Mengapa Supir Taksi di Jepang Begitu Rapi?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengapa Supir Taksi di Jepang Begitu Rapi?

Afif Farhan - detikTravel
Minggu, 02 Feb 2020 16:00 WIB
Supir Taksi Jepang
Supir taksi di Jepang yang begitu rapi penampilannya (AP)
Tokyo -

Coba perhatikan supir taksi saat kamu liburan di Jepang. Mereka begitu rapi tampilannya, pakai jas, dasi, hingga sarung tangan.

AP (Associated Press) mengangkat kisah seorang supir taksi di Jepang bernama Norihito Arima. Usianya 33 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan taksi terbesar di Jepang, Nihon Kotsu.

Dia menyetir taksinya dengan memakai jas, dasi, hingga sarung tangan putih. Bahkan, ada aturan khusus dari perusahaan taksi kepada supirnya perihal penampilan.

"Kami (pengemudi taksi) tidak boleh memiliki tato, tidak boleh memakai kacamata hitam, rambut harus dicukur rapi, sampai menjalani tes alkohol sebelum bertugas," katanya.

Norihito Arima, seorang supir taksi Jepang menceritakan kisahnya kepada APNorihito Arima, seorang supir taksi Jepang saat hendak bertugas (AP)





Tak sampai di situ, rata-rata perusahaan taksi di Jepang punya paduan semacam Do's and don'ts alias hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan supir taksi. Bisa sampai 77 poin.

"Rasanya seperti tentara saja," terang Norihito.

Beberapa paduan atau aturan itu mencakup banyak hal. Beberapa di antaranya seperti kapan waktu untuk berbicara dengan penumpang, masalah kebersihan di taksi, dan bagaimana tata krama membuka pintu.

"Kami menyebutnya sebagai 'Omotenashi', kalau dijelaskan adalah keramahan dan menawarkan perhatian tanpa pamrih," jelas Norihito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Taksi di JepangTaksi di Jepang (AP)





Ketika masa pelatihan supir taksi, mereka akan dididik dengan tidak main-main. Mereka harus hafal jalanan tiap sudut kota dan jalur alternatif.

"Setelah itu baru penampilan yang diperhatikan," lanjut Norihito.

ADVERTISEMENT
Supir taksi di Jepang banyak yang memakai sarung tanganSupir taksi di Jepang banyak yang memakai sarung tangan (AP)



Menjadi supir taksi, tentu ada beberapa tantangan. Salah satunya adalah membawa penumpang dalam kondisi mabuk, sampai-sampai muntah di dalam taksi.

Tak ayal, budaya minum-minuman keras begitu mudah dijumpai di Jepang apalagi di kota-kota besar. Khususnya, bagi pekerja kantoran.

"Penumpang yang mabuk pasti akan muntah di dalam mobil. Kitalah yang harus membersihkan mobil, tak perlu berdebat dan ribut-ribut," terang Norihito.

Berdasarkan kebijakan perusahaan taksinya, penumpang yang mabuk tidak akan ditagih ongkos lebih karena muntah di dalam taksi. Pun para supir taksi, tidak mau bikin masalah saat menghadapi penumpang mabuk.

"Mengapa harus bikin masalah lagi, lebih baik bersihkan saja, selesai," tegas Norihito.

Saat istirahat, supir taksi di Jepang biasa makan di dalam taksinya setelah itu dibersihkanSaat istirahat, supir taksi di Jepang biasa makan di dalam taksinya setelah itu dibersihkan (AP)





Supir taksi di Jepang, biasanya bekerja dalam 18 jam sehari dan mendapat upah 50-60 ribu Yen atau setara Rp 6 juta sampai Rp 7,5 juta. Menjadi supir taksi adalah suatu kebangaan bagi Norihito, sebab orang Jepang pun bangga dengan taksi mereka.

"Layanan taksi menjadi kebanggaan orang Jepang," tutupnya.




(aff/aff)

Hide Ads