Di Masjid Ini, Khatib Berkhotbah Sambil Pegang Tombak

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Di Masjid Ini, Khatib Berkhotbah Sambil Pegang Tombak

Natasha Kayla Ananta - detikTravel
Selasa, 02 Apr 2024 20:07 WIB
Masjid Jami Angke Al-Anwar di Jakarta Barat
Masjid Jami Angke Al-Anwar di Jakarta Barat (Natasha Kayla Ananta/detikcom)
Jakarta -

Biasa masjid memiliki mimbar untuk berkhotbah. Berbeda dengan masjid yang satu ini, selain mimbar sang khatib diwajibkan untuk memegang tombak saat berkhotbah.

Tradisi unik itu ada di Masjid Jami Angke Al-Anwar, Tambora, Jakarta Barat, masjid tertua di Jakarta. Masjid yang juga mempunyai pembeda dengan sentuhan arsitektur Bali, Belanda, Jawa, dan China yang menunjukkan keberagaman.

Bukan mimbar kayu layaknya masjid masa kini, mimbar Masjid Jami Angke dibangun dengan beton bergaya Eropa dan dibuat lebih tinggi daripada mihrab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain microphone dan kursi kayu, di mimbar Masjid Jami Angke Al-Anwar terdapat benda unik yang jarang sekali ditemukan di mimbar masjid lainnya yakni, satu buah tombak yang akan di genggam oleh sang khatib ketika menyampaikan khotbahnya.

Menurut Muhammad Abyan Ketua Sarpras dan Sejarah Masjid Jami Angke, tradisi tersebut dilakukan secara turun temurun sejak zaman dahulu. Berdirinya tombak kayu yang ada di mimbar ini bukan tanpa maksud. Itu menggambarkan ketegasan dan seorang khatib dan menyimbolkan semangat para pejuang kemerdekaan di Kampung Angke.

ADVERTISEMENT

"Memang sudah tradisi dari dulu, menyimbolkan ketegasan," kata Abyan.

Tombak kayu tersebut memiliki tinggi sekitar 150 cm dengan mata tombak berbahan kayu berwarna kuning emas. Sangat disayangkan, mata tombak asli dari tombak tersebut telah dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Kemudian, mata tombak tersebut digantikan dengan mata tombak baru yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya.

Tradisi unik ini berkaitan dengan Kampung Angke yang pada abad ke-17 menjadi pusat pertahanan Batavia saat itu. Hal ini karena Belanda tidak mencium adanya pergerakan pemberontakan di Kampung ini dan hanya dianggap sebagai lokasi ibadah saja. Sehingga, kawasan Kampung Angke menjadi lokasi yang aman untuk menyusun strategi pemberontakan para pejuang Tanah Air.

"Kenapa di Angke ini menjadi sentral karena Belanda tidak mencium adanya pergerakan disini, padahal masyarakat di sini selain beribadah, syiar, dan berdagang juga melatih strategi peperangan di sini untuk melawan VOC," kata Abyan saat Kunjungan Wisata Religi Jakarta Barat pada Minggu (30/3/24).




(fem/fem)

Hide Ads