Kisah Sendang Sinongko dan Biji Nangka Pakubuwono

Achmad Hussein Syauqi - detikTravel
Minggu, 01 Okt 2023 09:10 WIB
Foto: Sendang Sinongko di Klaten (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Di Klaten, ada Sendang Sinongko, salah satu destinasi wisata tradisi. Konon, asal usulnya berhubungan dengan Raja Solo Pakubuwono IV. Bagaimana kisahnya?

"Konon ada kedatangan Raja Solo, Pakubuwono IV yang mau ke Jogja, rombongan kereta berhenti di sini. Saat istirahat, raja makan buah nangka dan isinya dibuang dan berpesan jika sendang ini dinamakan Sinongko (sinangka)," tutur Sudomo Susilo (80), sesepuh Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, beberapa waktu lalu.

Sudomo mengisahkan, Sendang Sinongko di Desa Pokak tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Dulunya air sendang itu difungsikan warga secara turun-temurun untuk mengairi sawah.

"Dari sendang ini airnya digunakan untuk mengairi sawah. Suatu hari para petani juga bertemu dengan Kiai Singodrono yang meninggalkan beberapa pesan," jelas Sudomo.

Pesan untuk Sedekah dan Bersyukur

Kiai Singodrono, kata Sudomo, sebenarnya seorang Adipati yang datang bersama pengawalnya Kiai Wirogupo. Saat bertemu para petani, Singodrono berpesan agar petani selalu bersyukur.

"Punya pesan, petani jangan bekerja melebihi waktu, saat istirahat ya istirahat. Saat panen ketiga hari Jumat Wage diminta syukuran bersedekah dengan menyembelih kambing," lanjut Sudomo.

Pesan itu, sambung Sudomo, masih dilestarikan masyarakat sampai saat ini. Pada setiap hari Jumat Wage saat panen ketiga setiap tahun mengadakan syukuran dengan menyembelih kambing dan ayam.

"Setiap Jumat Wage habis panen ketiga bulan Agustus atau September diadakan tasyakuran bersih sendang. Sampai sekarang masih dilestarikan," ucap Sudomo.

Sesepuh desa lainnya, Hadi Noto Utomo (71), mengatakan acara bersih sendang itu diadakan tiap tahun. Syukuran panen itu dengan menu utama daging kambing dan ayam.

"Daging kambing dari warga dan minumnya dawet. Syukuran ini harus kambing, tidak pernah diganti sapi atau lainnya," kata Hadi.

Sendang Sinongko, jelas Hadi, memiliki dua sumber utama. Sumber air di sisi barat dinamakan sendang lanang (pria) dan yang timur sedang wadon (wanita).

Sendang Sinongko Klaten Foto: Achmad Hussein Syauqi/detikJateng

"Sisi barat dinamakan sendang lanang dan yang timur sedang wadon. Dari barat sampai timur dinamakan Sendang Sinongko," ucap Hadi.

Menurut Kasi Kesra dan Pelayanan Desa Pokak, Surono, tradisi bersih Sendang Sinongko dengan syukuran makan bersama daging kambing dan ayam itu sudah ada sejak zaman dahulu. Warga sukarela menyumbang kambing, ayam, dan makanan.

"Kambing ada yang dari warga, ada yang dari pemerintah desa kalau sekarang. Tradisi ini sudah lama, sejak saya kecil sudah ada," kata Surono.

Setiap tradisi digelar, kata Surono, ribuan orang datang ke sendang. Bahkan warga dari luar dan orang desa yang merantau ke luar pulang kampung untuk hadir.

"Yang dari luar dan merantau banyak pulang. Yang Dusun Tegal Duwur malah melebihi Lebaran," imbuh Surono.

Sendang itu, tambah Surono, sejak dulu digunakan untuk mengairi sawah Desa Pokak dan sekitarnya. Di masa kecilnya, sendang lanang airnya mengucur deras.

"Dulu yang sendang lanang itu airnya mengucur dari atas sehingga disebut sendang lanang dan yang sendang wadon air dari bawah. Sekarang sudah tidak karena air surut setelah banyak pabrik," imbuh Surono.

Sendang Sinongko terletak di timur Jalan Jogja-Solo sekitar 500 meter. Di sendang yang cukup luas itu suasananya teduh karena dikelilingi berbagai pepohonan besar berakar tunggang.

Di bawah pepohonan dibangun gazebo, tempat duduk, ayunan, dan taman. Untuk masuk ke lokasi gratis karena tidak ada tiket masuknya.


------

Artikel ini telah naik di detikJateng.



Simak Video "Bermain Water Fun di Air Terjun yang Menakjubkan di Lombok"

(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork