Warga Tokyo di Jepang kembali ke jalanan dengan beberapa merasa lega dan beberapa merasa khawatir usai masa darurat virus Corona (COVID-19) dicabut pada Senin (25/5) waktu setempat. Warga Jepang diimbau untuk bersiap menyambut 'new normal' untuk belajar hidup bersama virus Corona.
Seperti dilansir Reuters dan Bloomberg, Selasa (26/5/2020), Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, mencabut masa darurat untuk wilayah Tokyo dan empat prefektur lainnya pada Senin (25/5) waktu setempat. Pencabutan dilakukan setelah otoritas Jepang mengklaim kemenangan karena berhasil menjaga total kasus infeksi Corona relatif rendah.
Menurut data penghitungan Johns Hopkins University (JHU), total kasus infeksi virus Corona di Jepang saat ini mencapai 16.581 kasus, dengan 830 orang meninggal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak seperti negara lain yang memberlakukan lockdown ketat, Jepang tidak memaksa pusat-pusat bisnis untuk tutup selama pandemi Corona. Restoran hingga salon tetap buka. Tidak ada aplikasi canggih untuk melacak pergerakan orang-orang. Jepang juga tidak memiliki pusat untuk pengendalian virus Corona.
Laporan Bloomberg menyebut bahwa Jepang sejauh ini hanya memeriksa sekitar 0,2 persen dari total populasi. Angka ini tergolong salah satu yang terendah di jalangan negara-negara maju di dunia. Namun tetap, kurva penyebaran virus Corona di Jepang berhasil diratakan dengan total kematian ada di bawah 1.000 orang. Jepang, sejauh ini, menjadi negara anggota G7 dengan total kematian terendah.
Sementara itu, seperti dilansir BBC, PM Abe memuji 'model Jepang', yang disebutnya bisa mengendalikan wabah dalam 6 minggu tanpa ada lockdown ketat, seperti di negara lain. Namun, dia memperingatkan bahwa 'dalam skenario terburuk, ada kemungkinan untuk menerapkan kembali keadaan darurat jika jumlah infeksi meningkat lagi'.
Status Darurat Corona Dicabut, Stasiun Kereta Api di Tokyo Padat:
Pencabutan masa darurat pada Minggu (25/5) waktu setempat, menjadi penanda secara resmi berakhirnya masa darurat yang telah berlangsung selama tujuh pekan. Banyak warga Jepang telah kembali bekerja di kantor atau pergi keluar dengan memakai masker dan mematuhi social distancing.
"Saya ingin pergi keluar untuk minum-minum dan menghadiri konser," tutur seorang pekerja kantoran bernama Daisuke Tominaga kepada Reuters, saat ditemui di Shibuya, kawasan tersibuk di Tokyo.
Naoto Furuki (45) mengaku sedikit khawatir untuk berangkat kerja pada pagi hari. Dia menyebut ada beberapa kereta komuter yang lebih padat daripada biasanya. "Saya masih sedikit khawatir. Mungkin akan ada gelombang kedua wabah ini jadi kita perlu waspada," ucapnya.
Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, memperingatkan seluruh warganya untuk tidak cepat berpuas diri dan meminta semua orang mulai membiasakan diri dengan 'new normal' untuk teleworking dan berpergian dengan berbagai pembatasan hingga vaksin atau obat untuk virus Corona ditemukan.
Banyak perusahaan di Jepang menyatakan akan membiarkan staf mereka tetap bekerja dari rumah (work-from-home). Raksasa elektronik, Sony Corp, menyatakan akan mengizinkan hanya 30 persen pekerjanya untuk kembali ke kantor mulai Juni mendatang. Hitachi Ltd menyatakan pihaknya menargetkan separuh pekerjanya untuk bekerja dari rumah.
"Kami tidak akan kembali pada gaya bekerja kami sebelumnya. Kami akan mempercepat praktik kerja baru, menjadikan bekerja dari rumah sebagai standar baru," tegas Pejabat Eksekutif Hitachi, Hidenobu Nakahata, kepada wartawan.
Gratiskan Biaya Liburan Sampai Setengah Harga
Sementara itu Jepang ingin menghidupkan kembali pariwisatanya. Nantinya turis bakal diberi potongan harga untuk liburan. Pariwisata Jepang turun hampir 100 persen di bulan April 2020. Pemerintah Jepang bersiap untuk kembali mengundang turis dengan menyumbangkan dana sebanyak 1,35 triliun yen untuk wisatawan.
Dana tersebut akan digunakan untuk menutupi setengah biaya perjalanan turis, jika disetujui. Rencana ini disesuaikan dengan kegiatan Olimpiade Tokyo yang akan dilangsungkan tahun 2021. "Skema tersebut dapat dimulai pada awal Juli selama ada penurunan virus Corona," ujar Kepala Badan Pariwisata Jepang Hiroshi Tabata.
(nvc/ddn)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!