian mundur. Terutama berkaitan dengan aksesibilitas perahunya untuk melaut.
"Ekonomi makin ke mari makin merosot makin turun penghasilannya. Iya, melaut susah karena terutama keluar masuk muaranya sempit. Jadi, ombaknya nyetor banyak perahu kecelakaan. Hancur kena ombak, kegebuk kena kayu," ujar Kartawijaya.
Selain itu, ombak yang kian dekat ke permukaan pantai juga menyulitkan Kartawijaya. Alhasil, ia jadi lebih jarang melaut karena ombak yang sering ganas.
"Pantai makin cepat mundurnya, habis. Kalau datangnya ombak gitu dalam sebulan tiga kali. Kadang seminggu, kadang tiga hari reda lagi ombaknya. Jadi baru bisa melaut masyarakat," ujar Kartawijaya.
Apabila cuaca sedang buruk, Kartawijaya juga kerap mengantarkan wisatawan yang ingin wisata ke Pantai Muara Beting. Soalnya, pantai itu hanya bisa dijangkau via jalur air saja.
Umumnya, wisatawan datang berwisata ke pantai saat weekend saja. Mayoritas masih warga lokal.
"Kalau yang ke pantai Sabtu Minggu masih banyak. Kalau hari biasa paling 10 perahuan, warga sini juga," kata dia.
Untuk biaya mengantarkan wisatawan, ia mematok tarif sekitar Rp 25 ribu rupiah PP. Sekiranya cukup sebagai nafkah tambahan di luar kegiatannya melaut.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!