Gunung Rinjani dan kisah Dewi Anjani seolah tidak bisa dipisahkan. Terkait pula dengan ritual mengasuh gunung, apa itu?
Sebagai gunung aktif tertinggi kedua di Indonesia, Rinjani penuh dengan daya pikat. Memiliki ketinggian 3.726 mdpl, Gunung Rinjani bisa dibilang favorit pendaki Indonesia.
Tapi bagi Suku Sasak, Gunung Rinjani bukan sekedar gunung. Gunung Rinjani disebut juga holy mountain alias gunung suci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikTravel bersama Toyota Corolla Cross Hybrid Road Trip Explore Mandalika melakukan perjalanan ke Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Di sana, tim mendapatkan banyak cerita soal Rinjani.
"Menurut kepercayaan masyarakat, Dewi Anjani masih hidup di Gunung Rinjani," kata Abdul Rozak, pemandu lokal.
![]() |
Dewi Anjani adalah putri dari Kerajaan Pematen. Saat itu, Dewi Anjani memilih untuk tinggal di Samalas, yang disebut sebagai Rinjani Tua.
Karena kepercayaan ini, masyarakat lokal memiliki kultur untuk mengasuh gunung yang sudah diturunkan dari leluhur. Ada seorang pemangku gunung yang bertugas untuk melakukannya. Di masa kerajaan, pemangku gunung masih memiliki kekerabatan dengan Dewi Anjani.
"Ritual ngasuh gunung itu memberikan seserahan, mengadakan ritual di pintu masuk dan sekarang masih diadakan," dia menjelaskan.
Pendek kata, Mangku Gunung adalah koordinator dari Gunung Rinjani. Beda dengan Mangkubumi, karena tugasnya lebih luas lagi.
Rumah adat Mangku Gunung masih ada hingga kini. Bukan dijadikan sebagai tempat tinggal, rumah tersebut digunakan sebagai penyimpanan pusaka dan barang ritual.
"Saat asuh gunung, Mangku Gunung akan membersihkan pusaka, maulid adat," kata dia.
![]() |
Rumah Mangku Gunung tidak boleh dimasuki sembarang orang. Di bagian depan rumah terdapat pendopo keluarga yang disebut beruga.
"Satu beruga itu untuk dua rumah, hanya digunakan untuk penyambutan tamu," katanya.
Saat upacara, hanya tokoh-tokoh yang diundanglah yang boleh naik. Misalnya kepala desa, pejabat lain dan pemangku itu sendiri.
Upacara asuh gunung ternyata juga diminati oleh turis. Warga Sembalun tak keberatan dengan kedatangan turis yang ingin melihat ritual ini dengan lebih dekat.
"Mereka senang, tapi syaratnya enggak boleh pake sendal dan rela digigit nyamuk," kata Rozak.
Setelah selesai dengan ritual ini, ada saatnya pemangku untuk naik ke gunung. Di sana pemangku akan melakukan ritual melepas sesajen, sembeq dengan perasan air sirih pinang.
"Dulu masyarakat adat di sana, kalau mau naik ke Rinjani harus memberikan sesajen dan pamitan dengan pemangku," tutur Rozak.
Kembali lagi ke rumah Mangku Gunung, tempat ini sangatlah sakral. Saking sakralnya, tak ada yang boleh masuk kecuali pemangku. Foto-foto pun hanya boleh di bagian luar saja.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol