Beragam artefak kuno dari abad ke-8 ditemukan di Desa Mranggen, Klaten selama beberapa tahun terakhir. Apa misteri di balik penemuan benda-benda itu?
Temuan terakhir di desa Mranggen berupa sumur kuno. Di dalamnya ditemukan beberapa benda kuno seperti batu bata, gerabah, hingga mata tombak.
Desa Mranggen berjarak sekitar 15 kilometer di barat laut Kota Klaten. Dari simpang empat Pasar Totogan Jalan Klaten-Boyolali, jaraknya hanya sekitar satu kilometer ke arah gunung Merapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desa Mranggen merupakan desa pertanian dan perkebunan di kecamatan Jatinom. Sebagian warganya juga beternak dan perajin batu bata merah.
Letak Desa Mranggen hanya sekitar satu kilometer dari wilayah Ngupit, Kecamatan Ngawen. Di wilayah yang disebut Ngupit itu pernah ditemukan prasasti Upit berangka tahun saka 788 atau 886 Masehi yang disimpan di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) wilayah X.
Pamong Budaya Muda BPK Wilayah X, Muhammad Junawan menyatakan nama Mranggen menarik dicermati. Mranggen berasal dari kata Mranggi.
"Saya pernah baca, dari Balai bahasa Yogyakarta, berasal dari kata Mranggi. Berarti profesi membuat kerangka keris," ungkap Junawan.
Asal nama itu, jelas Junawan, menarik untuk dikaji. Sebab dari penamaan itu bisa menjadi data dukung kuat untuk mengungkap sejarah sumur kuno dan sekitarnya.
"Jadi bisa menjadi daya dukung kuat untuk menjelaskan sumur tersebut. Sebab ada temuan lain seperti pipisan, gerabah, guci, dan lainnya," imbuh Junawan.
Humas Komunitas Pegiat Cagar Budaya (KPCB) Klaten, Hari Wahyudi mengatakan hal serupa. Dia mengatakan Mranggen berasal dari kata Mranggi sehingga dia menduga desa itu berhubungan dengan aksesoris keris.
"Mranggen dari kata Mranggi, berhubungan dengan aksesoris keris terutama warangka," ucap Hari.
Meski demikian dia menyebut belum ada bukti keterkaitan artefak-artefak kuno yang ditemukan di desa itu dengan aktivitas pembuatan keris. Sebab keris memiliki fungsi berbeda tiap era.
"Belum ada hubungannya. Sebab meskipun di Mataram kuno itu ada keris tapi berbeda fungsinya setelah era Mataram Islam," imbuh Hari.
Hari menyatakan potensi dan sejarah desa tersebut menarik untuk digali. Di desa tersebut ada sebuah tempat keramat bernama Siri. Penyebutan tempat itu mirip dengan nama Rakai (pejabat kerajaan Mataram kuno) I Sirikan, putra raja.
"Sirikan itu konon dari istri selir raja. Sedang Rakai Hino dan Halu dari permaisuri, ini menarik sekali untuk dikaji," imbuh Hari.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!