China dengan penduduk mencapai 1,3 miliar orang, memiliki lonjakan turis yang signifikan. China National Tourism Administration seperti dilihat detikTravel, Rabu (21/3/2018) menyebutkan ada 127 juta turis China bepergian keluar negeri dan 4,88 miliar turis China jalan-jalan di negeri sendiri. Itu untuk tahun 2017 saja.
Mereka terkenal suka pergi beramai-ramai, serta menghabiskan uang dengan nominal yang besar, USD 126 miliar (Rp 1.734 triliun). Bahkan, Guinness World Record, salah satu pencatat rekor dunia pernah menobatkan turis China sebagai wisatawan yang paling banyak belanja atau Greatest Spending on Tourism.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sebenarnya bisa berdampak positif untuk destinasi yang dituju turis China. Semakin banyak uang yang dikeluarkan, tentunya akan menjadi pendapatan bagi negara-negara tersebut.
Bukan hanya kawasan Asia seperti Jepang, Korea, dan Singapura saja, tetapi tursi China juga gemar ke berbagai wilayah Eropa seperti Venesia, Barcelona atau Paris. Bahkan, mereka juga gemar datang ke Indonesia.
Di saat turis dari Eropa dan Amerika berkurang karena lesunya ekonomi. Kehadiran turis China seperti menyambung nyawa dunia pariwisata. Semua negara lantas berburu turis China termasuk Indonesia untuk mengejar target kunjungan wisata. Nah, itu baru sisi positifnya.
Di sisi lain, kenaikan dari segi jumlah turis dan ekonomi ternyata membawa dampak negatif juga. Yang pertama adalah kelebihan wisatawan. Para pakar menyebutkan, seperti yang dilansir dari DailyMail, bahwa setidaknya 200 juta turis asal China akan traveling keliling dunia pada tahun 2021. Tentunya, ini menjadi dominasi turis mancanegara dunia.
Venesia misalnya pun sempat mengalami masa-masa kelebihan turis. Bahkan, saking banyaknya turis mereka turun ke jalan dan memprotes soal banyaknya wisman yang datang. Di sana, turis juga didominasi asal China.
Masalah kedua adalah, turis China yang banyak itu kurang dibarengi dengan perilaku yang layak saat singgah di negeri orang lain. Sepanjang 2010-2017, muncul aneka kejadian buruk melibatkan turis China. Mulai dari masalah perilaku, kesopanan, sampai perkelahian dan permasalahan hukum.
Beberapa negara yang kedatangan turis China bahkan sudah gerah dengan sikap mereka yang seenaknya. Turis China pun membuat masalah di negara mereka sendiri. Pergi ke Hong Kong pun sudah bikin masalah dengan warga lokal. Tentu tidak semuanya begitu.
Tapi, pemerintah China pun tidak tinggal diam, demi membatasi jumlah traveler yang dianggap mempermalukan, mereka pernah membuat buku panduan bagaimana berperilaku beradab di negeri orang lain. Beberapa antara lain seperti tidak mengupil sembarangan dan pipis di kolam renang.
BACA JUGA: Turis China Diminta Tidak Mengupil & Pipis di Kolam Renang
Bulan Maret 2018, pemerintah China melalui Komisi Refomasi dan Pembangunan Nasional bahkan berencana membuat sistem kredit sosial. Sistem ini, nantinya akan mengatur fasilitas dan layanan yang didapat turis China berdasarkan perilaku mereka.
Bagi turis yang melanggar dan merugikan orang lain, seperti merokok di gerbong kereta atau menggunakan tiket kedaluwarsa, ancamannya bisa sampai masuk daftar hitam (blacklist) sampai dilarang traveling. Hingga awal 2017, sudah ada 6,1 juta turis China yang dilarang traveling karena perilaku buruknya.
BACA JUGA: Sistem Kredit Sosial di China Terinspirasi Serial 'Black Mirror'?
Rencana kebijakan yang akan berlaku 1 Mei 2018 ini kemudian jadi pro dan kontra. Di satu sisi, turis China memberikan ekstra pendapatan negara di destinasi tujuan. Namun, sikapnya seringkali menjadi masalah dan menganggu masyarakat lokal.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan