Masjid Cut Meutia, Masjid Estetik Tema Klasik, Juga Sarat Sejarah

Weka Kanaka - detikTravel
Kamis, 06 Apr 2023 03:32 WIB
Foto: Weka Kanaka/detikcom
Jakarta -

Berada di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, terdapat sebuah bangunan bertema klasik khas era kolonial. Walau nampak klasik, tapi bangunan ini terlihat sangat bersih dan terawat.

Dari kejauhan masjid ini nampak seperti bangunan pemerintahan atau museum, tapi ternyata bangunan ini adalah Masjid Cut Meutia. Sebelum jadi masjid, tempat ini memang dulunya merupakan sebuah bangunan yang telah berganti-ganti fungsi, sempat juga jadi kantor MPR.

Awalnya, tempat ini merupakan bangunan dari sebuah kantor biro arsitektur pertama di Indonesia, yakni N.V. de Bouwploeg. Hal itu seperti yang dijelaskan oleh Pengurus Masjid Cut Meutia, Derisman, saat ditemui detikTravel.

"Dulu pertama dibangun sebelum masjid Cut Meutia, namanya Gedung Boplo dulu. Itu sebagai kantor pusat dari perusahaan New Gondangdia, semacam perusahaan perumahan di sekitar Menteng dan sekitarnya, itu dibangun dari 1910," terangnya.

Kemudian setelah terjadi berbagai pergolakan dan perpindahan zaman, tempat ini terus berganti fungsi. Seperti sempat menjadi kantor Pos, kantor jawatan Kereta Api, Angkatan Laut, hingga sempat juga jadi kantor MPR sebelum pindah di Senayan.

"Seiring berjalannya waktu kantor pos zaman kolonial, lalu berpindah tangan lagi ke Jepang sebagai kantor pusat dinas angkatan laut jepang. Pernah juga kantor jawatan kereta api dari Belanda," tuturnya.

"Setelah kemerdekaan dijadikan oleh Bapak Sukarno jadi dinas perumahan rakyat, lalu seiring berjalannya waktu ini jadi kantor MPR yang pertama sebelum ke Senayan, itu terjadi di masa 1964-1970," dirinya menambahkan.

Awal Mula Menjadi Masjid

Setelah kerap kali berganti fungsi, bangunan tersebut saat ini menjadi sebuah masjid. Perjalanan gedung ini bisa menjadi sebuah masjid adalah tak luput dari campur tangan A.H. Nasution yang mencanangkan tempat ini menjadi masjid. Hal itu karena tempat ini kerap digunakan sebagai masjid oleh masyarakat sekitar.

"Jadi memang ada masa-masa kosongnya ini gedung, tapi dari masyarakat menggunakan bangunan ini sebagai masjid. Maka dari itu atas usulan A.H. Nasution bangunan ini dijadikan masjid," kata Derisman.

Selain itu Derisman juga mengatakan bahwa A.H. Nasution juga yang menginisiasi bangunan ini untuk dijadikan cagar budaya seperti saat ini.

Sempat Ingin Dirobohkan

Namun perjalanan bangunan ini agar menjadi masjid juga terbilang tidak terlalu lancar. Bangunan ini sempat ingin dirobohkan pada sekitar tahun 80-90an, karena menyangkut pembangunan rel kereta api yang akan dibangun.

Namun berkat upaya masyarakat dan berbagai pihak yang mendukung, bangunan ini tidak jadi dirobohkan. Sebaliknya, rel kereta api yang seharusnya bisa dibangun secara lurus jadi sedikit berbelok.

"Setelahnya sekitar medio 80-90an, bangunan ini akan dirobohkan pada zaman era Pak Soeharto. Itu banyak pertentangan dari masyarakat dan tokoh-tokoh sekitar. Kenapa ingin digusur? Karena akan ada pembangunan rel kereta api di belakang masjid. Itu harusnya dari Cikini bisa langsung menuju ke Gambir, lurus. Makanya itu bangunan ini mesti dirobohkan," jelasnya.

Hingga akhirnya gedung ini resmi dijadikan sebagai masjid pada tahun 1985 hingga sekarang. Serta bangunan ini juga disahkan menjadi Cagar Budaya dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1987.

Traveler dapat mengunjungi masjid ini di Jl. Taman Cut Mutiah No.1, RT.10/RW.5, Kb. Sirih, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat.



Simak Video "Video: Berburu Takjil di Kawasan Masjid Cut Meutia Jakarta Pusat"

(wkn/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork