Sebuah kedai mungil di pinggir jalan ini menarik untuk dikunjungi di saat bulan Ramadan. Tersembunyi, namanya Dharma Boutique Roastery.
Beralamat di Jalan Wotgandul Barat No.14, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Dharma Boutique Roastery tak begitu mudah ditemukan. Kedai ini berada tepat di sebelah rumah besar bergaya Belanda.
Sebuah pintu berwarna biru keabu-abuan menjadi pintu masuk ke kedai kopi ini. Begitu masuk, terlihat pekarangan rumah Belanda yang ternyata menjadi satu dengan kedai.
Kedai Dharma Boutique Roastery cukup mungil. Bagian dalamnya hanya ada satu ruangan yang berisi puluhan toples kopi. Traveler bisa membelinya dalam ukuran ons sampai kilogram.
Untuk yang tidak begitu paham kopi, tak perlu khawatir. Di sini kamu akan dibantu untuk menemukan rasa kopi yang kamu mau.
"Biji kopi kita cukup lengkap," ujar safar salah satu pegawai kepada detikTravel.
Seperti namanya, kedai kopi ini berfokus pada penjualan biji kopi. Mereka mendapatkan green beans atau biji kopi yang masih hijau dan disangrai di sana.
Yang membuat unik, traveler bisa melihat langsung proses sangrainya. Tak seperti kedai kopi kekinian, alat sangrai bisa dibilang jadul.
Alat sangrainya menggunakan gas sebagai bahan bakar dan diputar secara manual dengan tangan. Dalam waktu 10 menit, kopi akan tersangrai dengan sempurna.
"Bagi saya, bukan alat yang menentukan kualitas kopi tapi biji kopinya sendiri," Ujar Widayat Basuki Dharmowiyono, pemilik dari Dharma Boutique Roastery.
Karena fokusnya adalah berjualan biji kopi, Dharma Boutique Roastery tidak memberikan banyak menu untuk ditawarkan. Hanya ada kopi hitam saja.
Mulai buka sejak September 2020, Dharma Boutique Roastery disebut-sebut sebagai hidden gem Semarang. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah datang berkunjung ke sini.
Bukan sekedar kedai kopi, ternyata Dharma Boutiq Roastery hanyalah pembaharuan dari pabrik penggilingan kopi tertua di Semarang, Margo Redjo. Dulu Margo Redjo dibangun oleh Tan Tiong Ie, kakek dari Basuki.
Sejak zaman Belanda, kopi-kopi Indonesia diekspor dari sana. Namanya disebutkan di berbagai media internasional.
Ada alasan mengapa Basuki tetap kukuh mempertahankan kedai biji kopi.
"Kopi itu makin dekat ke pohon makin awet, tapi kalo makin dekat ke cangkir kualitasnya menurun," jelasnya.
Basuki menjelaskan bahwa yang menurun adalah keawetannya. Kopi biji hijau/mentah awet selama beberapa tahun. Kopi, sejak jadi bubuk hanya bisa bertahan dengan aroma dan rasa tulennya selama beberapa jam saja.
Mesin penggilingan kopi pertama di Margo Redjo sendiri masih ada sampai sekarang. Traveler diperbolehkan untuk melihatnya secara langsung.
"Ini bukan yang pertama di Semarang, tapi bertahan paling lama saya kira. Karena sudah ada sejak tahun 1915 dan bertahan sampai sekarang," pungkas Basuki.
Jangan ngaku pecinta kopi deh, kalau belum main ke sini. Oh iya, Dharma Boutique Roastery buka mulai pukul 09.00-17.00, dari hari Senin-Sabtu.
Simak Video "Video: Eks Napiter Umar Patek Buka Bisnis Kopi, Penyintas Bom Bali Protes"
(bnl/ddn)