Stasiun hingga limun
Di era Pakubuwono X, Kota Solo menjadi daerah modern dengan munculnya listrik hingga kereta trem. Termasuk, di Sangkrah, berdiri Stasiun Solo Kota pada 11 Juni 1920 yang menghubungkan Solo dengan Wonogiri.
Kehadiran stasiun menguntungkan warga pedesaan karena tak perlu lagi menginap di kota saat berdagang. Mereka bisa melaju naik kereta setiap harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keramaian yang terjadi di sekitar stasiun pun memunculkan kegiatan perekonomian masyarakat. Berdirilah Pasar Sangkrah yang berada di sisi barat stasiun," ujar Dani.
Tak hanya pasar, pabrik-pabrik pun dibangun di sekitar pasar. Salah satunya ialah pabrik limun De Hoop yang peninggalannya masih dapat ditemukan saat ini.
Limun yang berasal dari kata lemonade adalah minuman bersoda dengan berbagai macam rasa. Di era itu, limun merupakan minuman untuk masyarakat kelas atas.
"Seiring adanya stasiun, distribusi barang semakin mudah, harga limun pun semakin terjangkau dan bisa dinikmati wong cilik," katanya.
Pabrik limun De Hoop berhenti beroperasi pada 1980. Namun, bangunannya tidak diubah hingga sekarang.
"Pernah digunakan untuk pabrik sabun. Sekarang dipakai untuk gudang elektronik. Tadi, kami juga sempat mengunjunginya," katanya.
Adapun kegiatan napak tilas tersebut dilakukan untuk mengisi libur Natal dan Tahun Baru. Setelah menjelajah Sangkrah, para peserta juga mengikuti diskusi sejarah.
"Setelah sekian lama pandemi, akhirnya kita lakukan kembali kegiatan seperti ini. Pesertanya terbatas dan kita terapkan protokol kesehatan," kata dia.
Baca juga: Mimpi Solo Bikin 'Malioboro' |
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol