Belajar dari Kesalahan Norricih yang Hilang 4 Hari di Australia

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Belajar dari Kesalahan Norricih yang Hilang 4 Hari di Australia

- detikTravel
Senin, 16 Feb 2015 14:55 WIB
Ilustrasi (Thinkstock)
Melbourne -

Wisatawan Indonesia, Norricih Rachman, sempat hilang di Australia selama 4 hari. Kejadian tersebut patut menjadi pelajaran, karena kesalahan yang dilakukan Norricih bisa terjadi kepada semua orang.

Kesalahan Norricih sebenarnya umum dialami oleh para traveler saat traveling ke luar negeri. Seandainya saja Norricih punya persiapan mendasar, tentu Norricih tidak perlu sampai hilang selama empat hari di Australia.

Dihimpun detikTravel dari ABC Australia, Senin (16/2/2015) kronologi hilangnya Norricih diawali dari liburan bersama rombongan Tupperware ke Melbourne, Australia. Dia terpisah dengan rombongan usai dari toilet. Norricih yang panik akhirnya mencari jalan sendiri ke KBRI Canberra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Norricih pergi ke Canberra dari Melbourne melalui Sydney dengan naik kereta. Norricih pun terpaksa bertahan hidup dengan berbagai cara, hingga akhirnya ia ditolong oleh pihak KBRI di Canberra. Sekarang Norricih sudah dipulangkan kembali ke Jakarta via Denpasar dengan Garuda Indonesia GA 719.

BACA DULU: Kisah Lengkap Norricih Rachman yang Hilang 4 Hari di Australia

Dari kejadian tersebut ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Jangan sampai traveler mengalami kesalahan traveling sebagai berikut. Ingat, kesalahan ini bisa terjadi pada setiap orang:

1. Panik
Kesalahan mendasar seorang traveler saat bepergian adalah panik. Norricih yang terpisah dari rombongannya saat tengah ke toilet di Queen Victoria Market di Melbourne juga disebutkan mengalami kepanikan. Dia sempat bolak-balik pasar, tapi tidak menemukan rombongan tupperware yang pergi bersamanya.

2. Pergi sendirian
Norricih pergi bersama rombongannya ke Queen Victoria market dan terpisah dari rombongan usai dari toilet. Seandainya di pergi ke toilet bersama setidaknya satu anggota rombongan lain di pasar, tentu tidak akan terpisah dan panik.

3. Cari info sendiri
Ketika tidak menemukan satu pun rombongannya, Norricih panik dan malah cari jalan sendiri menuju ke Canberra. Dalam kondisi panik, cari info sendiri memang tidak dianjurkan, terlebih apabila tanpa didasari persiapan yang baik.

4. Tidak menelepon teman rombongan atau keluarga
Norricih memegang ponsel, tapi dia tidak menelepon teman rombongan maupun keluarganya di Indonesia. Padahal apabila dia bisa menelepon teman rombongan atau keluarga di Indonesia, setidaknya Norricih dapat memberikan kondisi terakhirnya.

5. Kehabisan baterai
Menurut Ernawati, selama beberapa hari itu, telepon Norricih mati karena kehabisan baterai. Norricih tidak menelepon teman rombongan maupun keluarganya di Indonesia. Norricih sempat membeli baterai di pasar, namun tidak sesuai dengan handphone dan stop kontak di Australia.

"Dia sempat beli charger namun ternyata yang dibeli salah bukannya untuk colokan untuk telepon asal Indonesia, namun kebalikannya," kata Ernawati dari bagian Protokoler KBRI Canberra.

6. Tidak tahu alamat hotelnya
Ketika terpisah dari rombongan, cara paling mudah adalah kembali ke bus atau ke hotel tempat menginap. Namun Norricih juga tidak tahu alamat hotelnya menginap di Melbourne.

7. Tidak bisa bahasa Inggris
Kesalahan berikutnya adalah tidak bisa berbahasa Inggris. Namanya traveling ke luar negeri, setidaknya seorang traveler dituntut untuk mengerti bahasa Inggris dasar, minimal untuk berkomunikasi secara sederhana.

"Juga karena keterbatasan bahasa Inggrisnya dia tidak bisa melakukan komunikasi dengan baik," kata Ernawati.

8. Tidak tahu jarak Canberra dari Melbourne
Untung saja Norricih menerima pesan SMS Blast dari KBRI yang menjelaskan alamat KBRI di Canberra untuk jaga-jaga. Sayangnya Norricih tidak tahu seberapa jauh jarak Canberra dari Melbourne. Norricih mengasumsikan jaraknya hanya sejauh Jakarta-Tangerang.

"Dia semula memperkirakan Melbourne-Canberra itu seperti Jakarta-Tangerang lah," kata Ernawati.

9. Dapat informasi yang salah sejak awal
Sebelum berangkat ke Australia, Norricih sempat mendapat informasi yang salah dari seseorang. Ernawati mengatakan Norricih sudah mendapat wanti-wanti sebelum berangkat ke Australia untuk tidak berbicara dengan polisi ataupun dengan orang asing yang tidak dikenalnya.

Ketika terpisah atau tersesat saat tengah traveling, bertanya pada polisi merupakan salah satu cara terbaik untuk meminta bantuan atau informasi. Berhubung Norricih tidak bisa bahasa Inggris dan takut bertanya ke polisi, ia tidak melakukannya.
Β 
10. Takut naik bus
Saat dalam perjalanan menuju KBRI di Canberra, Norricih sempat singgah di Sydney yang punya KJRI. Dia sudah tahu akan keberadaan KJRI di Sydney dan bisa naik bus menuju KJRI. Tapi, Norricih tidak melakukannya karena banyak setopan dan takut tersesat, padahal lebih dekat dari pada harus ke Canberra!

"Dia takut untuk mendatangi KJRI, karena tempat tersebut hanya bisa dicapai dengan bus. Dia khawatir akan semakin tersesat lagi karena bus biasanya berhenti di banyak halte," kata Ernawati.

Sekiranya kisah yang dialami Norricih di Australia dapat membuat traveler lebih mawas diri ketika traveling ke luar negeri.

(rdy/fay)

Hide Ads