Suku Baduy ingin dihapus sebagai destinasi wisata. Keinginan itu murni datang dari masyarakat Suku Baduy sendiri.
Baru-baru ini, masyarakat Suku Baduy engajukan permohonan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar menghapuskan kawasan adat Baduy sebagai destinasi wisata. Mereka menuliskan keinginan itu lewat surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Jokowi.
Lembaga adat Baduy juga memberikan mandat secara administratif kepada Heru Nugroho, selaku ketua Tim untuk menyampaikan aspirasi mereka kepada Presiden Jokowi serta lembaga pemerintahan terkait.
detikcom pun menghubungi Heru Nugroho. Menurut Heru, keinginan tersebut murni datang dari masyarakat Suku Baduy.
"Iya pasti, mana berani saya ngarang. Cuma kan, kami mungkin harus membantu 'menerjemahkan' pemikiran mereka dalam bahasa kita sehari-hari sebagai orang kota dan ngaku-ngakunya orang modern ini," jawab Heru lewat pesan singkat kepada detikTravel, Senin (6/7/2020).
Keinginan untuk dihapus sebagai destinasi wisata, sampai dihapus dari Google datang akibat terusiknya mereka oleh 'hilir mudik' pariwisata. Banyak wisatawan yang datang tapi tidak mengindahkan kelestarian alam, serta adat istiadat suku Baduy.
"Ini terjadi karena terlalu banyaknya wisatawan yang datang, ditambah banyak dari mereka yang tidak mengindahkan dan menjaga kelestarian alam, sehingga banyak tatanan dan tuntunan adat yang mulai terkikis dan tergerus oleh persinggungan tersebut," ujar Jaro Saidi, salah satu pemangku adat di Baduy.
Baca juga: Suku Baduy Juga Ingin Dihapus dari Google |
Heru sendiri menerima mandat dari pemangku adat suku Baduy baru pada tanggal 16 April lalu. Bersama Jaro Alim, Heru akan berjuang untuk menyuarakan keinginan masyarakat Baduy.
"Pada tanggal 16 April itulah, Jaro Alim memberi amanah ke saya, barangkali saya bisa membantu mencarikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang ada. Saat itu kami sepakat, sebaik-nya Baduy dihapus dari peta wisata nasional. Membanjirnya wisatawan yang tujuannya nggak jelas, cuman nontonin orang Baduy sebenarnya membuat mereka risih," ungkap Heru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Belum lagi soal masalah sampah. Pencemaran lingkungan di wilayah Baduy semakin mengkhawatirkan. Banyak pedagang dari luar Baduy berdatangan ke dalam, sebagian besar menjual produk makanan minuman berkemasan plastik sehingga mendatangkan masalah baru.
"Belum lagi masalah sampah dan lain-lain. Jadi, mandat itu saya dapat secara lisan, disaksikan Puun Cikeusik dan Jaro Saidi. Kultur mereka (Baduy) kan emang lisan. Sekitar sebulan lalu, dan kita diskusi yang akhirnya sepakat membuat surat terbuka itu," pungkas Heru.
(wsw/ddn)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan