Jepang mulai mengimplementasikan kebijakan memperketat kontrol perbatasannya pada Senin (9/3/2020) terutama untuk kedatangan traveler dari China dan Korea Selatan. Kebijakan yang efektif diberlakukan sampai akhir bulan ini dilakukan guna mencegah penyebaran virus Corona.
Dilansir dari Japan Today, hampir 3 juta visa yang telah dikeluarkan untuk warga negara China dan Korea Selatan (Korsel), termasuk penduduk Hong Kong dan Makau, tidak berlaku. Menurut Kementerian Luar Negeri Jepang, dari 3 juta visa yang dibatalkan itu, sebanyak 2,8 juta merupakan visa turis China sedangkan sekitar 17 ribu merupakan visa turis Korsel.
Namun bagi turis yang sudah berada di Jepang saat ini, visa mereka tak akan dibatalkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semua orang yang datang dari kedua negara itu, termasuk orang Jepang dan warga negara asing lainnya, akan diminta untuk menjalani karantina 14 hari secara sukarela.
Pembatasan perjalanan ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran Corona jelang Olimpiade Tokyo yang akan berlangsung kurang dari 5 bulan lagi. Namun kebijakan ini diprediksi akan memberikan pukulan ekonomi bagi Jepang karena turis China dan Korsel ini menyumbang sekitar setengah dari seluruh wisatawan yang datang ke Negeri Sakura itu.
Keputusan yang diambil Jepang ini disambut dengan kemarahan Korsel. Negara tersebut mulai mengambil langkah-langkah balasan pada Senin ini dan semakin memperburuk hubungan kedua negara yang sebelumnya telah goyah terkait masalah perang.
"Kami tidak bermaksud hal ini (keputusan melarang turis Korea Selatan dan China masuk) berdampak pada hubungan Jepang-Korea Selatan," ujar Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga pada konferensi pers.
"Kami ingin menjelaskan (ke Korea Selatan) dengan seksama, upaya yang kami ambil termasuk langkah-langkah untuk memperkuat kontrol perbatasan dan mencegah infeksi (Corona) lebih lanjut, serta situasi domestik," tambahnya.
Di bawah skema Jepang, orang yang memasuki negara itu dari China dan Korsel akan diminta untuk menginap di fasilitas yang telah ditunjuk seperti hotel dengan biaya mereka sendiri atau di rumah mereka sendiri jika mereka tinggal di Jepang, di mana mereka akan dikarantina selama 14 hari, dan diminta untuk tidak naik transportasi umum serta menggunakan mobil pribadi.
Karantina sukarela juga berlaku bagi mereka yang memasuki Jepang dari Cina atau Korsel melalui penerbangan lanjutan dari negara lain.
Sementara pengunjung China dan Korsel yang sudah berada di Jepang tidak harus pergi lebih awal dari yang direncanakan. Jika mereka meninggalkan Jepang, mereka tidak akan dapat masuk kembali dengan menggunakan visa masuk ganda karena saat ini diberlakukan pembatalan visa.
Selain itu penggunaan bebas visa (visa waiver) yang mencakup kunjungan singkat selama 90 hari oleh wisatawan Korsel, Hong Kong dan Makau juga telah ditangguhkan. Sementara itu maskapai penerbangan juga akan membatasi penerbangan dari China dan Korea Selatan yang menuju Bandara Narita dan Kansai.
Kebijakan ini telah terasa efeknya. Pada Senin, penerbangan menuju Jepang dari China dan Korsel terlihat sepi. Pada pukul 08.00 pagi di Bandara Narita, sebanyak 8 penumpang dari Seoul dicek suhu badannya.
Seorang pria berusia 40 tahun dan istrinya yang baru pulang setelah liburan di Korsel mengaku mereka akan tinggal di rumah selama dua minggu.
"Kami tidak tahu apakah kami dapat melakukan aktivitas kehidupan yang normal. Bagaimana kondisi untuk karantina sendiri?" katanya.
Sementara itu, dua mahasiswa yang tiba di Bandara Internasional Kansai dari Korsel mengatakan bahwa pesawat yang mereka tumpangi hanya mengangkut 3 penumpang.
"Saya khawatir apakah kami bisa masuk (Jepang). Saya tidak menyangka situasinya menjadi seserius ini," ujar Wakaba Suganami (19).
Di sisi lain, anggota parlemen dari partai oposisi sebelumnya mengecam Abe atas reaksi santainya dalam menghadapi penyebaran Corona. Selain itu, beberapa pakar kesehatan juga mempertanyakan efektivitas tindakan karantina yang sifatnya sukarela itu.
(pin/ddn)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol