Jakarta -
Terdapat cukup banyak kerajaan Islam di Indonesia. Berikut adalah 10 kerajaan Islam tertua yang ada di berbagai pulau di Indonesia.
Setelah masa kerajaan Hindu Budha, Indonesia memasuki babak kerajaan Islam. Nusantara pada saat itu dilewati oleh lalu lintas perdagangan internasional melalui jalur laut. Perdagangan ini mendatangkan para pedagang dari berbagai negara, termasuk negara-negara yang bercorak Islam seperti Arab, Persia, dan India.
Berikut adalah ringkasan 10 kerajaan Islam di Indonesia beserta sejarah dan peninggalannya:
1. Kerajaan Perlak (840-1292)
Kerajaan Perlak atau dikenal juga dengan Kesultanan Peureulak merupakan kerajaan Islam pertama yang ada di Indonesia. Itu dilihat dari masa berdirinya kerajaan, serta didukung oleh penemuan peninggalan yang menunjukkan usia kerajaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerajaan Perlak berlokasi di Peureulak, Aceh Timur. Kerajaan ini berdiri sejak tahun 840 hingga 1292 Masehi. Pada masa itu, Perlak dikenal sebagai wilayah yang memproduksi kayu perlak. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat kapal.
Sehingga, wilayah ini ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai negara. Seperti, Gujarat, Arab, dan Persia, yang menjadikan perkembangan Islam di wilayah ini cukup pesat. Selain itu, perkawinan campur antara para pedagang Islam dengan wanita lokal juga banyak terjadi.
Kerajaan Perlak berdiri dengan raja pertama bernama Alaidin Sayyid Maulana Aziz Syah. Di masa akhir kejayaannya, Kerajaan Perlak dipimpin oleh Muhammad Amir Syah yang mengawinkan putrinya dengan Malik Saleh. Sosok Malik Saleh inilah yang kemudian memiliki peran penting dalam berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Perlak adalah makam salah satu Raja Benoa. Benoa merupakan sebutan bagi negara bagian Kerajaan Perlak. Diperkirakan, batu nisan pada makam yang terletak di Sungai Trenggulon ini dibuat pada abad ke-11 M.
Kerajaan Ternate atau dikenal juga dengan sebutan Kerajaan Gapi. Merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Kerajaan Ternate terletak di Ternate, Maluku Utara.
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Marhum pada 1257. Kerajaan Ternate menjadi salah satu kerajaan yang berkembang dengan pesat karena memiliki sumber rempah-rempah yang begitu besar dan militer yang kuat.
Setelah Sultan Marhum wafat, pemerintahan digantikan oleh Sultan Harun. Kemudian tahta terus berlanjut pada anaknya, Sultan Baabullah, yang membawa Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya.
Peninggalan dari Kerajaan Ternate di antaranya adalah Masjid Sultan Ternate, Keraton Kesultanan Ternate, Makam Sultan Baabullah, dan Benteng Tolukko.
3. Kerajaan Samudera Pasai (1267-1521)
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh Utara, lebih tepatnya di Kabupaten Lhokseumawe. Diperkirakan, kerajaan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Perlak yang ada sebelumnya. Mengingat Meurah Silu merupakan menantu dari raja terakhir Kerajaan Perlak.
Kerajaan Samudra Pasai juga merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Berdiri sejak 1267, kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu atau yang lebih dikenal dengan Sultan Malik Al Saleh.
Samudera Pasai merupakan salah satu kerajaan Islam termahsyur. Di puncak kejayaannya, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dengan komoditas utama lada. Sehingga banyak saudagar dari berbagai negara datang untuk berniaga.
Kesuksesan Samudera Pasai dibuktikan oleh ditemukannya mata uang emas murni atau dirham di wilayah kerajaan. Pada masa Sultan Malik At-Tahir, mata uang ini digunakan sebagai alat tukar resmi.
Selain dirham, peninggalan sejarah lain dari kerajaan ini di antaranya yaitu Cakra Donya, makam raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara, dan naskah surat-surat Sultan Zainal Abidin.
4. Kerajaan Gowa (1300-1945)Kerajaan Gowa terletak di Sulawesi Selatan, lebih tepatnya di wilayah yang dilalui oleh jalur pelayaran. Kerajaan ini berdiri sejak tahun 1300-an dan mulai mengadaptasi Islam sebagai agama resmi pada abad ke-16.
Kerajaan Gowa berkembang dengan pesat dan mencapai puncak kejayaannya setelah bergabung dengan Kerajaan Tallo. Kedua kerajaan ini mendominasi militer dan perdagangan di bagian timur Nusantara.
Gabungan dua kerajaan menghasilkan Kerajaan Islam Makassar yang dipimpin pertama kali oleh Sultan Alauddin. Masa puncak kejayaan Kerajaan Islam Makassar dicapai ketika masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, cucu dari Sultan Alauddin.
Wilayah Gowa ditinggali oleh masyarakat bersuku Makassar. Dengan latar wilayah maritim, masyarakat Gowa sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan pedagang. Selain itu, masyarakat Gowa juga dikenal sebagai pembuat kapal Pinisi dan Lombo.
Kerajaan Gowa meninggalkan bangunan-bangunan kokoh yang hingga saat ini bisa dilihat dan dikunjungi secara langsung. Peninggalan tersebut di antaranya yaitui Masjid Tua Katangka, Istana Tamalate, Museum Balla Lompoa, Benteng Ford Rotterdam, dan Benteng Somba Opu.
5. Kesultanan Malaka (1405-1511)
Kesultanan Malaka atau Melaka yang terletak di wilayah Malaka ini didirikan pada tahun 1405 oleh Parameswara. Awalnya, masyarakat Malaka bukan merupakan pemeluk agama Islam. Namun, seiring perkembangan kepemimpinan dan Kerajaan Malaka, masyarakat mulai menganut agama Islam.
Sekitar tahun 1455, gelar sultan pertama kali disandang secara resmi oleh pemimpin Malaka. Kemudian, di abad yang sama, Kesultanan Malaka dikenal sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka.
Kesultanan ini runtuh pada tahun 1511. Disebabkan oleh serangan dari Portugis. Pemimpin terakhir Kesultanan Malaka adalah Sultan Mahmud Syah. Peristiwa ini diperkirakan menjadi awal mula invasi militer Eropa ke Nusantara.
Peninggalan Kesultanan Malaka antara lain Masjid Raya Baiturrahman Aceh dan Masjid Agung Deli yang hingga saat ini masih berdiri dan berfungsi dengan sangat baik.
6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)
Kerajaan Islam di Indonesia yang berikutnya adalah Kerajaan Islam Cirebon atau Kasultanan Cirebon yang terletak di pantai utara Pulau Jawa, lebih tepatnya di wilayah yang kini dikenal dengan Kota Cirebon. Letak kerajaan yang berada dekat dengan laut, menjadikan Kerajaan Islam Cirebon memiliki peran penting dalam perdagangan dan pelayaran.
Kerajaan Islam Cirebon merupakan kasultanan Islam yang cukup besar di Jawa Barat pada abad 15-16 Masehi. Bahkan beberapa menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Pangeran Walangsungsang atau Sultan Cirebon I pada tahun 1430. Kemudian pada 1479 Sultan Cirebon I menyerahkan kepemimpinan kerajaan kepada keponakannya, yaitu Sunan Gunung Jati yang menjadi Sultan Cirebon II.
Pada akhir kejayaannya, Kerajaan Islam Cirebon dipimpin oleh Sultan Abdul Karim. Pada masa keruntuhan ini Kerajaan Islam Cirebon terbagi menjadi dua yaitu Kasultanan Kasepuhan dan Kasultanan Kanoman.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon yang paling terkenal di antaranya adalah Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Keprabon, Patung Harimau Putih, Bangunan Mande, dan Kereta Kasepuhan Singa Barong.
7. Kerajaan Demak (1478-1554)
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam terbesar di pesisir Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan pada 1478 oleh Raden Patah di masa keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Demak dikenal sebagai kerajaan yang paling berpengaruh dalam menyebarkan agama Islam ke wilayah Nusantara. Hal ini dapat terjadi karena adanya dukungan dari Wali Songo, atau sembilan tokoh penyebar agama Islam.
Raja-raja Demak yang paling terkenal pada masanya di antaranya yaitu, Raden Patah, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawata, dan Arya Penangsang.
