Menara Syahbandar merupakan menara yang dibangun tahun 1839 oleh pemerintahan Belanda. Menara ini dulunya digunakan sebagai menara pemantau kapal yang keluar masuk kota Batavia atau yang sekarang kita kenal sebagai kota Jakarta.
Menara Syahbandar, Menara Pemantau dan Tempat Pengumpulan Pajak
Selain sebagai menara pemantau, Menara Syahbandar digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan pajak-pajak atas barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa pada masa penjajahan. Menara Syahbandar termasuk bangunan bersejarah yang masih berada di dalam kawasan Museum Bahari.
![]() |
Menara Syahbandar Sering Disebut Menara Miringnya Jakarta
Menara kuno yang masih berdiri kokoh hingga sekarang ini memiliki tinggi 12 meter. Uniknya, menara ini tidak berdiri tegak lurus, melainkan memiliki kemiringan sekitar 4 derajat hingga kerap kali disebut sebagai menara miring. Kemiringan ini terjadi karena dahulu daerah sekitar menara ini dilewati banyak kendaraan besar yang akhirnya menyebabkan turunnya permukaan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di depan pintu masuk menara terdapat Tugu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta pada masa itu, yang disahkan oleh Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1977. Di dalam bangunan menara terdapat banyak lukisan kapal dan aksesori kapal yang punya sejarah tersendiri. Ada pula batu prasasti kedatangan Saudagar Cina pada abad ke-17 yang menandakan bangunan ini merupakan titik nol kota Jakarta.
![]() |
Untuk sampai ke lantai paling atas, pengunjung harus menaiki tangga. Pengunjung diharap berhati-hati karena tangga menara tersebut terbuat dari kayu yang sudah ratusan tahun usianya.
Setelah sampai di ruangan paling tinggi menara ini, pengunjung bisa melihat pemandangan suasana kota Jakarta Utara. Terdapat foto perubahan kota Jakarta sejak zaman penjajahan Belanda hingga saat ini. Terlihat dalam foto, suasana Batavia zaman dulu masih asri dan tidak dipenuhi bangunan. Sangat kontras dengan keadaan Jakarta Utara yang terlihat langsung.
Dari atas sini terlihat pemandangan kapal-kapal yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa, terlihat pula Galangan VOC yang berada di seberang bangunan ini, lalu melihat pemandangan Sungai Ciliwung dan Kali Krukut yang sayangnya tidak sebersih yang diharapkan.
Salah satu pengunjung yang ditemui detikTravel di atas sini adalah Vidya (21). Ia terlihat sedang mengamati foto-foto penampakan suasana Jakarta. Ia terkesima melihat bagaimana perubahan Jakarta selama lebih dari satu abad ini.
"Iya bisa dilihat dulu Jakarta masing lengang, bangunannya nggak banyak. Pelabuhan Sunda Kelapa juga jelas banget di foto ini. Sekarang udah ketutupan bangunan-bangunan, nggak nyangka aja dulu Jakarta pernah begini," ucapnya.
![]() |
Selain itu ia juga menyayangkan kondisi 2 sungai yang mengapit Menara Syahbandar sekarang, padahal dulu sungai tersebut banyak dilalui kapal-kapal kayu.
"Sayang banget sekarang yang keliatan cuma kali yang banyak sampah, padahal dulu banyak kapal-kapal yang lalu lalang di kali sebelah itu, cantik banget kayaknya dulu," tambahnya.
Vidya juga berharap semoga pembangunan di sekitar Menara Syahbandar ini sudah cukup seperti yang sekarang agar tidak lagi merusak ciri khas pemandangan dari atas menara ini. Di seberang Menara Syahbandar, terdapat ruang koleksi tempat penyimpanan aksesori mercusuar, seperti lensa dan lampu mercusuar. Koleksi-koleksi dalam ruangan itu terlihat masih rapi terawat.
![]() |
Alamat dan Tiket Masuk Menara Syahbandar
Jika Traveler tertarik ke Menara Syahbandar bisa berkunjung ke kawasan Museum Bahari Jakarta yang beralamat di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Tiket masuk menara ini masih terusan tiket masuk Museum Bahari, yang mana selain bisa melihat pemandangan dari atas Menara Syahbandar, Traveler juga bisa berkeliling Museum Bahari.
Kawasan Museum Bahari buka setiap hari Selasa - Minggu, mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Tiket masuk Museum Bahari tergolong murah lho, Traveler, yaitu kisaran Rp 2.000 hingga Rp 5.000 saja. Pastikan kamu sudah divaksinasi ya.
(sym/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!