Buton merupakan nama suatu Kabupaten di Sulawesi Tenggara, yang kalau dilihat di peta berada di 'kaki' Pulau Sulawesi bagian kanan. Dari Wakatobi, satu dari 10 destinasi prioritas Kementerian Pariwisata, jaraknya hanya 1 jam saja naik boat.
Nama Buton memang kalah familiar dari Wakatobi sendiri. Namun bicara potensi wisata, Buton masih kurang dilirik. Padahal potensi wisatanya lengkap, dari alam, budaya hingga sejarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengapa Buton belum dilirik wisatawan? Hal ini dijabarkan oleh Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun kepada awak media di Alun-alun Takawa Pasarwajo, Buton, Senin (22/8/2016) malam kemarin. Dirinya menyiratkan, banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan dan dibenahi di sektor pariwisata Buton.
"Kami sudah menyediakan anggaran untuk pariwisata sebanyak Rp 15 M, sebelumnya tak sampai Rp 500 juta. Angka itu saja masih sedikit, butuh ratusan miliar," ujar pria yang akrab disapa Umar itu.
PR pertama di Buton adalah aksesibilitas. Dari satu destinasi ke destinasi lain, butuh waktu 2-3 jam dengan medan jalanan yang berliku dan di beberapa titik belum teraspal mulus. Ditambah rambu jalan yang minim, serta pelayanan pom bensin yang belum banyak.
Kedua adalah soal akomodasi, yang mana kita tahu sendiri penginapan adalah komponen penting di tempat wisata. Umar memaparkan data yang mencengangkan, bayangkan saja belum ada hotel berbintang di sana!
"Hanya ada homestay, yang layak huni sekitar 50-an kamar," katanya.
Selanjutnya dari pantauan detikTravel yang diajak ke berbagai tempat wisata di Buton oleh Kementerian Pariwisata dan Diskominfo Buton, belum ada pemandu di tempat wisatanya. Jangankan itu, papan informasi yang menjelaskan tempatnya saja belum ada.
Masih di tempat wisata, masalah lainnya adalah sampah. Baik di Pantai Koguna atau Hutan Lambusango, terlihat sampah-sampah yang berceceran dan tidak banyaknya tempat-tempat sampah yang tersedia. Fasilitas penunjang seperti toilet saja minim.
"Kami sebenarnya lebih bagus dari Wakatobi atau Bau-bau. Kami punya hutan dan bawah laut yang tak kalah cantik," tegas Umar.
Buton bolehlah berbangga dengan alam, budaya dan sejarahnya. Tapi kembali lagi, aksesbilitas dan fasilitas wisata di sana masih belum mencapai kata baik. Sebelum melakukan promosi gencar-gencaran dan mencuri minat Kementerian Pariwisata untuk mengembangkan sektor pariwisata, alangkah baiknya Buton menyelesaikan PR-nya dulu.
"Kami terus melakukan perbaikan, seperti infrastruktur. Kami tahu pariwisata adalah sumber daya yang tak pernah habis," pungkas Umar. (wsw/fay)












































Komentar Terbanyak
Sumut Dilanda Banjir Parah, Walhi Soroti Maraknya Deforestasi
Viral Tumbler Penumpang Raib Setelah Tertinggal di KRL, KAI Sampaikan Penjelasan
Foto Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang dan Danau Singkarak