Uniknya Pasar Ceplak di Garut, Malioboro ala Swiss van Java

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Uniknya Pasar Ceplak di Garut, Malioboro ala Swiss van Java

Hakim Ghani - detikTravel
Sabtu, 16 Des 2023 13:17 WIB
Maliboro van Garut, Pasar Ceplak
Pasar Ceplak di Garut. (Foto: Hakim Ghani/detikJabar)
Jakarta -

Jika Yogyakarta punya Malioboro, Garut punya spot wisata serupa yang bernama Pasar Ceplak. Di sini, kamu bisa nongkrong dan kulineran.

Garut yang dijuluki sebagai Swiss van Java punya sejumlah destinasi wisata menarik, termasuk Pasar Ceplak. Ceplak, dalam Bahasa Sunda memiliki makna suara mulut saat makan sehingga tak mengherankan bila di sini dijual aneka makanan.

Pasar Ceplak ini, berada di Jalan Siliwangi. Sekitar 1 kilometer di sebelah Utara Alun-alun Garut. Pasar Ceplak membentang di setengah Jalan Ahmad Yani. Mulai dari perempatan Jalan Cikuray hingga pertigaan Jalan Ciledug.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di lahan jalan yang ukurannya kira-kira sepanjang dua kali lapangan sepak bola ini, para pedagang berjualan. Di sisi kiri dan kanan jalan, gerobak-gerobak pedagang berjejer sehabis asar.

Ada yang jualan ayam bakar, seblak, bakso aci hingga beragam camilan sepert molen, sekoteng, kue putu, keripik, dan usus goreng. Tak ketinggalan, ada juga pedagang yang menjual beragam minuman seperti jus hingga kopi.

ADVERTISEMENT

Para pedagang di tempat ini, diketahui mulai berjualan sejak pukul 15.30 WIB setiap harinya. Saat gerobak mulai berbaris di sore hari, hanya motor yang bisa menembus jalanan ini.

Pasar Ceplak rupanya sudah eksis sejak lama, loh. Salah satu pedagang bernama Dedi Juhendi mengatakan, Pasar Ceplak sudah ada sejak 1962.

"Kalau dulu, berbagai macam dagangan ada. Mulai dari peuyeum, pindang, bobodasan sampai jagung beleduk," ungkap Dedi.

Pria berumur 58 tahun itu merupakan generasi kedua yang berjualan di Pasar Ceplak. Lapak camilan manis yang kini dijaganya, merupakan warisan dari sang ayah.

"Saya mulai jualan tahun 1986. Langsung jualan molen, onde, odading. Kalau menu yang lain, kayak cibai, baru sekitar 15 tahun yang lalu," katanya.

Berita selengkapnya baca di detikJabar.




(pin/pin)

Hide Ads