Awal kemunduran Kerajaan Demak disebabkan oleh perang saudara antara Pangeran Surowiyoto dan Sultan Trenggono yang berujung saling bunuh untuk memperebutkan tahta.
Kerajaan Demak akhirnya runtuh pada 1554 setelah pemberontakan yang dilakukan Jaka Tingkir. Ia berhasil mengalihkan pusat pemerintahan ke wilayah Pajang dan mendirikan Kerajaan Pajang.
Beberapa peninggalan sejarah dari Kerajaan Demak antara lain Masjid Agung Demak, Makam Sunan Kalijaga, Lawang Bledek, Dampar Kencana, Surya Majapahit, dan Soko Guru.
Kerajaan Islam Banten atau Kesultanan Banten didirikan pada tahun 1526 oleh Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati, pimpinan Kerajaan Islam Cirebon pada saat itu.
Raja paling terkenal dari Kesultanan Banten adalah Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah kepemimpinannya, Ia banyak memimpin perlawanan terhadap Belanda. Pada masa itu VOC menerapkan monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Hingga kini, Banten dikenal dengan kekuatan seni bela diri serta tarekat dan tasawufnya. Ketiga hal ini merupakan salah satu tradisi yang diturunkan dan dipengaruhi oleh perkembangan Islam padai masa Kesultanan Banten.
Keruntuhan Kesultanan Banten salah satunya dipicu oleh perang saudara. Anak dari Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Haji, ingin merebut kekuasaan dari sang ayah.
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banten di antaranya yaitu Masjid Agung Banten, Benteng Speelwijk, dan Keraton Surosowan.
9. Kerajaan Pajang (1568-1586)
Kerajaan Pajang berdiri setelah runtuhnya Kerajaan Demak dan keberhasilan Jaka Tingkir dalam memindahkan kekuasaan ke wilayah Pajang.
Jaka Tingkir merupakan menantu Sultan Trenggono yang mendapatkan kekuasaan di Pajang. Setelah berhasil merebut tahta dari Arya Penangsang, pemerintahan dan seluruh benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir menjadi raja pertama Kerajaan Pajang sekaligus mendapat gelar Sultan Hadiwijaya.
Pada masa kepemimpinannya, Jaka Tingkir melakukan ekspansi ke timur hingga Madiun. Lenih tepatnya di tepi sungai Bengawan Solo. Kemudian berlanjut hingga Blora dan Kediri.
Peninggalan Kerajaan Pajang di antaranya yaitu Masjid dan Pasar Laweyan, Makam Sultan Hadiwijaya, serta area makam pejabat Panjang.
10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)
Kerajaan Mataram Islam terletak di Yogyakarta dan berpusat di Kotagede. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1588 dan didirikan oleh Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan ini awalnya merupakan kadipaten di bawah Kerajaan Pajang. Kemudian, kerajaan ini didirikan sebagai penghargaan dari Kerajaan Pajang atas jasa Ki Ageng Pemanahan. Raja pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Raden Mas Sutawijaya atau Panembahan Senapati. Ia merupakan anak dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Islam Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Agung. Ia berhasil menaklukan hampir seluruh wilayah Jawa serta membantu melakukan perlawanan terhadap VOC bersama Kesultanan Banten dan Cirebon.
Kerajaan Mataram Islam mengalami keruntuhan akibat konflik politik internal yang menyebabkan terjadinya pembagian wilayah kekuasaan. Kerajaan ini dibagi menjadi Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang tertulis dalam Perjanjian Giyanti.
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam kebanyakan berupa masjid-masjid yang ada di Yogyakarta dan Solo. Di antaranya yaitu Masjid Agung Gedhe Kauman, Masjid Kotagede, Masjid Pathok Negara Sulthoni Plosokuning, Masjid Agung Surakarta, dan Masjid Al Fatih Kepatihan Solo. Selain itu, kerajaan ini juga meninggalkan bukti sejarah berupa aksara Hanacaraka.
Itulah kisah dari 10 kerajaan Islam di Indonesia. Mulai dari kerajaan Islam pertama di Pulau Sumatra, Sulawesi, hingga Jawa.
Simak Video "Video: Melihat Perkembangan Terbaru IKN 2025!"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol