Di Kenya, Memancing Dianggap Hobi yang Terlalu 'Kulit Putih'

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Di Kenya, Memancing Dianggap Hobi yang Terlalu 'Kulit Putih'

Wahyu Setyo Widodo - detikTravel
Selasa, 14 Sep 2021 15:12 WIB
Pemancing Kenya
Foto: Pemancing di Kenya (Luis Tato/AFP)

Kenya Penghasil Umpan Pancing Terbaik Sedunia

Gichane mendapatkan alat dan umpan fly fishing dari pengrajin Kenya yang kreasinya disebut terbaik dan menjadi andalan bagi pemancing di seluruh dunia.

Umpan buatan mereka, beberapa sangat kecil hingga bisa bertengger di ujung jari, dirancang untuk meniru serangga tertentu yang disantap spesies ikan trout, salmon, dan spesies ikan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada data resmi, namun satu dari tiga umpan pancing yang digunakan di Eropa berasal dari Kenya. Sementara jutaan produk lainnya dikirim ke Amerika Serikat, Kanada, dan pasar perikanan utama lainnya.

"Ini adalah bisnis besar di Kenya. Ini mempekerjakan banyak orang," kata John Nyapola, yang menjalankan Ojoo Fishing Flies Designers.

ADVERTISEMENT

Memancing Masih Dianggap Hobi yang Aneh

Gichane mengatakan etos "tangkap dan lepas" dianggap "gila" oleh warga Kenya yang masih berpikir kalau tujuan memancing ialah untuk mendapatkan makanan.

Pelaku fly fishing memang kebanyakan mengembalikan apa pun yang mereka tangkap ke sungai, untuk mencegah penangkapan ikan yang berlebihan. Sementara itu, banyak orang Kenya lainnya menganggap memancing sebagai budaya luar negeri yang aneh.

Pemancing KenyaPemancing Kenya Foto: Luis Tato/AFP

Gichane mengatakan sebelum kemerdekaan pada tahun 1963, dan bahkan beberapa waktu setelahnya, banyak orang Kenya tidak akan berani memancing.

"Mereka pikir olahraga memancing adalah untuk mzungus (orang kulit putih), bukan untuk orang Afrika," kata Moses, yang lahir di kamp interniran Inggris, dan sekarang menjadi pemandu memancing.

Kenya Punya Klub Memancing Tertua di Afrika

Klub Kenya Fly Fishers, sebuah perusahaan swasta berusia 102 tahun di Mathioya, telah berusaha untuk memperluas daya tarik olahraga tersebut. Klub ini telah menyambut lebih banyak anggota Kenya karena minat telah tumbuh, dan memilih ketua kulit hitam pertamanya pada tahun 2018.

"Waktu berubah, sama seperti memancing. Saat ini kami memiliki banyak penduduk asli Kenya yang gemar memancing. Saya salah satunya," kata Musa Ibrahim, seorang wali dan anggota klub selama 20 tahun.

Klub ini juga telah menjangkau sekolah-sekolah lokal, untuk memperkenalkan anak-anak untuk memancing dan aspek konservasinya seperti "mengisi ulang" Mathioya dengan benih ikan trout.

Kenya pada masa jayanya dilintasi oleh 2.000 kilometer sungai-sungai pemancingan ikan trout yang belum terjamah, tetapi konversi lahan yang cepat mengurangi itu 10 kali lipat, kata Ibrahim.

"Tugas kita untuk memastikan bahwa kita meninggalkan warisan untuk generasi berikutnya," pungkasnya.


(wsw/ddn)

Hide Ads