Walaupun dianggap tabu, namun sejumlah negara di dunia memiliki kawasan prostitusi yang dikenal dengan nama 'Red Light District.' Keberadaan Red Light District pun tersebar di negara Eropa hingga Asia.
Red Light District tidak jarang berdekatan dengan kawasan wisata umum di suatu kota. Hingga tidak jarang wisatawan bersentuhan dengan kawasan ini saat traveling. Ada yang sengaja mencari, banyak juga yang memilih menghindari.
Di Singapura ada Geylang, sedangkan di Amsterdam ada De Wallen. Dikumpulkan detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (11/6/2015) beikut fenomena Red Light District di berbagai negara:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. De Wallen, Amsterdam
(Randy/detikTravel)
|
Saat malam hari, salah satu kawasan Red Light District yang dikenal dengan nama De Wallen, mendadak ramai oleh para pencari hiburan malam. Kanal yang indah pun kontras dengan bayang-bayang prostitusi dan ganja yang ditawarkan di De Wallen.
Ketika berjalan di sana, jangan heran jika melihat etalase kaca yang menampilkan gadis seksi tengah bersolek. Ya, itulah salah satu pemandangan umum yang dapat dijumpai di sana. Dapat dijumpai juga rumah bordil, hingga coffee shop yang menjual ganja.
Hampir di setiap rumah prostitusi itu dijaga oleh seorang bodyguard atau lebih. Tentunya para bodyguard itu ada untuk menjaga kondisi hingga menegur traveler nakal yang mau curi-curi memotret para gadis di etalase.
Tidak bisa dipungkiri bahwa para pekerja seks di De Wallen datang dari berbagai latar belakang, mulai dari yang sengaja hingga menjadi korban dari penyelundupan manusia. Namun Amsterdam juga menghargai para pekerja seks dengan menghadirkan sebuah patung perunggu untuk mereka.
2. Patpong, Bangkok
(CNN)
|
Seandainya sedang jalan sendirian di Patpong, jangan heran jika digoda oleh para gadis cantik yang tampil seksi. Mereka akan sebisa mungkin mengarahkan traveler untuk masuk ke dalam bar atau klub dewasa. Padahal tadinya mungkin saja traveler ini mau ke pasar malam yang juga ada di kawasan itu.
Selain itu Patpong juga dikenal sebagai salah satu lokasi peredaran narkoba, jadi perlu hati-hati juga. Kawasan Patpong umumnya aktif dari malam hingga pukul 02.00 pagi waktu setempat.
3. Kabukicho, Tokyo
(AFP)
|
Hal tersebut terlihat jelas dari banyaknya poster hingga gambar gadis Jepang yang ditampilkan di Kabukicho, lengkap dengan harga dan penjelasan detil. Tapi walaupun kawasan tersebut lebih dikhususkan bagi warga Jepang, tidak sedikit ekspat yang datang untuk 'jajan.'
Berbeda dengan Red Light District di negara lain, Kabukicho juga menawarkan seks dalam balutan tema nakal. Sebut saja para gadis seksi yang memakai baju maid, sekretaris, hingga tokoh anime. Umumnya geliat malam di Kabukicho berlangsung hingga tengah malam.
Fakta unik lainnya, Kabukicho merupakan salah satu kawasan Red Light District yang memiliki pekerja seks ladyboy dalam jumlah besar, selain di Thailand.
4. Geylang, Singapura
(Youtube)
|
Walaupun berbau prostitusi, namun Geylang di Singapura merupakan daerah legal yang telah diakui pemerintah. Di sana juga terlihat belasan rumah bordil yang berjajar rapi di sepanjang jalan.
Yang membedakan Geylang dengan Red Light District lainnya adalah, terkait penamaan lorong yang ada di sana. Lorong yang bernomor genap biasanya merupakan daerah prostitusi. Setiap lorong tersebut memiliki pekerja seks yang berbeda, misalnya saja dari India, Thailand, hingga Indonesia.
Para pekerja seks di Geylang biasanya cenderung agresif ketika menawarkan jasa. Apabila traveler kebetulan melewati kawasan tersebut, sebaiknya pasang muka cuek dan langsung berlalu saja.
5. Pigalle, Paris
(Randy/detikTravel)
|
Tapi tidak seperti De Wallen di Amasterdam, Pigalle di Paris merupakan Red Light District yang illegal secara hukum dan berkembang bebas. Di kawasan ini ada teater terkenal dan jadi favorit wisatawan yaitu Moulin Rouge, teater bertema burlesque yang menampilkan pertunjukan musikal nan sensual.
Rumornya, Pigalle juga ramai oleh copet yang seringkali menodong turis. Harus ekstra hati-hati jika lewat di sana!
6. Pascha, Cologne
(Pascha.de)
|
Sejarahnya, Pascha yang merupakan rumah bordil dibuat dalam format gedung bertingkat. Berhubung formatnya adalah sebuah gedung, orang dewasa dipersilakan untuk mencari pekerja seks yang tersebar di setiap lantai dan setiap kamar.
Salah satu lantai di Pascha pun ada yang dibuat khusus untuk pekerja seks tarif bawah, hingga ladyboy. Kalau tidak tahu dan salah masuk lantai, dijamin berabe. Adapun dapat dijumpai juga para pekerja seks di lorong-lorong Pascha.
Anehnya lagi, Pascha memberikan diskon 50% saat malam, khusus bagi traveler dewasa yang sudah berumur di atas 66 tahun. Sedangkan bagi yang sudah memiliki tato Pascha, dipersilakan masuk tanpa membayar sepeser pun.
Beragam cara dan gadis seksi yang dimiliki Red Light District, memang ditujukan bagi para traveler dewasa. Tapi tidak terlepas dari norma sosial, urusan seks tetaplah merupakan hal yang mungkin tidak seharusnya dikomersialkan.
Halaman 2 dari 7
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda