Namanya adalah Benjamin Ladraa, seorang pria asal Swedia berumur 25 tahun. Bulan Agustus 2017 lalu, ia mulai berjalan kaki dari Gothenburg, Swedia untuk aksi kemanusiaan dan solidaritas untuk Palestina.
Tetapi, ia juga menemukan kendala saat perjalanan. Hampir di setiap wilayah yang ia singgahi, Benjamin selalu dicegat atau diberhentikan oleh polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, Benjamin pernah diberhentikan serta ditodong pistol saat tengah bersantai di sebuah kafe di Jerman.
"Saat aku sedang menikmati kopi, aku meletakkan barang-barangku di luar. Setelah itu aku melihat polisi dengan banyak pistol, mengelilingi stroller dan kemudian sontak aku ke luar untuk memberikan penjelasan," ujarnya.
Alih-alih menjelaskan apa yang terjadi, Benjamin malah mendapat perlakuan yang bisa dibilang paling menyeramkan sejauh yang ia lalui.
"Aku memberi tahu bahwa ini barang-barangku, ketika aku ke luar, mereka malag berteriak dengan bahasa Jerman, kemudian memintaku untuk menunjukkan paspor, membuka semua barang-barangku. Namun, kemudian mereka menunjuk mukaku dengan pistol, aku belum pernah ditodong pistol sebelumnya," tambahnya.
Benjamin mengaku, ia sebenarnya bukan orang yang mudah takut. Namun, kejadian itulah yang terbesit di pikirannya saat ditanya soal momen yang paling menyeramkan.
"Aku bukan orang yang mudah takut, aku tidak sering merasa takut pada hal-hal apapun," ujarnya.
Kepada detikTravel, Benjamin bercerita sudah mencapai Istanbul, Turki. Ia sejauh ini sudah berjalan sepanjang 3.000 kilometer, serta membutuhkan 2.000 kilometer lagi untuk dapat mencapai Palestina. (sna/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol