Menpar: Apa yang Terjadi di Bali Juga Terjadi di Thailand

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menpar: Apa yang Terjadi di Bali Juga Terjadi di Thailand

Achmad Dwi Afriyadi - detikTravel
Selasa, 23 Okt 2018 16:30 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya (Johanes Randy/detikTravel)
Jakarta - Isu wisata Bali dijual murah pada turis China nyatanya juga terjadi di negara lain. Salah satunya, di Thailand.

Kabar pariwisata Bali dijual murah itu diduga dilakukan para pengusaha asal China yang bekerja sama dengan travel agent ilegal. Modusnya, para turis asal China ini diajak untuk berbelanja ke toko-toko milik pengusaha asal China yang juga menjual produk-produk asal China namun diklaim sebagai produk khas Bali atau Indonesia.

Ditemui di Kementerian Sekretariat Negara, Selasa (23/10/2018) Menteri Pariwisata Arief Yahya ditanya awak media soal isu tersebut. Arief menjelaskan, hal seperti itu wajar terjadi bahkan di negara-negara lain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu terjadi di mana-mana, paling banyak di Thailand," katanya.

BACA JUGA: Menpar Jawab Isu Wisata Bali Dijual Murah ke Turis China

Cara paling baik mengatasi apa yang terjadi di Bali, menurut Arief adalah registered travel agent. Thailand juga melakukan hal serupa, tapi terdapat pula cara-cara lain.

"Thailand memberikan syarat khusus, orang (turis-red) harus membawa 2 juta rupiah," ujar Arief.

"Hal lainnya tidak boleh kartel. Ini memang aneh, orang membeli barang dari negara asalnya di negara lain seperti turis China beli barang China di Indonesia itu teridentifikasi kartel. Itu akan kita batasi," tegas Arief.

Arief tampaknya akan memfokuskan dulu pada registered travel agent. Dinilai akan lebih mudah memonitor jika ada yang bermain curang.

"Sudah kita lakukan (registered travel agent) tapi belum efektif," tutup Arief.

(aff/aff)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Bali Dijual Terlalu Murah
Bali Dijual Terlalu Murah
20 Konten
Paket pariwisata Bali dijual terlalu murah untuk turis China. Praktik ini dikritik karena merugikan Indonesia. Lantas apa solusinya?
Artikel Selanjutnya
Hide Ads