Ia membagikan kisahnya di akun Instagram @walktopalestine. Aksinya ini tentu menarik banyak perhatian.
Terang saja, Benjamin menempuh ribuan kilometer mulai Agustus 2017 lalu di Gothenburg, Swedia. Ia berjalan kaki membawa kereta bayi dengan sejumlah barang bawaan menuju Palestina untuk aksi solidaritas dan kemanusiaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sama sekali bukan orang yang religius. Saya tahu, beberapa media menulis bahwa saya seorang Yahudi dan hal tersebut aneh. Saya bukan Yahudi," ujarnya saat wawancara ekslusif dengan detikTravel beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Jalan Kaki Demi Palestina, Benjamin Dapat Bantuan Tak Disangka
Benjamin sama sekali tidak membawa unsur agama dalam 'Walk to Palestine'. Ia merasa konflik Palestina adalah masalah dunia yang menyangkut pada hal kemanusiaan.
|
Pria 25 tahun yang tadinya juga seorang musisi ini menuturkan, tidak perlu ada alasan agama untuk melakukan aksi solidaritas.
"Ini bukan masalah pribadi, tidak ada alasan religius untuk melakukan hal ini. Namun saya mempunyai keinginan untuk mengubah apa yang terjadi di Palestina dengan penderitaan dan kekerasan selama 70 tahun terakhir dan itu sangat buruk," ucapnya.
Benjamin sudah menempuh 3.000 kilometer sejak pertama kali melakukan aksinya. Saat dihubungi detikTravel, ia sedang berada di Istanbul, Turki.
Meskipun berkali-kal dihadang bahkan ditodong pistol oleh polisi karena ia membawa stroller bayi dengan bendera Palestina yang berkibar, Benjamin juga tidak takut atau berniat menghentikannya. Ia masih melanjutkan perjalanan sepanjang 2.000 kilometer lagi untuk mencapai Palestina.
BACA JUGA: Baru Main Mobil Klasik, Pilih Mobil Asal Jepang
(sna/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol