Gunungan 3.000 Lumpia Duleg Dikirab di Klaten

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Gunungan 3.000 Lumpia Duleg Dikirab di Klaten

Achmad Syauqi - detikTravel
Minggu, 16 Feb 2020 21:45 WIB
Cethik Geni di Dusun Lemburejo Desa Gatak Kecamatan Delanggu, Klaten, Minggu (16/2/2020).
Ogoh-Ogoh menjadi salah satu dari rangkaian Kirab Gunungan Lumpia Duleg di Klaten, Jateng. (Achmad Syauqi/detikTravel)
Klaten -

Ritual cethik geni atau menghidupkan nyala api menandai dimulainya tradisi Kirab Gunungan Lumpia Duleg di Klaten. Sebanyak 3.000 lumpia diarak di jalanan.

Gunungan berisi 3.000 kue lumpia itu dibawa berkeliling Desa Gatak, Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah pada Minggu (16/2/2020). Diawali dengan cethik geni pukul 10.00 WIB oleh sesepuh pembuat lumpia, Daliyem (75 tahun). Nyala api itu disulut ke sebuah teplok yang dinamai Kyai Teplok Kala Padang.

Alat penerangan berupa teplok itu kemudian dibawa seorang putri desa di rombongan kedua setelah cucuk lampah bergada prajurit pembawa tombak . Daliyem, wanita tua berkacamata yang mewarisi pembuatan kuliner lumpia ukuran kecil itu, berjalan di samping Kades Gatak, Walino.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di baris belakang pembawa teplok, gunungan lumpia dibawa dengan tandu. Di belakang lumpia belasan pemuda mengusung Ogoh -Ogoh terbuat dari rumput kering setinggi dua meter dan panjang sekitar empat meter.

Rombongan kirab bergerak dari tengah dusun melintasi jalan dusun di jalan Yogya-Solo dan jalan desa menuju lapangan dengan diiringi gamelan. Sesampainya di lapangan desa sekitar pukul 11.00 WIB , ogoh- ogoh yang menjadi simbol Lembu Candolo atau lembu jahat mulai mengawali Sendratari Lemburejo.

ADVERTISEMENT
Cethik geni atau menyalakan api menjadi filosofi bagi Desa Gatak di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Cethik geni atau menyalakan api menjadi filosofi bagi Desa Gatak di Delanggu, Klaten, Jawa Tengah. Foto: Achmad Syauqi/detikTravel

Selain itu, belasan pemuda berpakaian hitam mengusung ogoh-ogoh berputar dan berlari menandai amukan masa kegelapan dusun. Disusul munculnya tujuh gadis berpakaian putih membawa kain putih.

Tujuh gadis itu menutupkan kain putih ke tubuh Lembu Candolo yang kemudian disulutkan api yang membakar ogoh-ogoh berbentuk sapi tersebut sampai hangus.

Panitia acara, Seno Guntoro dari Sanggar Semoyo Endho menjelaskan tahun ini acara cethik geni lebih meriah, yakni dengan menyuguhkan sendratari dengan tema sejarah Dusun Lemburejo.

Karena Lumpia Hidupkan Desa Gathak

Kirab lumpia itu sebagai tanda syukur desa mereka bisa hidup melalui lumpia. Itu belum lama, baru sekitar 30 tahun terakhir.

" Sejarahnya tahun 1950-1990 itu, dusun kami dijuluki metengan atau gelap, gelap sekali. Adanya pembuatan lumpia menjadikan dusun kami hidup," kata Seno pada wartawan, Minggu (16/2/2020) siang.

Seno menjelaskan pembuatan kue lumpia itu diawali 1980-an oleh Mbah Purno. Sejak itu terus berkembang dan kini ada 25 pembuat lumpia.

Gunungan 3.000 Lumpia Dikirab di KlatenGunungan 3.000 lumpia diarak di jalanan. (Achmad Syauqi/detikTravel)

" Tahun 2020 pembuat lumpia sudah punya paguyuban Mugi Langgeng. Perajin tersebar di Lemburejo dan RT lain," Seno menambahkan.

Tradisi kirab itu, sambung Seno, baru dua kali. Ditujukan untuk mengangkat produksi UKM lumpia duleg itu agar menjadi dikenal luas.

" Jumlah lumpia tahun lalu sekitar 1.500 untuk tahun ini mencapai 3.000 gulung. Namun karena ukurannya kecil, gunungan tidak tampak tinggi," Seno menjelaskan.

Kini, lumpia duleg telah menjadi salah satu makanan khas Klaten. tak sedikit traveler yang menjadikannya oleh-oleh.



Simak Video " Video: Melihat Patung Biawak di Wonosobo yang Viral gegara Mirip Asli"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads