Kisah Perawat COVID-19, Dikucilkan Sampai Dapat Penginapan Gratis

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Perawat COVID-19, Dikucilkan Sampai Dapat Penginapan Gratis

Johanes Randy Prakoso - detikTravel
Kamis, 04 Jun 2020 10:13 WIB
tenaga kesehatan
Ilustrasi (Esti Widiyana/detikcom)
Jakarta -

Di tengah perang melawan COVID-19, para tenaga kesehatan tak ubahnya pahlawan tanpa jasa. Namun, perjuangan mereka tak selalu mulus dan dihargai.

Beberapa bulan telah berlalu sejak Indonesia menyatakan perang melawan virus corona atau yang disebut juga COVID-19. Selama itu juga para tenaga kesehatan (nakes) yang terdiri dari Dokter, perawat hingga staff rumah sakit berjuang merawat dan menyembuhkan pasien.

Tak terhitung pula berapa banyak waktu dan pengorbanan yang mereka berikan untuk sesama manusia. Bahkan, para tenaga kesehatan juga mempertaruhkan nyawa dan keselamatan mereka sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BACA JUGA: Intip Fasilitas 4 Hotel untuk Tenaga Medis Corona

Hanya layaknya perjuangan, perjalanan para tenaga kesehatan ini tak selalu mudah dan dihargai setara. Stigma sebagai orang yang dekat dengan COVID-19, tak jarang membuat mereka dikucilkan dari lingkungan tempat tinggal.

ADVERTISEMENT

Setidaknya, itu yang dirasakan salah satu perawat bernama Rossa Andriana. Diceritakannya pada detikcom, Kamis (4/6/2020), sehari-hari Rossa merupakan seorang perawat di RSUP Persahabatan yang menangani pasien COVID-19. Di satu sisi, Rossa juga merupakan seorang ibu.

Kerap dikucilkan

Diceritakan olehnya, bertugas membantu pasien COVID-19 dengan taruhan nyawa tak pelak membuatnya dan rekan-rekannya mendapat perlakuan kurang mengenakkan.

"Awalnya ada teman yang diusir secara halus dari kostnya, terus ada juga teman yang anaknya tidak boleh main oleh tetangganya karena orang tuanya bekerja di RS yang menangani COVID. Lama-lama banyak dari kita petugas yang tetangganya risih kalau kami pulang," cerita Rossa.

Padahal, setiap hari para tenaga kesehatan memberikan segenap jiwa raganya di garda terdepan. Tak jarang mereka harus bekerja lebih ekstra dari pekerja di sektor lainnya.

"Kita shift, pagi jam 7:30-14.00, siang 14.00-20.00, malam 20.00-08.00 WIB, tapi pasti selalu lebih jamnya. Kalau jaga pagi, kita baru selesai jam 15.00 WIB," tutur Rossa.

Mendapat fasilitas penginapan gratis

Bagi Rossa yang tinggal di kawasan TMII, Jakarta Timur, pulang pergi ke RSUP Persahabatan yang berada di Pulo Gadung bukan lah jarak yang dekat. Beruntung, Rossa merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang mendapat bantuan penginapan dari para donatur.

"Berita itu disampaikan ke atasan kami, bahkan sampai masuk berita. Sampai akhirnya kita dapat bantuan penginapan untuk petugas COVID-19," ujar Rossa.

Untuk informasi, beberapa waktu lalu pihak Kemenparekraf memang telah mencanangkan program akomodasi gratis bagi para tenaga kesehatan. Bermitra dengan sejumlah hotel, para tenaga kesehatan diberi penginapan untuk meringankan tugas mereka.

BACA JUGA: Kemenparekraf Ajak Hotel Kerjasama Untuk Tenaga Medis

Rossa pun bercerita, perihal pengalamannya menginap selama 2 bulan di Hotel Mercure Cikini. Yang lebih penting, bantuan akomodasi itu membuatnya merasa dihargai sebagai tenaga kesehatan.

"Pelayanan di hotel Mercure sangat baik, mulai dari security, recepsionis, room servis, dll. Semuanya ramah-ramah, membuat kami nyaman. Begitu pun dengan fasilitasnya yang lengkap," cerita Rossa.

Kebaikan dari pengelola hotel

Sebagai bentuk bantuan bagi para tenaga kesehatan, para donatur dan pemilik hotel pun tidak mengenakan biaya sama sekali bagi Rossa dan rekannya. Malah, tak jarang Rossa dibuat terharu oleh kebaikan para staff hotel.

"Sangat terharu ketika kami keluar, ada ucapan melalui video yang dibuat dari Hotel Mercure, membuat saya pribadi sangat terharu," ungkap Rossa.

Selain dirinya yang mendapat penginapan di Hotel Mercure Cikini, sejumlah rekannya juga mendapat akomodasi di lokasi lain yang mendekati tempat kerjanya. Durasi menginap pun disesuaikan dan ada sistem rotasi.

"Kita dapat penginapan lagi di POP Hotel Kelapa Gading, sebagian lagi di OYO Hotel Matraman," ucap Rossa.

Hanya di balik cerita perjuangan Rossa dan rekan-rekan tenaga kesehatan, momen tak terhingga adalah ketika mereka dapat kembali pulang dan berkumpul di tengah-tengah keluarga. Terdengar sederhana, tapi hal itu begitu berarti.

[Gambas:Instagram]


Cerita Rossa pun sedikit banyak menyadarkan kita, akan perjuangan para tenaga kesehatan dan stigma yang mereka dapat di masyarakat. Beruntung, tak sedikit donatur yang menutup mata akan perjuangan para tenaga kesehatan di tengah kondisi sulit ini.

BACA JUGA: Jadi Tempat Inap Tenaga Medis, Ini Komentar Staf Hotel

Apabila kita belum dapat berjuang seperti Rossa dan tenaga kesehatan lainnya, ada baiknya kita memberikan dukungan moril dan membantu menekan kurva dengan memakai masker serta melakukan social distancing.

Apabila direnungkan, mungkin Anda sendiri tak ingin berada di posisi mereka. Oleh sebab itu, patuhi imbauan Pemerintah dan jadi lah orang yang peduli. Jangan hanya cuek dan berpangku tangan demi kepentingan pribadi semata. Kerja sama semua pihak adalah apa yang dibutuhkan saat ini. Bersama pasti bisa.


Hide Ads