Kuburan Terbuka Desa Terunyan, Adakah Potensi Penularan Penyakit?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kuburan Terbuka Desa Terunyan, Adakah Potensi Penularan Penyakit?

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Kamis, 05 Jan 2023 06:41 WIB
Desa Terunyan atau Trunyan Bali
Gerbang kuburan terbuka Desa Terunyan/Trunyan, Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)
Bangli -

Kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan, Bali sejak lama populer. Adakah potensi penularan penyakit karena metode pemakaman itu?

Tim detikcom berkesempatan mengunjungi kuburan terbuka di Desa Terunyan beberapa waktu lalu. Di momen libur Natal dan tahun baru, begitu banyak traveler yang datang ke sana, silih berganti.

Tiada aturan pasti terkait perilaku kita saat berkeliling di kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan, Bali. Traveler bebas memegang tengkorak hingga peninggalan panci juga sepatu di sekitar jasad-jasad.

Perlu diketahui bahwa area inti kuburan terbuka di Desa Terunyan atau Trunyan, Bali yakni setelah memasuki gerbang berwarna hitam. Di sanalah tempat jasad-jasad disemayamkan.

Saat kami masuk ke dalam kawasan itu, meski bau jasad yang membusuk tidak terlalu menyengat, tapi bau proses pembusukan itu tetaplah ada. Beruntung kami datang di saat angin berhembus cukup kencang dan menghamburkan bau-bau itu.

Desa Terunyan atau Trunyan BaliKuburan terbuka Desa Terunyan atau Trunyan Bali (Foto: Ahmad Masaul Khoiri/detikcom)

Penjelasan dari Kemenkes

Nah, metode pemakaman di Desa Trunyan yang terbuka itu apakah berpotensi penularan penyakit? Perlu dicatat, bukan hanya Desa Trunyan yang membiarkan jasad dikubur dengan pemakaman terbuka. Contoh lainnya ada di Toraja.

Di kedua tempat itu, sama-sama dibuka untuk wisata. Artinya, mereka yang mendatangi kuburan terbuka itu bisa jadi traveler yang akan meninggalkan kawasan itu setelah mengunjungi area kuburan terbuka.

Haruskah ada jarak aman bila ingin melihatnya? Karena, mayat di sana sedang dalam proses pembusukan.

Menurut Direktur Surveilans Kementerian Kesehatan, dr. Farchanny, proses pembusukan jasad di kuburan terbuka di Desa Terunyan terbilang lambat. Alasannya adalah suhu yang rendah.

"Kalau untuk proses pembusukan mayat, karena di Terunyan suhu udara sejuk kisaran 15Β°C dan adanya pohon taru menyan yang rindang sehingga memperlambat proses pembusukan mayat dan menetralisir bau pada mayat," katanya.

Tapi ada potensi penularan penyakit dalam keadaan itu? Inilah saran dari ahli kesehatan itu. "Hingga saat ini belum ada data atau informasi penularan penyakit dari mayat di Trunyan maupun Toraja," kata dia.

"Namun demikian untuk kehati-hatian dan higiene sanitasi yang baik bila berkunjung ke sana tidak berdekatan atau menyentuh mayat yang ada dan mencuci tangan pakai sabun atau pakai hand sanitizer setelah berkunjung dari sana," katanya.

Namun, meski dermaga di kuburan terbuka di Desa Terunyan terbilang baru, toilet di sana masih belum ada airnya. Jadi, traveler harus menahan kencing dan buang hajat hingga ke lokasi WC terdekat.




(msl/fem)

Hide Ads