Desa Wae Rebo, Surga di Atas Awan NTT

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Desa Wae Rebo, Surga di Atas Awan NTT

Dadan Kuswaraharja - detikTravel
Senin, 06 Des 2021 11:03 WIB
Desa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTT
Desa Wae Rebo di Manggarai, NTT Foto: Kemenparekraf
Manggarai -

Jauh di pegunungan terpencil di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur ada sebuah Desa Wisata Wae Rebo.

Desa ini bersamaan dengan Desa Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul, DIY Yogyakarta, dan Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, terpilih sebagai wakil Indonesia di ajang UNWTO Best Tourism Villages 2021.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, akhir pekan lalu mengunjungi Desa Wae Rebo, yang masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik di Ajang Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021. Ini merupakan visitasi terakhir dari 50 desa wisata yang telah dikunjungi sejak bulan Agustus 2021.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menparekraf Sandiaga menyampaikan rasa takjubnya dengan Desa Wae Rebo. Tidak hanya karena bentang alamnya yang indah dan budayanya yang unik, namun juga warganya yang ramah.

"Dua kesan saya saat berkunjung ke Wae Rebo, jadi dari 50 desa wisata yang kita kunjungi terakhir ini, Wae Rebo memberikan sensasi yang terbaik. Kedua, desa ini terindah, dicapai dengan penuh perjuangan. Ini adalah desa wisata yang betul-betul berat perjuangannya untuk mencapai, karena kita bukan hanya 4-5 jam naik di mobil tapi kita harus hiking. Sejauh lima kilometer di bebatuan dan jalan setapak yang licin," ujar Sandiaga Uno dalam pernyataan yang diterima detikcom.

ADVERTISEMENT
Desa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTTHiking menuju Desa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTT Foto: Kemenparekraf

Potensi Desa Wae Rebo

Desa wisata ini memiliki potensi yang unik. Berada di atas ketinggian 1.000 mdpl, Desa Wisata Wae Rebo sering disebut surga di atas awan. Selain itu, desa ini juga memiliki 7 rumah adat yang menjadi ikon dari Wae Rebo, yakni Mbaru Niang, yang berbentuk kerucut.

Adat dan kebudayaan mereka telah membaur dengan kebiasaan penduduk Pulau Flores. Namun arsitektur bangunannya masih memiliki unsur Minang. Pengaruh Minang bisa dijumpai pada arsitektur Niang Dangka, atap Mbaru Niang ini.

Hamparan rumput hijau yang dikelilingi pegunungan lengkap dengan kabut juga menjadi pesona desa. Sehingga memberikan kesan magis, namun damai, tenang, dan sejahtera.

Ada juga sumber mata air yang berasal dari pegunungan yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk mandi, mencuci, dan untuk minum sehari-hari. Sumber mata air ini dinamai Sosor, yang di mana terdapat dua jenis yaitu Sosor Pria dan Sosor Wanita.

Desa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTTDesa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTT Foto: Kemenparekraf

Budaya di Wae Rebo pun masih kental. Yakni adanya upacara adat yang bernama Ritus Upacara Penti. Upacara ini merupakan bentuk syukur masyarakat kepada Tuhan dan roh leluhur terhadap semua bentuk harapan yang diterima selama satu tahun yang telah dilewati.

Desa wisata Wae Rebo juga memiliki ragam seni yakni seperti rangku alu. Permainan serta tarian ini dilakukan dilakukan empat orang memegang empat tongkat bambu, memakai tongkat membentuk palang dan menggerak-gerakkannya. Sementara orang lainnya harus melompati bagian celahnya agar tidak terjepit bambu.

Selain itu juga ada Tarian Caci, yang merupakan salah satu bentuk refleksi dari kebudayaan dan kehidupan warga Wae Rebo.

Untuk produk kerajinan tangan, Desa Wisata Wae Rebo memiliki kerajinan kain tenun. Khas dari kain tenun ini yaitu bermotif Manggarai yang menyerupai bunga dan memiliki warna yang lebih cerah. Sedangkan di sektor kuliner, ada kopi dan juga madu hutan.

Desa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTTDesa Wisata Wae Rebo di Manggarai, NTT Foto: Kemenparekraf

Dengan berbagai potensinya itu, Desa Wisata Wae Rebo berhasil menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia di ajang Desa Wisata Terbaik UNWTO 2021. Menparekraf berharap capaian itu dapat membuat keberadaan Desa Wisata Wae Rebo semakin baik kedepannya.

"Saya titipkan etos kerja 4 AS, yaitu kerja keras bagaimana kita menunjukkan bahwa masyarakat Desa Wae Rebo ini adalah pekerja keras. Kedua, kerja cerdas, kecerdasan kita untuk mengelola kelestarian alam. Ketiga, kerja tuntas, dengan mendapatkan hasil terbaik di UNWTO. Dan terakhir, kerja ikhlas, kita berikan yang terbaik dan sisanya kita serahkan yang di atas untuk menentukan. Tapi saya yakin Wae Rebo akan mendapatkan hasil yang terbaik," ujarnya.

Lebih lanjut, Sandiaga juga akan memberikan pendampingan untuk Desa Wisata Wae Rebo agar desa ini bisa terus berkembang.

"Saya akan menugaskan dewan juri Prof. Azril Azahari yang merupakan juri ADWI untuk memberikan pendampingan untuk memastikan Desa Wisata Wae Rebo ini bisa berkembang," ujarnya.

Beasiswa Sekolah Desa Wae Rebo

Di Desa Wae Rebo, Sandiaga juga menginap di salah satu rumah warga. Bukan hanya ingin merasakan langsung keramahan warga serta keragaman adat istiadat, tetapi juga menggali keinginan terbesar warga desa yang terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

"Tentunya saya sangat berbahagia, bukan hanya mengunjungi, tetapi juga menginap dan merasakan kehangatan penyambutan dari masyarakat yang betul-betul tulus dan ikhlas ingin mengembangkan, mensejahterakan masyarakat dengan kearifan lokal dan kelestarian budaya," ungkap Sandiaga.

Dalam kesempatan tersebut, dirinya mengaku telah bertemu dengan Kepala Sekolah SMK Pariwisata serta Ketua Adat Desa Wisata Waerebo Fransiskus Mudir.

Mereka berharap agar Kemenparekraf dapat menghadirkan sejumlah program terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM), khususnya anak-anak muda Desa Waerebo. Permintaan itu pun dikabulkan Sandiaga Uno.

Dirinya menegaskan akan berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) serta menginstruksikan jajarannya untuk merealisasikan permintaan. Mengingat, SMK Pariwisata merupakan ekosistem pariwisata.

Selain itu, SDM yang dimiliki Desa Wisata Waerebo harus dibekali dengan sejumlah kemampuan untuk mendukung pengembangan Destinasi Super Prioritas (DSP) Labuan Bajo yang meliputi 11 Kabupaten di NTT.

"Bersamaan dengan hal tersebut saya juga memberikan kesempatan kepada Mas Nadiem bersama timnya untuk turun juga agar SDM di seluruh Kabupaten Manggarai dan destinasi super prioritas ini bisa kita identifikasi bersama," ungkap Sandiaga Uno.

"Kita akan melakukan Rakor segera sebelum akhir tahun bersama Mas Menteri," tambahnya.

Pernyataan Sandiaga Uno disambut gembira Ketua Adat Desa Wisata Waerebo Fransiskus Mudir. Dirinya berharap agar anak-anak asal Desa Wisata Waerebo mendapatkan beasiswa penuh bisa segera terealisasi.

"Demi peningkatan SDM kami mengusulkan kalau boleh anak-anak dari masyarakat Desa Waerebo untuk tahun ajaran ini yang masuk kuliah atau yang sedang kuliah untuk mendapatkan beasiswa penuh," ujar Fransiskus Mudir.

Permintaan itu diamini Sandiaga Uno. Dirinya mengaku akan segera meneruskan usulan pemberian beasiswa penuh tersebut kepada Badan Otorita Labuan Bajo.

Harapannya agar program yang dinamakannya sebagai Beasiswa Khusus untuk Waerebo itu bisa segera diproses.

"Dengan ini mudah-mudahan anak-anak bisa membawa ilmunya kembali dengan Desa Waerebo. Tapi harus ada keterikatan, jadi mereka harus kembali ke sini untuk melakukan kegiatan yang berdampak kepada masyarakat," ujar Sandiaga Uno.

"Karena saya khawatir kalau nggak ada ikatan, biasanya lulusan Poltekpar itu sudah dipilih pada tahun kedua atau ketiga untuk berangkat ke Bahama, Maldives atau Dubai. Kita berkomitmen agar para lulusan bisa kembali untuk membangun desa, menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat," tutupnya.




(ddn/pin)

Hide Ads