Koteka diambang kepunahan menjadi dilema. Ada dua kubu yang bertentangan dengan koteka. Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menengahi hal tersebut.
"Koteka sudah jadi identitas seperti baju bodo bagi orang Sulsel, surjan bagi orang Yogya dan lainnya. Jadi, koteka sama saja dengan pakaian, namun dalam dunia modern untuk penggunaannya ya disesuaikan waktunya saja," terangnya kepada detikcom, Rabu (31/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Seperti baju adat Bali, kan tidak setiap hari dipakai, hanya saat ke pura atau acara adat lainnya. Begitupun koteka, seharusnya dipakai begitu ketika ada acara atau upacara adat seperti bakar batu," lanjut Hari menjelaskan.
Nah masalahnya, untuk upacara adat saja, banyak orang-orang Papua khususnya anak muda yang enggan pakai koteka. Hal itulah yang menurut Hari, menjadi alasan kenapa koteka jadi terancam punah.
"Mereka ada rasa malu untuk memakai koteka. Mereka lihat pendatang yang memakai baju dan ingin seperti itu, lalu meninggalkan koteka. Padahal, koteka itu adalah identitas dan budaya mereka," paparnya.
Bahkan ketika upacara adat mengkremasi jenazah, pun koteka sudah ditinggalkan. Menurut Hari, seharusnya jenazah dipakaikan koteka seperti leluhur-leluhurnya tapi malah dipakaikan pakaian modern.
"Saat upacara bakar batu juga ada yang seperti itu, memakai baju modern," ujarnya.
![]() |
Sedihnya, generasi-generasi muda pun juga tidak dikenalkan oleh koteka. Sehingga mereka tidak menyadari nilai-nilai budaya, yang mana sampai kapanpun koteka adalah identitas Papua. Sebagai identitas budaya, koteka sebaiknya tidak dianggap buruk.
"Koteka harus dikenalkan lewat modul-modul pendidikan di sekolah Papua," tegas Hari.
Toh bukankah, kita yang bukan orang Papua juga harus menghargai koteka?
(aff/fay)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol