Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Senin, 19 Des 2022 23:00 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Kisah Prostitusi Makam Kembang Kuning, Sisi Gelap Surabaya Selain Dolly

Tim detikJatim
detikTravel
Makam Kembang Kuning Surabaya
Foto: Prostitusi Makam Kembang Kuning Surabaya (dok. detikJatim)
Surabaya -

Dulu, Surabaya punya Dolly yang kini sudah ditutup. Selain Dolly, ada juga Prostitusi Makam Kembang Kuning yang ternyata masih eksis sampai sekarang. Bagaimana kisahnya?

Prostitusi di Makam Kembang Kuning Surabaya ternyata masih menggeliat meski berulang kali ditindak. Bisnis esek-esek di sini ternyata sudah ada sejak era 1970-an.

"Sekitar tahun 1975-an itu sudah ada," terang salah satu pegiat sejarah dari Komunitas Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo, Minggu (18/12/2022).

Soal keberadaan makam Kembang Kuning sejak 1970-an itu juga dibenarkan oleh warga setempat. Warga yang meminta namanya diinisial HN itu menyebut sejak dirinya kecil, prostitusi Kembang Kuning sudah ada.

"Sejak 1975 sudah ada, waktu itu banyak juga anak PSK yang belajar ngaji sama orang-orang tua di sini. Saya ingat betul, mereka ngajinya bareng saya," sebut HN.

Kembali ke Kuncar, dia menjelaskan makam Kembang Kuning merupakan pengembangan wilayah makam Peneleh Surabaya. Sebab, makam Peneleh kala itu sudah penuh.

"Kalau Kembang Kuning itu dibangun karena makam Peneleh penuh. Jadi pada tahun 1924 itu dibangun menjadi pengembangan makam Peneleh," papar Kuncar.

Menurut Kuncar, prostitusi di makam Kembang Kuning tak bisa lepas kaitannya dengan berdirinya prostitusi di Jarak, Dolly. Saat itu bisnis prostitutsi merebak dari Jarak hingga ke kampung Sidokumpul.

"Sejarah prostitusi di makam kembang kuning itu ada kaitannya dengan Dolly. Di sana kan ada kampung Sidokumpul, itu kalau secara level, prostitusi di sana level paling rendah untuk kebutuhan prostitusi di area situ," kata Kuncar.

"Awalnya praktiknya di sekitar Kampung Sidokumpul itu. Namun, lama-kelamaan menjalar ke area makam. Selain wanita, di sana juga banyak bencong (waria). Semakin bertambah waktu, karena area makam sudah banyak, maka banyak juga yang berdiri di Jalan Diponegoro kala itu," lanjut Kuncar.

Kuncar menambahkan, wilayah prostitusi Dolly merupakan area makam China. Sedangkan makam Kembang Kuning merupakan makam Bangsa Eropa.

"Namun karena makam China sebelumnya menjadi perkampungan, yang kemudian menjadi prostitusi, makam China dijadikan satu dengan makam Kembang Kuning," tukas Kuncar.

Prostitusi Kembang Kuning Masih Menggeliat Sampai Sekarang

Di tengah samar-samar cahaya lampu, tampak beberapa wanita sedang merias diri, duduk di atas makam. Ternyata mereka adalah pekerja seks komersial (PSK) yang sedang menunggu pelanggan.

Reporter detikJatim yang berhenti di salah satu warung kopi di sisi selatan makam sempat melihat aktivitas mereka dari dekat. Kemudian, datang seorang pria untuk meminum kopi. Baru saja duduk, dia sudah menyapa.

"Sudah dapat mas?" tanya pria tersebut.

Reporter detikJatim mengira pria tersebut sedang bertanya pesanan kopi.

"Belum pak, ini masih pesan kopi," jawab reporter detikJatim, disambut tawa kecil pria tersebut.

Setelah mengobrol singkat, pria itu memperkenalkan diri. Dia mengaku berasal dari Pasuruan, inisialnya AW (39). Ternyata dia sedang mencari kepuasan nafsu sesaat.

Dia sudah beberapa kali 'jajan' di makam Kembang Kuning. Terutama kalau dia mengerjakan bangunan di Surabaya. AW merupakan pekerja proyek borongan.

"Biasanya dua minggu sekali, kadang sebulan sekali saya ke sini kalau sedang kerja di Surabaya. Nggak mesti mas. Ini sekarang lagi nggarap kampus," ujarnya.

AW mengatakan makam Kembang Kuning merupakan tempat penyalur kepuasan tersendiri baginya. Selain murah, ia dapat memilih wanita dengan bebas. Baginya, berhubungan seks di tengah makam memunculkan sensasi tersendiri.

"Yang paling seru itu main di area makam. Kayak La Vegas. Kadang juga deg-degan kalau ada razia gitu," tutur AW.

Terkadang, lanjut AW, jika ia memiliki rezeki lebih, ia memilih untuk bermain di rumah kontrakan wanita tersebut. Sebab, tarif untuk bermain di makam dengan di rumah kontrakan berbeda.

"Kalau main di makam lebih murah, karena alasnya kardus atau keloso (tikar). Kalau di kontrakan wanitanya lebih mahal, include dengan kamar, padahal kos atau kontrakannya sendiri," imbuh AW.

Menurut AW, prostitusi di Makam Kembang Kuning tak seramai tahun sebelum COVID-19 melanda. Sebab, saat wabah COVID-19 melanda, makam Kembang Kuning dibatasi.

"Kalau tahun 2018 itu masih ramai. Sekarang agak sepi, apalagi jalan utamanya dipasang lampu, jadi banyak yang pindah ke sini (area makam selatan)," tukas AW.

------

Artikel ini telah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.



Simak Video "2 Wanita WNA Diciduk Imigrasi Jakbar Gegara Prostitusi Online"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA