Wisata Khusus Dewasa, Antara Kontroversi dan Realita

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Travel Highlight Wisata Dewasa

Wisata Khusus Dewasa, Antara Kontroversi dan Realita

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Kamis, 11 Jun 2015 07:20 WIB
(Thinkstock)
Jakarta - Pariwisata punya sisi lain yang dinilai kontroversial yaitu wisata khusus orang dewasa. Ini berangkat dari realita bahwa orang dewasa membutuhkan atraksi dan destinasi untuk mereka, namun tak jarang membentur norma sosial.

Ketika bepergian ke luar negeri, kita akan sering menjumpai tempat, destinasi wisata, atau bahkan festival yang ditujukan untuk orang dewasa. Tidak boleh ada anak di bawah umur di kawasan tersebut, ini karena tema dari atraksi tersebut ditujukan bagi orang dewasa saja.

Travel Highlight Wisata Dewasa mencoba memotret kondisi realita yang dijumpai traveler di dunia mengenai destinasi dengan tema seksualitas. Destinasinya sungguh beragam dari yang sekadar seksi sampai dengan tempat yang menawarkan hedonisme maksimal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang paling menimbulkan kegamangan adalah keberadaan red light district atau kawasan prostitusi di suatu negara yang sebenarnya ditujukan untuk warga lokal. Nyatanya, lokasi kawasan itu berhimpitan atau malah bergabung dengan destinasi wisata umum. Akibatnya, turis pun jadi tahu dan ikutan wara-wiri di kawasan tersebut, dari Bangkok sampai Amsterdam kondisi itu bisa dijumpai.

Risih, itu pasti apalagi kalau tempat semacam itu ingin dijauhi. Namun ada juga wisatawan yang memang sengaja mencari tempat seperti itu. Di sinilah kontroversi dimulai. Banyak traveler bijak yang memilih untuk sebatas tahu namun membatasi diri untuk tidak terlibat di sana.

Yang lebih bisa diterima adalah keberadaan meseum bertema seksual di berbagai belahan dunia. Nyatanya, museum ini bukan untuk memenuhi hasrat cabul wisatawan, namun memang punya misi pendidikan seksual. Museum seks merekam data historis perkembangan seksualitas sampai juga masalah HIV AIDS akibat hubungan bebas yang wisatawan juga perlu tahu. Ada juga yang sengaja dibikin lucu seperti misalnya museum khusus koleksi sex toys atau alat kontrasepsi.

Yang juga kontroversi adalah keberadaan pantai telanjang alias nude beach di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Keberadaannya disokong oleh kelompok naturist yang berdalih kegiatan mereka jauh dari seksualitas. Namun realita juga berkata lain, ada resor-resor yang bahkan cukup gila untuk menawarkan kegiatan seks bebas.

Destinasi yang bersifat seksi, itu jauh lebih banyak jumlahnya dan relatif lebih bisa diterima. Banyak yang menilai destinasi seksi bersifat gimmick untuk menarik wisatawan khususnya pria dewasa untuk datang. Aneka restoran dengan pelayan seksi misalnya, atau operator wisata dengan pemandu seksi. Di Korea Selatan malah ada taman bertema erotis.

Selebihnya adalah faktor budaya setempat memandang seksualitas. Jangan heran melihat hotel khusus bercinta di Jepang, karena orang dewasa di sana lebih suka bercinta di hotel daripada di apartemen mereka yang sempit dan padat misalnya. Jangan heran juga kalau ada banyak destinasi bertema penis, karena ada nilai tentang kesuburan atau fertilitas, jadi bukan karena cabul atau porno.

Namun yang jelas, semua tempat yang disebutkan di atas memang cocok untuk wisatawan dewasa. Dari sekadar tematik sampai menawarkan kegiatan yang ekstrem terkait seksualitas. Justru di sini wisatawan harus bisa menakar, apakah destinasi semacam ini membawa manfaat positif atau tidak.

Wisata dewasa adalah kondisi nyata yang dijumpai traveler di berbagai belahan dunia. Mau ikutan larut dalam kegilaan itu, atau memilih menyikapinya dengan bijak. Traveler sejati pasti punya sikap, bukan orang yang sekadar ikut-ikutan.

(sst/sst)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Travel Highlight Wisata Dewasa
Travel Highlight Wisata Dewasa
12 Konten
Artikel Selanjutnya
Hide Ads