Tradisi Menggemukkan Wanita di Mauritania, Katanya Biar Enteng Jodoh

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

KULTUR

Tradisi Menggemukkan Wanita di Mauritania, Katanya Biar Enteng Jodoh

Putu Intan - detikTravel
Rabu, 22 Nov 2023 06:05 WIB
Pernikahan di Mauritania
Ilustrasi perempuan di Mauritania. (Foto: MorochaMelomana/Youtube)
Jakarta -

Mauritania mempunyai standar kecantikan yang berbeda. Mereka menilai wanita gemuk itu cantik dan lebih mudah mendapatkan jodoh.

Dikutip dari Harvard International Review, standar kecantikan perempuan Mauritania berasal dari bangsa Moor yang populasinya mencakup dua per tiga dari 3,1 juta penduduk negara itu. Mereka memandang perempuan gemuk sebagai simbol status sedangkan perempuan kurus merupakan cerminan dari kemiskinan karena keluarganya dianggap tak mampu memberikan makan.

Orang Moor percaya, perempuan gemuk akan lebih dilirik para pria. Mereka akan lebih mudah menikah dan hidup sejahtera. Dengan pandangan bahwa cantik harus gemuk, banyak orang akhirnya berusaha menggemukkan anak-anak perempuan.

Metode penggemukan itu disebut leblouh. Leblouh itu dilakukan bahkan sejak anak perempuan masih berusia 5 tahun. Mereka akan dicekoki makanan termasuk lima galon susu unta.

Dalam sehari, anak-anak perempuan itu diberi makanan hingga 16.000 kalori. Padahal, orang dewasa hanya membutuhkan 2.000 kalori setiap harinya.

Bila perempuan itu tidak sanggup menghabiskan makanan, mereka akan dihukum. Salah satu metode hukuman yang digunakan disebut zayar, yakni jari kaki perempuan akan dijepit menggunakan dua tongkat. Selain itu, mereka juga dijewer, dicubit, jarinya ditarik ke belakang, hingga memakan kembali makanan yang dimuntahkan.

Berdasarkan survei tahun 2013 kepada 2000 orang, sebanyak 61 persen perempuan pernah dipukul selama mengikuti leblouh. Adapun, 29 persen perempuan dilaporkan pernah mengalami jari patah.

Ngerinya lagi, berdasarkan temuan dari U.N. Population Fund, metode leblouh ini ternyata berbahaya karena anak-anak perempuan dipaksa minum susu unta yang sudah dicampur dengan zat penggemuk yang biasanya digunakan untuk hewan ternak.

Beruntung pada 2017, Mar Jubero Capdeferro, yang menjalankan program gender Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Mauritania, mengatakan generasi muda saat ini mulai meninggalkan tradisi leblouh. Alasannya karena mereka sudah lebih teredukasi dan melihat langsung dampak buruk dari hal ini.

Perempuan Mauritania di perkotaan memiliki pandangan sendiri tentang kecantikan. Mereka tidak terjebak pada stereotip bahwa cantik itu harus gemuk. Namun, praktik leblouh ini masih banyak dilakukan di wilayah pedesaan di mana anak-anak perempuan tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik.




(pin/fem)

Hide Ads