Beda kawasan, beda lagi kriteria kecantikan wanitanya. Ada yang hanya dengan make up natural saja sudah oke, tapi ada pula treatment yang membuat wanita harus betah menahan rasa sakit. Contohnya, melubangi bibir untuk memasukkan piring kecil seperti di Ethiopia atau membebat telapak kaki agar jadi kecil seperti di China.
Dirangkum detikTravel, Kamis (8/9/2016) berikut budaya kecantikan yang dianggap kontroversial:
1. Bibir dilubangi dan dimasukkan piring
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya piring di bibis ini telah menjadi simbol kecantikan bagi Suku Mursi sejak ratusan tahun lalu. Piring sekaligus menjadi simbol kedewasaan wanita dan berarti sudah siap untuk dinikahkan. Semakin besar piringnya, semakin besar pula mas kawin yang harus diberikan dari pihak pria.
Piring akan dimasukkan ke bibir wanita usia sekitar 15-17 tahun atau sudah mengalami masa pubertas. Bagi perempuan yang tidak memakainya, bakalan dianggap sebagai pemalas dan dikucilkan.
2. Kepala lonjong
Masih di benua Afrika, wanita Suku Mangbetu yang tinggal di Provinsi Orientale di bagian utara Kongo punya ciri khas kepala lonjong. Nah, kepala lonjong ini merupakan simbol kecantikan, keanggunan, kekuatan dan kecerdasan.
Melonjongkan kepala yang disebut sebagai tradisi Lipombo ini bisa dilakukan oleh pria dan wanita. Namun hal tersebut kebanyakan dilakukan oleh para wanita. Siapa saja perempuan yang berkepala lonjong dianggap lebih menarik oleh pria Mangbetu, kepala makin lonjong maka makin cantik.
Saat ada bayi baru lahir, satu bulan setelahnya akan diikatkan kain di kepala dengan bentuk lonjong. bayi yang masih berumur bulanan tulang tengkoraknya tergolong masih lunak sehingga lebih mudah diubah bentuknya.
Bentuk kepala lonjong pun akan makin terlihat ketika sudah dewasa. Pada tahun 1950-an, bangsa Eropa tepatnya kolonial Belgia masuk ke Kongo dan melarang tradisi Lipombo karena dianggap menyakitkan bayi yang baru lahir. Namun masih ada Suku Mangbetu yang mempertahankan tradisi ini.
3. Berleher panjang
Liburan ke Desa Karen di Chiang Rai, Thailand, jangan heran kalau melihat banyak gadis berleher panjang. Para perempuan di desa itu, baik tua atau muda memiliki tradisi mengenakan kalung besi berwarna emas di lehernya dengan jumlah 20-30 kalung.
Sejak masih kecil, kalung besi berwarna emas satu persatu dipakaikan ke leher. Semakin dewasa kalung pun makin banyak. Setiap hari kalung selalu digunakan, termasuk ketika mandi.
Tradisi ini pun membuat leher para wanita di sana lebih panjang dari orang pada umumnya. Kecantikan wanita di Desa Karen memang dilihat dari panjangnya leher. Selain itu, peletakan puluhan kalung yang tampak menyakitkan itu dianggap dapat menghindari wanita dari serangan binatang buas.
4. Telinga panjang
Tak hanya di luar negeri, Indonesia juga punya budaya kecantikan yang menyakitkan. Misalnya di Kalimantan, ada Suku Dayak Kenyah di mana wanita dianggap cantik kalau telinganya panjang.
Perempuan di sana mengenakan beberapa gelang di telinga kanan dan kiri sebagai anting. Tak ayal, telinga pun tertarik karena gelang yang berat dan jadi makin panjang.
Suku Dayak Kenyah banyak tinggal di pedalaman Kalimantan. Tapi kalau traveler penasaran ingin bertemu wanita bertelinga panjang, bisa juga ke Desa Budaya Pampang yang juga dihuni sejumlah wanita Dayak Kenyah. Kalau dari Samarinda, jarak ke desa itu sekitar 25 km.
5. Berkaki kecil
Satu lagi budaya kecantikan yang menyakitkan datang dari China. Zaman dulu, kriteria cantik di Negeri Tirai Bambu itu dilihat berdasarkan ukuran telapak kaki.
Agar kaki perempuan jadi kecil, sejak bayi kaki mereka sudah dibebat. Pertumbuhan tulang kakinya akan seperti bentuk bebatnya, sehingga jari-jari menyatu dan telapak kaki hanya sebesar genggaman tangan. (aff/aff)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan